Menurut Muntasib 1998 diacu dalam Rachmawati 2000, dalam melaksanakan kegiatan pendidikan konservasi melalui jalur sekolah formal
maka unsur kunci yang harus diperhatikan adalah kurikulum sekolah, guru, sarana pendidikan yang tersedia serta siswa latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan
lingkungan geografisnya. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan responden maka
permasalahan pengembangan konservasi tumbuhan obat dapat dibedakan menjadi beberapa aspek, yaitu aspek fisik dan biologis sekolah, aspek siswa, aspek kepala
sekolah, aspek guru dan aspek orang tua.
5.4.1 Aspek Fisik dan Biologis
Sekolah terletak di komplek SD Pengadilan, kondisinya pada komplek tersebut seperti “kotak sabun” yang sangat tidak memungkinkan untuk menambah
lahan. Hal ini dikarenakan lahan milik pemerintah sejak tahun 1920 di atas tanah seluas 1015 m² sudah sangat pas dengan batas-batas yang tidak dapat di rubah
lagi, apalagi jika dilihat dari depan sekolah lihat Gambar 8. Terlihat sekolah sudah mengoptimalkan lahan, kalaupun ingin menambah area dengan cara
vertical. Hal serupa terjadi ketika proses wawancara berlangsung sedang terjadi pembangunan ruang perpusatakaan dan mushola di lantai dua.
Gambar 8 SDN Pengadilan 5 Bogor tampak depan. SDN Pengadilan 5 pada bagian depan berhadapan dengan jalan raya Pasar
Anyar, sebelah kanan dengan SDN Pengadilan 2, sebelah kiri dengan SDN Pengadilan 3 dan bagian belakang berbatasan dengan komplek perumahan warga.
Pada komplek sekolah ini terdapat enam sekolah yang semuanya merupakan SDN Pengadilan yang berderet tidak berurutan. Sehingga sekolah satu dengan
sekolah lainnya bersebelahan dan tidak dapat menambah lahan ke samping, depan dan belakang sekolah untuk pelebaran.
Gambar 9 Bagian depan SDN Pengadilan 5 sekaligus tempat parkir. Pemanfaatan lahan di sekolah ini sangat maksimal, maksudnya adalah
dengan luas lahan 1015 m² lahan teralokasi untuk ruang belajar, ruang sarana penunjang, tempat parkir guru, lapangan olahraga sekaligus lapangan upacara.
Sehingga siswa menggunakan waktu istirahatnya di teras depan kelas sambil makan jajanan atau dalam kelas dan bermain di lapangan olah raga
Tempat parkir lihat Gambar 9 dan menunggu orang tua berada di luar pagar sekolah yang berhadapan langsung dengan jalan raya Pasar Anyar, tetapi
ada beberapa yang menunggu di teras yang berhadapan dengan tempat parkir guru. Oleh karena itu, di sekolah ini tidak ada lahan tanah secara langsung,
walaupun demikian ada sedikit tanah berupa teras kecil beberapa meter yang sudah terisi dengan beberapa tanaman. Selain itu, pada teras tepi tempat parkir
guru terlihat beberapa tumbuhan obat dalam pot lihat Gambar 10, sekeliling lapangan olah raga terdapat beberapa palem dalam pot dan dekat gerbang sekolah
terdapat sedikit lahan teras sisa kebun TOGA tahun 1998 lihat Lampiran 6.
Gambar 10 Tumbuhan obat dalam pot. Salah satu permasalahan utama di sekolah ini ketiadaan lahan untuk
menanam. Pernyataan ini terungkap oleh seluruh responden guru dan beberapa orang tua siswa. Bahkan ada responden yang tidak setuju ada tumbuhan obat di
sekolah karena tidak adanya lahan di sekolah. Hal ini memang menjadi masalah utama jika hanya mengandalkan tempat. Apalagi ada responden yang mengatakan
perlunya lahan khusus yang mudah dalam pengawasan agar tidak terganggu oleh anak-anak yang iseng. Tapi dari responden pula terdapat beberapa solusi untuk
pemecahan masalah lahan. Jika ingin menambah koleksi tanaman dengan menggunakan metode verticulture dan harus di dalam pot.
Gambar 11 Teras TOGA.
5.4.2 Aspek Kondisi Siswa