Dukungan terhadap Good Governance

3.3.4. Dukungan terhadap Good Governance

  Peran lainnya yang dilakukan oleh LSM di Aceh adalah mendorong lahirnya pemerintah yang baik, jujur Peran lainnya yang dilakukan oleh LSM di Aceh adalah mendorong lahirnya pemerintah yang baik, jujur

  Salah satu contoh yang dilakukan oleh The Aceh Institute melalui riset “Barometer Korupsi di Aceh” pada tahun 2010 bekerjasama dengan Transparansi Internasional Indonesia (TII), menunjukkan bahwa tingkat korupsi yang paling tinggi menurut perspektif masyarakat terjadi di lembaga pemerintahan Aceh. Setidaknya ada tiga lembaga yang disurvey yaitu lembaga kepolisian provinsi Aceh, dewan perwakilan rakyat Aceh dan pemerintah provinsi Aceh.

  Hasil riset ini mendapat tantangan yang keras dari pemerintahan Aceh. Melalui ketua TAKPA (Tim Anti-Korupsi Pemerintahan Aceh) Amrizal J Prang mengatakan bahwa hasil penelitian ini tidak valid dan diragukan. Namun hasil riset The Aceh Institute ini diperkuat oleh laporan Gerak Indonesia pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa dugaan korupsi pada masa pemerintahan Irwandi Yusuf kerugian Negara mencapai

  Rp.1.8 Triliun dengan 170 kasus korupsi. 47

  47 Suara Pembaharuan, Gerak Desak KPK Usut Korupsi di

  Aceh, http:www.suarapembaruan.comhomegerak-desak-kpk- usut-korupsi-di-aceh7391, diunduh 5 Januari 2014

  Tabel 1: Persepsi masyarakat terhadap lembaga yang

  berwajah korup di Aceh

  No. Lembaga yang di Survey

  Jumlah Persepsi Responden

  1. Pemerintah Eksekutif

  2. Legislatif DPRA

  5. Pengadilan Tinggi

  6. Perguruan Tinggi

  Sumber: Hasil Survey Barometer Korupsi Aceh, The Aceh Institute

  Transparansi Internasional Indonesia, 2010.

  Hasil survey ini juga menjadi “cemeti” terhadap pengelolaan pemerintahan di Aceh, setidaknya setelah transformasi politik di Aceh dari konflik bersenjata ke pembangunan. Dimana hasil survey ini diharapkan akan melahirkan pengelolaan pemerintahan menjadi lebih baik, jujur, amanah dan akuntabel.

  Dukungan terhadap lahirkan good governance lainnya dilakukan oleh Gerak dalam melaporkan berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh sejumlah pengelola negara di provinsi dan seluruh kabupatenkota di Aceh. Beberapa kebijakan lain yang dianggap berpotensi kepada pelanggaran penggunaan anggaran seperti kebijakan perjalanan dinas, pengadaan peralatan Dukungan terhadap lahirkan good governance lainnya dilakukan oleh Gerak dalam melaporkan berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh sejumlah pengelola negara di provinsi dan seluruh kabupatenkota di Aceh. Beberapa kebijakan lain yang dianggap berpotensi kepada pelanggaran penggunaan anggaran seperti kebijakan perjalanan dinas, pengadaan peralatan

  Sementara MaTA juga bekerja sangat progressif dalam mewujudkan penerapan good governance di Aceh. Proses ini dilakukan dengan melaporkan berbagai indikasi korupsi ke kejaksaan, serta meminta sejumlah data tentang dana kampanye partai politik di Aceh, baik partai lokal maupun partai nasional. Salah satu yang dilakukan oleh Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA), adalah mengajukan perkara sengketa keterbukaan informasi publik terkait dengan anggaran partai politik, dan hanya Partai Aceh yang keberatan untuk menyerahkan laporan dana partai tersebut kepada

  MATA. 48

  48 AJNN, MaTA dituduh sebagai antek-antek asing http:www.ajnn.net201311diminta-data-anggaran-partai-aceh-

  tuding-mata-mata-mata-asing , diunduh 5 Januari 2014

  TRANFORMASI GERAKAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI ACEH

  Bab ini akan menjelaskan gerakan organisasi masyarakat sipil di Aceh yang terbagi menjadi empat sub-bab, terdiri dari: gerakan OMS paska reformasi, gerakan OMS paska gempa dan tsunami, gerakan OMS paska MoU Helsinki, dan gerakan OMS paska disahkan UU No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). Secara umum gerakan organisasi masyarakat sipil di Aceh tumbuh setelah era reformasi di Indonesia, dan dicabutnya status Daerah Operasi Militer (DOM) pada tahun 1998 oleh Panglima ABRI Wiranto. Gerakan OMS yang pada awalnya menolak penerapan operasi militer Bab ini akan menjelaskan gerakan organisasi masyarakat sipil di Aceh yang terbagi menjadi empat sub-bab, terdiri dari: gerakan OMS paska reformasi, gerakan OMS paska gempa dan tsunami, gerakan OMS paska MoU Helsinki, dan gerakan OMS paska disahkan UU No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). Secara umum gerakan organisasi masyarakat sipil di Aceh tumbuh setelah era reformasi di Indonesia, dan dicabutnya status Daerah Operasi Militer (DOM) pada tahun 1998 oleh Panglima ABRI Wiranto. Gerakan OMS yang pada awalnya menolak penerapan operasi militer