Bentuk-Bentuk OMS

3.2. Bentuk-Bentuk OMS

  Sebagai organisasi sipil, OMS kemudian terbagi dalam beberapa bentuk. Pembentukan model OMS ini didasari kepada karakteristik, fungsi dan sifat organisasi yang berbeda satu sama lainnya. Seperti disebutkan oleh Larry Diamond, yang mengelaborasi OMS menjadi beberapa karakter. Menurutnya masyarakat sipil terepresentasi oleh berbagai jenis organisasi masyarakat sipil (OMS) yang luas, seperti organisasi yang bergerak dibidang isu politik, ekonomi, budaya, agama, etnik, kelompok komunal, dan institusi serta asosiasi lain yang mempertahankan hak kolektif, nilai, kepercayaan publik. Kedua dari segi kepentingan, dimana kelompok yang bertujuan memajukan atau melindungi kepentingan anggotanya seperti perserikatan buruh, asosiasi pensiunan, dan kelompok professional, dan ketiga dari segi relasi dengan pembangunan, yaitu organisasi yang mengumpulkan resource dan bakat individual untuk memajukan infrastuktur, institusi dan kualitas kehidupan

  masyarakat. 33

  Untuk konteks Indonesia, UU No.17 tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat (Ormas) membagi organisasi ke dalam dua bentuk, yaitu organisasi

  33 Larry Diamond, Civil Society and Development of

  Democracy, Working Paper, 2007.

  berbadan hukum dan organisasi tidak berbadan hukum. Organisasi berbadan hukum tersebut berupa (1) Yayasan dan (2) Perkumpulan. Sementara organisasi tidak berbadan hukum adalah organisasi yang proses pendiriannya tidak didasarkan kepada keputusan Menteri Hukum dan HAM, namun teregistrasi di Notaris dan Kesbangpol dan Linmas masing-masing kabupatenkota tempat organisasi tersebut terbentuk.

  Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) atau dikenal juga dengan sebutan Civil Society Organization (CSO) mempunyai berbagai bentuk dan jenis. Secara umum OMS ini merupakan lembaga non-profit yang digerakkan oleh sejumlah sukarelawan, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Begitu juga bentuk organisasinya, baik dalam bentuk perkumpulan, yayasan, lembaga dan juga perhimpunan massa. OMS juga terlihat dalam berbagai dinamika, dari yang menerapkan sistem demokratis, sampai otokratis. Sementara dari segi isu, mulai dari isu kemanusian, lingkungan, perlindungan satwa, agama sampai isu anti-agama

  sekalipun. 34

  34 Farah Monika,. Bentuk Organisasi Masyarakat Sipil dan

  Tantangan Global, Resensi Artikel karya Helmut Anhier dan Nuno Themudo, diterbitkan oleh Jurnal CIVIC, Jakarta: Fisip UI, 2003.

  Lebih lanjut, Helmut Salamon menyatakan terdapat beberapa bentuk OMS yang ada, antara lain: 35

  1) Network form, yaitu OMS yang berbentuk

  jaringan-jaringan yang muncul ketika afiliasi- afiliasi nasional dari International Non-Goverment Organization (INGO) meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam kegiatan kegiatan lintas negara, sekaligus membuka jaringan organisasi yang mengangkat isu tertentu, seperti isu global warming, lingkungan, dst.

  2) Special Form, dimana OMS ini mempunyai bentuk

  khusus dan mempunyai agenda yang khusus pula, seperti bentuk Yayasan, lembaga donor, organisasi keuangan, organisasi pendidikan dan pelatihan, dll. Bentuk OMS ini berada diluar klasifikasi OMS konvensional lainnya, dan jumlah bentuk oms ini berkembang dari masa ke masa.

  3) Dependent Bodies, yaitu badan-badan atau

  organisasi-organisasi yang bergantung pada organisasi lain atau merupakan organisasi yang tergantung kepada organisasi induknya, seperti organisasi-organisasi Caritas Gereja.

  35 Lester M.Salamon Helmut K.Anheier, The Emerging

  Non-Profit Sector, Manchester: Mancherter University Press, 1996.

  4) Lembaga non-konvensional yang terlibat dalam

  berbagai isi baik yang aktif maupun yang tidak aktif.

  Selain itu, OMS juga terbentuk karena didasarkan kepada kepentingan isu yang diusung dari terbentuknya OMS tersebut. Ada beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab munculnya berbagai bentuk organisasi baru, yaitu:

  1) Berhubungan dengan lingkungan organisasi

  dimana organisasi itu berada, lingkungan yang lebih luas dimana OMS tersebut beroperasi, dan mendorong OMS untuk memperluas diri. Perluasan OMS dalam bentuk-bentuk baru, yaitu spesial dan non-konvensional yang mencerminkan adanya peningkatan carrying capacity – istilah yang merujuk kepada ukuran populasi organisasi yang dapat didukung oleh sebuah lingkungan dengan sumber daya yang ada.

  2) Berhubungan dengan ketidakleluasaan dalam

  bentuk-bentuk organisasi yang telah ada, memberikan fokus pada kendala dan dilema yang dihadapi oleh OMS dalam lingkungannya, dan mendorong OMS untuk melakukan berbagai inovasi. Perluasan OMS dalam kerangka berbagai bentuk untuk menyesuaikan dengan kebutuhan perkembangan zaman

  Namun demikian, bentuk-bentuk OMS juga dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan perspektif dan sudut panjang proses klasifikasi OMS tersebut. Hal ini seperti ditulis oleh Sutoro dalam pengantar buku Larry Daymond bahwa ada dua bentuk atau tipologi organisasi, yakni mutualitas dan identitas

  organisasional. 36

  Kedua kriteria tersebut dibuat rendah dan ringgi yang kemudian menghasilkan empat model organisasi, yang bisa digunakan sebagai kerangka kerja hubungan antara OMS dengan pemerintah atau antara OMS dengan lembaga lainnya, seperti donor, pemerintah ataupun partai politik. Begitu juga ketika tingkat mutualisme dibangun rendah, sementara identitas organisasi ditonjolkan maka relasi itu disebut dengan relasi model kontrak. Kemudian jika mutualisme rendah dan identitas organisasi juga rendah maka akan terbangun hubungan yang disebut sebagai perpanjangan tangan (extension). Sementara kalau identitas organisasi rendah tetapi mutualisme tinggi disebut sebagai organisasi kooptasi. Kemudian terakhir model relasi kolaborasi atau kemitraan, dimana dalam konsep ini OMS membangun

  36 Larry Daymond, Developing Democracy Toward

  Consolidation, (Yogyakarta. IRE Press), 2003.

  konsep mutualisme dan identitas organisasi yang sama- sama tinggi. 37

  Gambar 3: Tipologi Organisasi Masyarakat Sipil

  Mutualitas

  Rendah Tinggi

  Tinggi Kemitraan

  Kontra

  kolaborasi

  Identitas Organisasional

  Perpanjangan Kooptasi

  Rendah

  Sumber: Jennifer Brinkerhoff, “Government-Nonprofit

  Partnership: A Defining Framework”, 2002.

  Gambar tersebut menjelaskan bahwa tipologi OMS dapat dilihat dari empat indikator (1) kontrak, (2) kepanjangan, (3) kemitraan, dan (4) kooptasi. Hubungan kontrak menggambarkan semakin tinggi relasi

  37 Sutoro, dkk. Masyarakat Sipil Mendemokrasikan Daerah,

  Pembelajaran Penguatan Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh, Jakarta: Yappika, 2009

  keuntungan baik secara politik, ekonomi maupun ideologi dengan partai politik, maka semakin jelas hilangnya identitas independensi organisasi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh mutualisme. Sedangnya arti indikator dari kepanjangan adalah posisi OMS dibentuk oleh partai politik, sehingga kerja-kerja OMS menjadi perpanjangan dari kerja-kerja partai politik. Istilah ini sering disebut dengan relasi klientalistik. Sementara relasi kemitraankelaborasi mencerminkan hubungan timbal baik yang meletakkan relasi pada kepentingan publik. Pola ini juga disebut dengan relasi partisipatory dimana masing-masing organisasi baik OMS maunpun parpol berdiri sesuai dengan core-nya masing-masing. Terakhir pola relasi kooptasi. Pola ini menjadikan posisi OMS sebagai pemanfaat fungsi OMS untuk kepentingan partai politik dan OMS tidak menyadari proses pemanfaatan itu, artinya OMS dikoptasi oleh fungsionaris partai politik tertentu untuk bekerja bagi kepentingan parpol tersebut.

  Selain itu, bentuk OMS juga dipengaruhi dari definisi OMS itu sendiri. Definisi tentang konsep organisasi masyarakat sipil sangat bervariatif, tergantung cara pandang kita mengartikulasikan dan memahami OMS itu sendiri. Sehingga tidak bisa di ditarik satu definisi tunggal. Ada pandangan yang mengatakan OMS merupakan peristilahan umum yang mengakomodasikan berbagai bentuk organisasi yang tumbuh di tengah Selain itu, bentuk OMS juga dipengaruhi dari definisi OMS itu sendiri. Definisi tentang konsep organisasi masyarakat sipil sangat bervariatif, tergantung cara pandang kita mengartikulasikan dan memahami OMS itu sendiri. Sehingga tidak bisa di ditarik satu definisi tunggal. Ada pandangan yang mengatakan OMS merupakan peristilahan umum yang mengakomodasikan berbagai bentuk organisasi yang tumbuh di tengah

  Dengan demikian bisa dikatakan bahwa OMS terpetakan berdasarkan issue; agama, perempuan, hak asasi

  manusia, buruh,

  petani, kepemudaan,

  pemerintahan, dan demokrasi. Ada hal baru pada fokus issue dalam kerja atau peran OMS di Aceh yakni isu perdamaian, rehabilitasi dan rekonstruksi. Menurut Sutoro Eko et. al, dalam literatur kontemporer, perdamaian mempunyai spektrum yang lebih luas, yaitu tidak hanya bicara tentang resolusi konflik dan perdamaian semata, tetapi juga mengaitkan perdamaian dengan berbagai agenda yang kompleks. Sedangkan isu rehabilitasi dan rekonstruksi tercipta dikarenakan karena faktor dalam merespon bencana, khususnya bencana tsunami di Provinsi Aceh. Banyak sekali OMS terbentuk untuk membantu dan mempercepat pengembalian kehidupan masyarakat Aceh ke dalam kondisi normal.

  Jadi keseluruhan batasan isu terfokuskan kepada kerja sosial yang dipraktekkan dalam merespon Jadi keseluruhan batasan isu terfokuskan kepada kerja sosial yang dipraktekkan dalam merespon

  Selanjutnya keberadaan organisasi partai politik tidak dikatagorikan bagian dari OMS, tampaknya ada kesepakatan di kalangan para ahli dan pengamat untuk tidak memasukan organisasi partai politik. Ini tercermin dalam pandangan-pandangan yang dikemukakan dalam pertemuan NAG (National Advisory Group) yang pertama. Organisasi partai politik juga dilihat sebagai organisasi yang berada pada aras masyarakat (infrastruktur) sekaligus pada negara (suprastruktur) yang terlihat dari keberadaan orang-orang yang merupakan representasi partai di parlemen dan

  kekuasaan pemerintah negara. 38

  Namun OMS juga didefinisikan sebagai sektor ketiga (setelah negarapemerintah dan pasarsektor bisnissektor swasta). Dengan demikian sektor swasta memang tidak dimasukan ke dalam katagori masyarakat sipil. OMS didefinisikan juga sebagai sektor nirlaba (profit). Dalam konteks ini, ada para ahli yang memasukan koperasi sebagai sektor nirlaba, karena tujuan koperasi bukanlah mengejar laba apalagi

  38 Lili Hasanuddin, dkk., Indeks Indeks Masyarakat Sipil

  Indonesia 2006: Jalan (Masih) Panjang Menuju Masyarakat Sipil, Laporan Penelitian, Yappika, Jakarta, 2006 Indonesia 2006: Jalan (Masih) Panjang Menuju Masyarakat Sipil, Laporan Penelitian, Yappika, Jakarta, 2006

  Sudut pandang lainnya yang memperkaya definisi organisasi masyarakat sipil adalah seperti dikatakan Djamal bahwa pembentukan organisasi- organisasi masyarakat sipil dilakukan oleh individu masyarakat yang mempunyai sebuah perspektif untuk melakukan suatu perubahan pada diri mereka dan masyarakat secara umum. Konteks pembentukan organisasi adalah untuk mempertemukan para individu tersebut dalam sebuah pemahaman bersama untuk mencapai tujuan, karena perjuangan untuk membangun perubahan harus dikembangkan secara massif menuju sebuah kekuatan besar yang mampu mendobrak

  kekuatan yang sedang berkuasa. 39

  Dari berbagai pemikiran akan konsep OMS, kalangan pemerhati sosial mendefinisikan OMS adalah gerakan masyarakat sipil melalui organisasi untuk merespon masalah-masalah sosial masyarakat serta memperjuangkan hak-hak yang melekat di masyarakat

  Jamal, Sekjen

  ACSTFKonsorsium Aceh Baru, 2 November 2013 ACSTFKonsorsium Aceh Baru, 2 November 2013

  Memperkuat argumentasi di atas, Kemunculan OMS merupakan reaksi atas melemahnya peran kontrol lembaga-lembaga Negara, termasuk partai politik, dalam menjalankan fungsi pengawasan ditengah dominasi pemerintah terhadap masyarakat. Sehingga pada awal sejarah perkembangan lahirnya OMS, terutama yang bergerak dibidang sosial politik, tujuan utama pembentukan OMS adalah bagaimana mengontrol kekuasaan Negara, tuntutan pers yang bebas, tuntutan kebebasan berorganisasi, advokasi terhadap kekerasan Negara dan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat. Pada masa orde baru OMS menjadi sebuah kelompok kritis yang memberikan tekanan pada pemerintah. Meuthia Ganie-Rochman menyebut pola hubungan LSM pada masa ini sebagai pola hubungan yang konfliktual, dimana dari sisi pemerintah juga berupaya mencampuri dan mempengaruhi organisasi, cara kerja dan orientasi OMS .

  Terakhir, kita dapat memahami bahwa OMS adalah organisasi sipil yang terbagi ke dalam berbagai

  bentuk, diantaranya organisasi kemasyarakatan yang terbagi menjadi organisasi massa, organisasi rakyat, organisasi profesi, organisasi komunitas, dan organisasi

  NGOLembaga Swadaya Masyarakat. Fokus kerja organisasi sangat ditentukan berdasarkan visi dan misi serta kemampuan merealisasikan mandat tertuang dalam visi dan misi tersebut.