Al-Syaukâny dan Hadits-hadits yang Bertentangan

c. Al-Syaukâny dan Hadits-hadits yang Bertentangan

Salah satu persoalan yang juga penting untuk dilihat adalah: bagaimana sikap al-Syaukâny terhadap hadits-hadits Rasulullah yang saling bertentangan satu sama lain dalam sebuah persoalan yang sama? Untuk itu, kita akan meninjau bagaimana al-Syaukâny menafsirkan ayat 29 dari surah al-Ahqâf berikut ini.

                    “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu

yang mendengarkan al-Qur`an. Maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya, lalu mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.”

24 Al-Syaukâny, Fathul Qadîr, juz 2, s. 86. Menurut al-Dzahaby bahwa riwayat hadits ini adalah maudhu' atas lisannya orang-orang Syi'ah. Akan tetapi al-Syaukâny tidak

memberikan komentar apa-apa. Lihat, Al-Dzahaby, al-Tafsir wa la-Mufassirun, juz 2, s. 44- 45. Komentar yang sama juga dikemukakan oleh 'Abdu al-Razaq al-Mahdy, Muhaqiq tafsir al-Qurtuby, bahwa hadits ini maudhu' atas lisannya orang-orang Rafidhah saja. Lihat, al- Qurtuby, al-Jami' li al-Ahkam al-Qur'an, juz. 6, s. 207-20

Tentang peristiwa pertemuan Rasulullah saw. dengan rombongan jin, terdapat dua riwayat yang saling bertentangan, dan keduanya sama-sama berasal dari Ibn Mas’ud. Dalam salah satu riwayat tersebut, Ibn Mas’ud menyatakan bahwa dia bersama Rasulullah saw. saat beliau menemui rombongan jin. Sebaliknya, dalam riwayat yang lain, Ibn Mas’ud justru menyatakan bahwa tidak ada seorang pun sahabat yang menemani Rasulullah saw. pada saat itu. Karena kedua riwayat tersebut sama-sama shahih, maka al-Syaukâny mengkompromikan keduanya dengan

mengatakan bahwa dua riwayat tersebut mengisahkan dua peristiwa yang berbeda. Artinya, Rasulullah saw. menemui rombongan jin sebanyak dua kali, dan Ibn Mas’ud menyertai beliau hanya dalam salah satu dari keduanya. 25 Hal ini, menurut al-Syaukâny, didukung oleh banyak riwayat lain

yang menyatakan bahwa kaum jin berkali-kali mengirimkan utusan kepada Rasulullah saw. untuk mempelajari ajaran agama Islam. 26

Upaya mengkompromikan riwayat-riwayat yang bertentangan juga terlihat dalam penjelasan al-Syaukâny tentang sebab turunnya ayat pertama dari surah al-Tahrîm.

                “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan

bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

25 Al-Syaukâny, Fathul Qadîr, juz 5, s. 37. 26 Al-Syaukâny, Fathul Qadîr, juz 5, s. 37.

Ada banyak hadits yang mengisahkan bahwa ayat ini diturunkan karena Rasulullah saw. mengharamkan bagi diri beliau untuk meminum madu. Al-Bukhari, al-Muslim, Abu Dawud dan al-Nasa`i meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Rasulullah saw. meminum madu di rumah Zainab

binti Jahsy. 27 Kemudian beliau menemui Aisyah dan Hafshah yang telah bersepakat untuk berkata kepada Nabi bahwa dari diri beliau tercium bau

maghâfîr. Tertipu oleh rencana kedua istri beliau ini, Rasulullah pun bersumpah untuk tidak akan lagi meminum madu. Maka turunlah ayat yang

berisi teguran di atas. 28 Akan tetapi ada riwayat lain yang menyatakan bahwa ayat di atas

turun dalam peristiwa ketika Rasulullah saw. mencampuri seorang wanita, lalu Aisyah dan Hafshah mendesak beliau agar bersumpah untuk tidak mencampurinya lagi. Sebagian riwayat tersebut menyebut nama Mariyah al- Qibthiyyah sebagai wanita yang dicampuri Rasulullah saw., sementara sebagian yang lain hanya menyebut “budak wanita” (amah) atau “wanita

27 Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn al-Mundzir, Ibn Abi Hâtim, al-Thabrany, dan Ibn Mardawaih melalui jalur Ibn ’Abbas, disebutkan bahwa Rasulullah saw. meminum

madu di rumah Saudah, bukan di rumah Zainab. Lihat, Al-Syaukâny, Fathul Qadîr, juz 5, s. 334. Lafadz hadits tersebut adalah:

Di riwaytakan oleh al-Bukhary, kitab Tafsir, bab Thalaq, no.453, al-Muslim, kitab Thalaq, no.1474, Abu Daud kitab al-Asribah no. 3714, dan riwayat al-Nasai kitab tafsir no. 628. lihat, Program CD-ROM. Syarikah al-Barâmij al-Islâmiyyah al-Duwaliyyah, Versi 2.0, 1997.

28 Al-Syaukâny, Fathul Qadîr, juz 5, s. 334.

tawanan perang” (surriyyah). Maka turunlah ayat di atas sebagai teguran kepada Rasulullah saw.. 29

Berhadapan dengan riwayat-riwayat yang berbeda-beda itu, al- Syaukâny mencoba melakukan kompromi. Dinyatakannya bahwa kedua peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan sama-sama shahih untuk dijadikan sebab turunnya ayat di atas. Dengan demikian, ayat pertama dari surah al- Tahrîm itu diturunkan sebagai respons atas dua peristiwa tersebut (nazala

fîhimâ jamî’an). 30

Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa al-Syaukâny dalam masalah hadits-hadits yang bertentangan ia melakukan kompromi, selama kompromi itu memungkinkan dan riwayatnya juga sama-sama shahihnya.

Berikutnya, kita akan beralih kepada uraian mengenai bagaimana al- Syaukâny memposisikan pendapat para sahabat dalam kitab tafsir yang ditulisnya.