Posisi OMS dalam Dinamika Pemilu 2014

6.3. Posisi OMS dalam Dinamika Pemilu 2014

  Pesta demokrasi, pemilihan umum pada 9 April 2014 akan memilih calon legislatif baik untuk DPR-RI, DPRA, DPRK maupun DPD. Setidaknya terdapat 15 partai politik yang akan bertarung, dan 3 diantaranya adalah partai Pesta demokrasi, pemilihan umum pada 9 April 2014 akan memilih calon legislatif baik untuk DPR-RI, DPRA, DPRK maupun DPD. Setidaknya terdapat 15 partai politik yang akan bertarung, dan 3 diantaranya adalah partai

  Dalam konteks konteks, geo-politik pada pemilu 2014 berbeda dengan kondisi pemilu sebelumnya yaitu pemilu 2009. Hal ini dikarenakan partai politik yang bertarung berbeda, calon anggota legislatif yang ikut serta pun banyak yang baru, serta perubahan kekuatan-kekuatan politik yang terjadi baik secara nasional maupun ditingkat lokal.

  Selain itu terdapat dinamika baru terkait dengan politik ditingkat lokal. Dimana partai Aceh sebagai pemenang mayoritas pada pemilu 2009, mendapat rival baru yaitu partai Nasional Aceh yang merupakan perpecahan dari partai Aceh. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi posisi dan kekuatan partai Aceh ditingkat komunitas, khususnya di daerah basis GAM. Karena PNA juga merupakan partai yang didirikan oleh mantan kombatan GAM.

  Namun dengan adanya koalisi antara partai Gerindra dengan partai Aceh akan membuat partai Aceh akan Namun dengan adanya koalisi antara partai Gerindra dengan partai Aceh akan membuat partai Aceh akan

  mencapai 50 milyar. 97

  Selain itu, dengan jumlah anggota mencapai 33 orang di DPRA dan sejumlah lainnya di berbagai kabupatenkota, dukungan dana melalui dana aspirasi juga akan memperkuat logistik dana kampanye para calon legislatif incumbent untuk pemilu yang akan datang. Meminjam istilah Sutoro bahwa dana aspirasi ini sering dijadikan sebagai pork barrel (kentong babi) yang menjadi pemancing pemilih agar memilihnya. Istilah lain adalah vote-buying akan menjadi fenomena masif dilakukan melalui mekanisme dana aspirasi ini.

  Selain itu, dana aspirasi juga seringkali dimanfaatkan oleh organisasi sipil yang menjadi sayap dari partai politik tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Dimana sulit sekali mengidentifikasi lembaga- lembaga yang bekerja secara langsung terhadap kepentingan partai politik tertentu dengan kompensasi dana aspirasi tersebut.

  Penelitian ini menemukan bahwa relasi OMS terhadap partai politik menjelang pemilu sangat mungkin

  97 Inilah.com, Partai Aceh Dapat Subsidi 50 M dari Prabowo,

  http:sindikasi.inilah.comreaddetail1845933partai-aceh-dapat- subsidi-rp50-m-dari-prabowo http:sindikasi.inilah.comreaddetail1845933partai-aceh-dapat- subsidi-rp50-m-dari-prabowo

  Hal inilah yang menyebabkan beberapa aktivis OMS yang bergabung dengan partai politik tidak mendapat sokongan dan dukungan dari organisasi OMS meskipun tempat ia belajar berorganisasi atau tempat ia pernah menjabat sebagai pemimpin di organisasi sipil tersebut.

  Meskipun demikian, dukungan secara personal terhadap kandidat tertentu dari partai politik tertentu menjadi fenomena yang terus berkembang dalam proses pemilu. Dukungan secara personal adalah hak konstitusi, selama tidak “mengiring” institusi dalam dukungan sektoral tersebut. Maka hal demikian tidak berdampak secara langsung terhadap orientasi institusi OMS sendiri, dimana personal tersebut aktif dalam institusi itu.

  Meskipun demikina, beberapa OMS yang dibentuk secara khusus, sengaja dan atau didukung oleh politisi tertentu, baik langsung maupun tidak langsung. Maka yang mempunyai agenda dukungan secara langsung terhadap politisi tersebut adalah OMS yang menjadi bagian dari underbow partai atau politisi dari partai politik tersebut.

  Gambar 8: Posisi OMS dalam Pemilu 2014

  Gambar di atas menunjukkan bahwa secara umum posisi OMS yang membangun afiliansi dengan partai politik secara organisatoris hanyalah OMS yang masuk dalam kategori undebow partai, atau organisasi yang dibentuk secara langsung oleh pengurus dan atau partai politik itu sendiri. Beberapa partai politik mempunyai sayap digerakan social, seperti Ormas Nasdem miliknya partai Nasdem, ormas SATRIA (Satuan Relawan Indonesia Raya) yaitu organisasi sayap dari partai Gerindra, atau organisasi Persatuan Masyarakat Indonesia (Perindo) yang bekerja untuk kepentingan partai Hanura, dll.

  Sementara untuk wilayah Aceh terdapat beberapa organisasi sipil yang secara nyata bekerja untuk

  kepentingan partai politik lokal. PA (Partai Aceh) misalnya didukung oleh KPA (Komite Peralihan Aceh) yang juga merupakan sayap politik dari PA, selain itu juga terdapat juga organisasi yang mempunyai afiliansi secara tidak langsung seperti FoPKRA (Forum Perjuangan Keadilan Rakyat Aceh), KMPA (Komite Mahasiswa Pemuda Aceh), GISA (Gerakan Intelektual Seluruh Aceh), dll. Sementara PNA (Partai Nasional Aceh) juga didukung oleh organisasi underbow dan menjadi sayap politik PNA yang dinamakan dengan TNA (Tameng Nasional Aceh) yang didalamnya merupakan kumpulan dari mantan kombatan GAM. Artinya, TNA adalah replika dari KPA sekaligus menjadi “lawan” dalam mempertahankan eksistensi partainya masing-masing.

  Sedangkan partai lokal lainnya yaitu PDA (Partai Damai Aceh) tidak mempunyai organisasi sipil secara khusus yang merupakan sayap politik partainya. Melainkan relasi dibangun karena adanya kesamaan ideologi, seperti dengan HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), dan RTA (Rabithah Thaliban Aceh). Relasi ini juga terbentuk karena pengurus teras dari partai ini umumnya berasal dari kedua organisasi tersebut.

  Gambar 9: Contoh Surat Dukungan Organisasi Masyarakat Sipil

  terhadap Kepentingan Partai Politik Tertentu

  Pernyataan dukungan koalisi gerakan masyarakat sipil Aceh – Jakarta

  Written By Partai Aceh on Sabtu, 24 Maret 2012 | 11.45

  PERNYATAAN DUKUNGAN KOALISI GERAKAN MASYARAKAT SIPIL ACEH – JAKARTA KEPADA Dr. ZAINI ABDULLAH DAN TGK. MUZAKKIR MANAF

  Kami segenap jajaran dan jaringan gerakan organisasi sipil, organisasi masyarakat, organisasi mahasiswa, organisasi pemuda

  dan sosial masyarakat yang ada di Aceh dan Jakarta atas nama FOPKRA (Forum Perjuangan Keadilan Rakyat Aceh), FORKAB

  (Forum Komunikasi Anak Bangsa), PETA (Pembela Tanah Air), IPTR (Ikatan Pemuda Tanah Rencong) JAWA BARAT, Organisasi Lingkungan Hidup BALE JURONG, KMPA (Komite Mahasiswa Pemuda Aceh), LIRA (Lumbung Informasi Rakyat Aceh), KoLSA (Koalisi Lembaga Sipil Aceh), KMPAN (Komite Mahasiswa Pemuda Aceh Nusantara), ABA (Aliansi Budayawan Aceh), menyatakan sikap sebagai berikut :

  1. Mendukung dan memperjuangkan pemenangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur pasangan Dr. Zaini Abdullah dan Tgk. Muzakkir Manaf periode 2012-2017, dimana

  Dr. Zaini Abdullah

  adalah sebagai

  penandatanganan MoU Helsinki, yang merupakan lambang rakyat Aceh di mata masyarakat Nasional dan Internasional. Seterusnya, Tgk. Muzakkir Manaf merupakan simbol pemersatu dan perdamaian rakyat Aceh di masa akan datang.

  2. Mendukung pelaksanaan Pemilukada Aceh 2012 secara damai,

  adil, sehat, demokratis dan berkualitas. Prinsip-prinsip ini perlu disadari dan menjadi komitmen bersama agar perjuangan dan perdamaian yang diidamkan-idamkan rakyat Aceh dapat dapat terwujud.

  3. Meminta kepada seluruh pendukung pasangan Calon Gubernur

  dan Wakil Gubernur Dr. Zaini Abdullah dan Tgk. Muzakkir Manaf agar menjaga dan menjamin seluruh rangkaian pemilukada berlangsung tertib, aman, mewaspadai aksi curang, tidak mudah diprovokasi bertindak anarkhis dan menjaga ukhuwah islamiyah.

  4. Menyerukan kepada seluruh masyarakat Aceh khususnya

  semua pemilik hak pilih agar secara aktif memperjuangkan dan mempergunakan hak pilihnya untuk memenangkan pasangan Dr. Zaini Abdullah dan Tgk. Muzakkir Manaf baik pada hari H pelaksanaan pemilukada, serta aktif melakukan pengawalan dan pengamanan kotak suara sampai perhitungan suara dinyatakan selesai dan lengkap di setiap TPS (Tempat Selain itu, posisi OMS yang paling rentan adalah Pemungutan Suara)

  5. Meminta kepada seluruh pendukung pasangan Calon Gubernur

  dan Wakil Gubernur Dr. Zaini Abdullah dan Tgk. Muzakkir Manaf menjadikan Pemilukada 2012 ini sebagai momentum rekonsiliasi dan penyelamat perdamaian yang abadi. Semua organisasi yang masing-masing memiliki jaringan di setiap dikabupatenkota se-Aceh ini agar benar-benar siap berada digarda terdepan untuk PERJUANGAN dan PERDAMAIAN ACEH.

  Demikian dukungan ini kami nyatakan untuk dijalankan dengan jujur, amanah, ikhlas dan penuh tangggungjawab.

  Banda Aceh, 17 Maret 2012. Tertanda,

  Fazloen Hasan (FOPKRA); Sarbini (FORKAB); Syukur Kobar (PETA); Bakhtiar Rusli (IPTR JAWA BARAT); El-Amin (BALE JURONG); Cut Lem (LIRA); Safrijal (KMPA); Sulaiman Daud

  (KoLSA); Rasyidin (KMPAN); Samsul Bahri (ABA);

  OMS yang tidak mempunyai managemen dan atau tidak mempunyai eksistensi secara kelembagaan dalam kerja-kerja publik yang baik. Lebih konkret, OMS yang eksistensinya sangat tergantung kepada ketua direktur pimpinan sekjen-nya semata. Sebaliknya, tidak ada fungsi kontrol terhadap kepemimpinannya baik oleh manajemen maupun oleh pembina pengawasnya atau bahkan tidak ada manajemen sama sekali, sementara organisasi tersebut identik dengan ketuanya. Kondisi ini menyebabkan organisasi yang dipimpinnya sering menjadi bagian dari pilihan politik dari ketuanya.

  Maka beberapa kategori OMS, seperti yang disebutkan dalam UU No.17 tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat (Ormas) yaitu organisasi berbadan hukum, seperti Yayasan dan PerkumpulanLSM, serta organisasi tidak berbadan hukum, yaitu organisasi yang proses pendiriannya tidak didasarkan kepada keputusan Menteri Hukum dan HAM, namun teregistrasi di Notaris dan Kesbangpol dan Linmas masing-masing kabupatenkota tempat organisasi tersebut terbentuk.

  Dari kedua bentuk tersebut, maka keduanya mempunyai potensi untuk mendukung salah satu atau lebih partai politik tertentu secara klientalistik (saling menguntungkan) dan atau participatory (berpihak kepada kepentingan publik). Namun organisasi yang termasuk kategori organisasi yang tidak berbadan hukum lebih rentan menjadi organisasi yang “dieksploitasi” oleh partai politik Dari kedua bentuk tersebut, maka keduanya mempunyai potensi untuk mendukung salah satu atau lebih partai politik tertentu secara klientalistik (saling menguntungkan) dan atau participatory (berpihak kepada kepentingan publik). Namun organisasi yang termasuk kategori organisasi yang tidak berbadan hukum lebih rentan menjadi organisasi yang “dieksploitasi” oleh partai politik

  Kecenderungan organisasi bukan badan hukum karena proses pendiriannya lebih cepat, praktis dan tidak membutuhkan biaya yang besar seperti halnya mendirikan Yayasan. Bahkan tidak sedikit organisasi tidak berbadan

  hukum ini didirikan oleh para politisi 99 untuk dapat mengambil dana aspirasi melalui skema dana hibah.

  Organisasi-organisasi seperti ini umumnya tidak “masyhur” bagi publik, bahkan ada yang tidak diketahui alamatnya. Namun pastinya organisasi ini akan bekerja untuk kepentingan “tuannya” dalam mempengaruhi pemilih atau setidaknya komunitasnya. Sebaliknya organisasi berbadan hukum, termasuk LSM yang pembentukannya tidak dibentuk oleh politisi dana atau pertai politik tertentu cenderung akan independen dan menjadi bagian dari posisi check and balance terhadap pemerintah, partai politik, dan terhadap proses pelaksanaan pemilu di Aceh, Indonesia.

  98 Mengeksploitasi partai politik yang dimaksud di sini adalah

  membangun relasi dengan lebih dari satu partai politik untuk mendapatkan keuntungan secara material (double or triple relationship)

  99 Para politisi (legislator) membentuk berbagai organisasi tidak

  berbadan hukum, di mana kepengurusannya terdiri dari tim suksesnya dan atau ralasi politiknya. Organisasi ini mendapat bantuan dana hibah dari sumber dana aspirasi mereka (dewan)

  7