Faktor Yang Mempengaruhi Relasi Politik OMS

5.4. Faktor Yang Mempengaruhi Relasi Politik OMS

  di Aceh

  Secara umum, faktor terbentuknya relasi antara OMS dengan partai politik adalah karena relasi personal pengurus OMS dengan pengurus partai politik, atau salah satu kader OMS menjadi anggota legislatif. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Azriana dari RPUK, Secara umum, faktor terbentuknya relasi antara OMS dengan partai politik adalah karena relasi personal pengurus OMS dengan pengurus partai politik, atau salah satu kader OMS menjadi anggota legislatif. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Azriana dari RPUK,

  Selain itu, faktor lainnya adalah terkait dengan ide-ide perubahan. Artinya,

  sejumlah OMS

  berkenyakinan bahwa perubahan itu harus dilakukan melalui penyelengara negara, baik legislatif maupun eksekutif. Oleh karena, mempengaruhi kebijakan baik langsung maupun tidak langsung merupakan satu keniscayaan dari kerja-kerja OMS. Bahkan lebih radikal berkenyakinan bahwa penyelengara negara harus direbut oleh aktivis OMS.

  Visi misi dari parpol, juga track record dari orang-orang kunci di parpol, ini salah satu yang bisa mempengaruhi relasi dengan OMS. Visi misi partainya dan sokongan orang-orangnya dan hasil kerja. Misal, ada satu kebijakan yang diskriminatif, lahir dari suatu periode, kalau saya akan lihat partai mana yang mayoritas di legislatif ketika kebijakan itu dilahirkan. Itu juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi adanya relasi. Ada kesadaran di OMS untuk melakukan perubahan, yang terkadang juga membutuhkan keterlibatan mereka di partai politik. namun, kepentingan adalah hal yang paling utama yang memperngaruhi relasi politik OMS dan Parpol. Rata-rata aktivis yang masuk

  88 Wawancara dengan Azriana, Direktur Relawan Perempuan Untuk Kemanusiaan (RPUK), 15 Desember 2013 88 Wawancara dengan Azriana, Direktur Relawan Perempuan Untuk Kemanusiaan (RPUK), 15 Desember 2013

  Faktor-faktor relasi OMS dan Ormas lainnya seperti di Aceh Utara dan Lhokseumawe dipengaruhi kepentingan kekuasaan dan kesejahteraan (uang). Faktor kekuasaan karena paska konflik telah memberikan ruang partisipasi dalam politik cenderung terbuka, salah satunya adalah adanya partai lokal, dan calon independen. Disamping itu kekuasaan secara politik juga meningkatkan prestise dalam masyarakat. Selain itu faktor kesejahteraan karena donor di Aceh sangat terbatas sehingga membuat OMS dan Ormas membangun hubungan dengan partai politik dan penguasa dari partai politik. Intinya saling membutuhkan finansial dan dukungan politik.

  Disisin lain, faktor terbentuknya relasi antara OMS dengan partai politik adalah untuk kepentingan advokasi terhadap kepentingan masyarakat yang dilakukan oleh OMS. Hal ini seperti yang dilakukan oleh LSM MATA, GeRAK Aceh, LBH Banda Aceh, RpuK, ACSTF, Forum LSM Aceh, WALHI dan lain-lain. Advokasi melalui partai politik, khususnya politisi yang menjadi anggota dewan, karena anggota dewan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah eksekutif. Kedua, anggota dewan merupakan orang yang mempunyai peran Disisin lain, faktor terbentuknya relasi antara OMS dengan partai politik adalah untuk kepentingan advokasi terhadap kepentingan masyarakat yang dilakukan oleh OMS. Hal ini seperti yang dilakukan oleh LSM MATA, GeRAK Aceh, LBH Banda Aceh, RpuK, ACSTF, Forum LSM Aceh, WALHI dan lain-lain. Advokasi melalui partai politik, khususnya politisi yang menjadi anggota dewan, karena anggota dewan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah eksekutif. Kedua, anggota dewan merupakan orang yang mempunyai peran

  Faktor lainnya adalah karena “bosan” menjadi aktivis OMS yang tidak menentu secara pendapatan juga keinginan untuk berbuat lebih banyak bagi kepentingan rakyat dan negara. Setidaknya bahwa lahir keinginan aktivis OMS untuk menjadi anggota partai politik, dengan harapan terpilih menjadi anggota dewan, dan atau menjadi kepala daerah dalam pemilukada. Faktor memperbaharui keberadaannya dari OMS ke Parpol juga menjadi faktor relasi itu tersebut, meskipun relasi ini lebih cenderung bersifat personal.

  Menurut Juanda Jamal, beberapa aktivis OMS yang membangun relasi dengan partai politik, dan kemudian menjadi pengurus partai politik karena mereka menyakini bahwa agenda perubahan di OMS banyak tidak jelas, sementara mereka menyakini bahwa agenda partai politik jauh lebih jelas dan terdapat anggaran secara pasti dalam melakukan perubahan itu. Sebaliknya agenda-agenda OMS sering kekurangan dana, khususnya

  setelah program tsunami berakhir di Aceh. 89

  Faktor lainnya adalah kenyakinan beberapa aktivis OMS yang menyakini bahwa mereka lebih baik

  dari politisi-politisi tua di partai politik. Kenyakinan

  89 Interview, Juanda Jamal, 5 November 2013 89 Interview, Juanda Jamal, 5 November 2013

  Terakhir, beberapa aktivis OMS yang membangun relasi secara aktif menjadi bagian dari partai politik karena menggangap kerja-kerja OMS pasca Tsunami dan Konflik telah berakhir, dan orientasi OMS menjadi tidak jelas lagi. Sehingga migrasi ke partai politik menjadi pilihan strategis untuk mendapatkan posisi dan eksistensi diri di publik.