Tujuan dan Fungsi Reasuransi Reasuransi Syariah Proporti onal

asuransi akan mengatur lebih dahulu penempatan reasuransi kepada penanggung lain, termasuk perusahaan reasuransi professional, bila ingin mengembangkan usahanya dengan jenis pertanggungan baru maupun yang berupa modifikasi atas jenis pertanggungan yang lama. Kelenturan underwriting yang dapat diperoleh para penanggung pada prakteknya juga pada jenis pertanggungan dengan jumlah uang pertanggungan yang tinggi, minimal sampai dengan batas limit jaminan reasuransi yang telah mereka peroleh. 23

5. Tujuan dan Fungsi Reasuransi

Tujuan Reasuransi : a Perusahaan asuransi dapat menutup risiko untuk pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya atau objek pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya atau objek pertanggungan yang tingkat risikonya cukup tinggi. b Operasional perusahaan asuransi akan semakin lebih baik, khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan prinsip “The Law of Large Number” 23 Media Informasi Asuransi dan Reasuransi Reinfokus, Reasuransi Syariah Retakaful dengan Akad wakalah Bil Ujrah, Ibid.,, h. 20-22 Fungsi Reasuransi : a Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi atas risiko-risiko yang melampaui batas kemampuannya karena kelebihan tanggung gugat yang tidak bisa mereka tamping sendiri akan dijamin oleh penanggung ulang yang telah bersedia menampungnya. b Bila kerja sama reasuransi atas sebagian risiko dilakukan antar sesama perusahaan asuransi, akan terdapat dua fungsi di dalamnya, yaitu sebagai penyebaran risio dan sebagai sarana pertukaran bisnis yang mampu meningkatkan pendapatan premi yang dapat ditahan karena disamping adanya pengeluaran terdapat pula pemas6.ukkan premi. c Secara tidak langsung reasuransi dapat berfungsi membantu membiayai kegiatan usaha perusahaan, khususnya disesikan berdasarkan kontrak reasuransi, karena pembayaran sesi premi baru dilaksanakan setelah setiap triwulan berakhir, bahkan adakalanya setelah setiap enam bulan terakhir. 24 24 Media Informasi Asuransi dan Reasuransi Reinfokus, Reasuransi Syariah Retakaful dengan Akad wakalah Bil Ujrah, Ibid.,, h. 23

6. Hubungan Antara Peserta, Operator Asuransi Syariah, dan Operator Reasuransi Syariah

Operator reasuransi syariah memiliki kontrak dengan operator asuransi syariah. Sementara itu, operator asuransi syariah memiliki kontrak baik dengan peserta asuransi syariah maupun dengan operator reasuransi syariah. Agar pengaturan seperti ini dapat dilakukan tentu kontrak asuransi syariah antara peserta dengan operator asu ransi syariah haruslah menyatakan dengan jelas bahwa operator asuransi syariah diperbolehkan untuk membuat kontrak reasuransi syariah atas risiko tersebut tanpa perssetujuan lebih lanjut dari peserta sepanjang tujuannya untuk melindungi pool asuransi syariah dan kepentingan para peserta dalam pool tersebut. Reasuransi syariah sesungguhnya merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh operator asuransi syariah dalam menjalankan amanah pengelolaan portofolio risiko yang ia terima dari setiap peserta. Pengelolaan portofolio risiko merupakan obyek dari akad wakalah bil ujrah. Adapun hubungan antara peserta, operator asuransi syariah, dan operator reasuransi syariah dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Hubungan Antara Peserta, Operator Takaful dan Operator Retakaful 25 Akad Wakalah Akad Tabarru’ Bil Ujrah Akad Wakalah Akad Tabarru’ Bil Ujrah Dari keterangan gambar tersebut, ada dua akad yang terpisah yaitu akad takaful antara peserta dan operator takaful serta akad retakaful antara operator takaful dan operator retakaful. Sama sekali tidak ada akad antara peserta dan operator retakaful. Konsekuensi dari skema ini adalah bahwa peserta dan operator retakaful tidak memiliki hubungan kontrak sehingga tidak dapat saling menuntut. Seandainya setelah terjadi kerugian operator retakaful tidak membayar kewajibannya kepada operator takaful, maka operator takaful tidak dapat mengurangi pembayarannya kepada peserta dengan alasan tersebut. Operator takaful berkewajiban untuk membayar klaim secara penuh, kemudian menagih pool retakaful tanpa sama sekali melibatkan peserta takaful. Dengan alasan yang sama, peserta sama sekali tidak punya hak untuk mendatangi operator retakaful untuk menuntut pembayaran bagiannya. Peserta hanya dapat menuntut haknya kepada operator takaful. 25 Delil Khairat, Makalah Pengantar Retakaful, h. 3 Operator Takaful A Peserta Takaful Pool Takaful A Operator Retakaful B Pool Retakaful B Retakaful

BAB III TINJAUAN TEORITIS MEKANISME REASURANSI SYARIAH

A. Metode Reasuransi Syariah

Pada dasarnya ada dua metode reasuransi syariah yaitu reasuransi syariah proportional dan reasuransi non proportional.

1. Reasuransi Syariah Proporti onal

Reasuransi proportional adalah pembagian risiko risk sharing secara proportional antara pool yang dikelola oleh operator takaful dengan pool yang dikelola oleh operator reasuransi syariah. Risiko atau liability, kontribusi dan kerugian akan dibagi dengan proporsi yang sama Dalam hal terjadi klaim, bagian klaim yang menjadi tanggungan para penanggung ulang juga akan dihitung menurut perbandingan yang seimbang antara tanggung jawab penanggung ulang dan jumlah tanggung jawab seluruhnya dikali jumlah kerugian yang terjadi. Untuk lebih jelasnya, dapatlah diuraikan dengan angka-angka sebagai berikut. a Bila terdapat pertanggungan yag dipertanggungkan kembali kepada penanggung ulang berdasarkan kontrak pertanggungan ulang proportional sebesar 80 dari jumlah uang yang pertanggungan yang dijamin oleh penanggung pertama, bagian premi para penanggung ulang juga dihitung sebesar 80 x tariff suku premi x jumlah uang pertanggungan. b Seperti contoh diatas, dalam hal terjadi klaim dengan jumlah kerugian seluruhnya sebesar Rp 100 juta bagian tanggung jawab para penanggung ulang juga dihitung sebesar 80 dari jumlah kerugian tersebut atau sama dengan Rp 80 juta. 26

2. Reasuransi Syariah Non Proportional