5.4.5 Aspek Kepala Sekolah
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah terdapat beberapa hal yang menjadi masalah dalam usaha pengembangan konservasi tumbuhan obat di
sekolah selain lahan, yaitu biaya, tidak adanya tenaga ahli, belum adanya pihak
yang dapat diajak bekerja sama dan cara perawatan tanaman.
Pembuatan program kegiatan baru tidak dapat lepas begitu saja dari dana, lagipula dana merupakan permsalahan klasik yang belum terpecahkan tetapi
sangat berperan sebagai salah satu penggerak program kegiatan. Dan keadaan guru secara kuantitas dan kualitas yang memadai sehingga kebutuhan akan tenaga
ahli terkait tumbuhan obat sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, dibutuhkannya penanggung jawab atau sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap
tahapan program kegiatan, misal perawatan tumbuhan obat dan berkonsultasi tentang tumbuhan obat.
5.4.6 Solusi
Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa pemecahan masalah solusi terhadap permasalahan yang disampaikan oleh responden diantaranya
adalah 1 perlunya alternative menanam seperti menanam menggunakan pot dan non tanah, 2 perlu adanya lahan khusus tanpa gangguan sekitar, adanya dana
tambahan, 3 bantuan sarana prasarana, 4 tim khusus dari siswa untuk piket, 5 pelatihan, 6 mengadakan kerja sama dengan pihak di luar sekolah, dan 7
adanya kemauan serta kreatifitas guru. Alternatif penanaman dengan menanam dalam pot merupakan salah satu
solusi yang disampaikan guru dan orang tua. Pemecahan masalah ini diharapkan dapat mengakomodir tidak adanya lahan berupa tanah. Selain itu, menanam
dengan pot adalah solusi yang sudah dilakukan sejauh ini. Walaupun tanaman tersebut pada akhirnya hilang entah kemana. Penanaman dengan menggunakan
media tanam non tanah merupakan solusi lainnya yang terungkap untuk menghindari penggunaan karena kurangnya tanah di area sekolah. Hal ini
dikarenakan kemajuan teknologi seperti hidroponik, hydro gell dan lainnya. Ketersediaan lahan khusus yang terbebas dari gangguan siswa merupakan
pemecahan masalah selanjutnya yang teridentifikasi. Sama halnya dengan
pembahasan sebelumnya, tidak adanya lahan menyebabkan perlunya lahan tetapi pada kesempatan kali ini dikarenakan perlunya upaya perlindungan dari keisengan
dan gangguan siswa. Sehingga diperlukanlah lahan khusus tersebut. Pendanaan merupakan masalah krusial bagi suatu program kegiatan apalagi
program yang baru dalam tahap rintisan. Oleh karena itu, perlunya sumber dana dan alokasi dana yang jelas, terencana dan produktif. Maksud dari jelas adalah
adanya kepastian sumber dana dan alokasi yang riil. Terencana, maksudnya adalah memiliki perkiraan aliran dana. Produktif, maksudnya dana tidak hanya
untuk pemakaian atau konsumtif tetapi dapat “mengalir” sehingga dana sebagai modal akan dapat berkelanjutan.
Bantuan sarana prasarana seperti bibit, papan deskripsi tumbuhan obat dan alat peraga sangat diperlukan untuk kegiatan sosialisasi konservasi tumbuhan
obat. Hal ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman siswa.
Jumlah siswa yang banyak ternyata tidak selamanya menjadi masalah di sekolah. Selain menjadi masalah, dapat pula menjadi solusi dengan
memberdayakan siswa untuk membentuk tim khusus. Tim khusus siswa bertugas melakukan perawatan pada tanaman. Hal ini sangat membantu karena adanya
kesediaan siswa dalam membantu perawatan tumbuhan obat di sekolah. Kapasitas pengetahuan dan pengalaman dapat menjadi guru yang berharga
dalam pembelajaran. Tetapi pengetahuan dan pengalaman itu perlu untuk selalu diperbaharui atau di tambah kapasitasnya. Maka, perlu adanya pelatihan terutama
terkait pembuatan produk turunan dan berbahan dasar tumbuhan obat. Penambahan kapasitas pengetahuan dan pengalaman serta bantuan sarana
prasarana akan sangat mudah diatasi jika pihak sekolah memiliki kerja sama dengan komite sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan merapihkan pendataan
untuk menjalin kerjasama agar dapat menindak lanjuti hal tersebut. Optimalisasi peran komite sekolah sangat membantu dalam program
kegiatan yang tidak dapat hanya mengandalkan kapasitas pengajar di sekolah. Optimalisasi peran komite sekolah juga dapat memudahkan dalam pemenuhan
kebutuhan bahkan dana sekalipun. Program kegiatan tidak mungkin berjalan
hanya dengan perseorangan maka perlunya manajemen kolaborasi di antara pihak- pihak yang terlibat agar dapat mengakomodir seluruh elemen.
Hal yang paling penting dalam program pengembangan tumbuhan obat adalah adanya kemauan untuk melakukan dan memulai disertai kreativitas kepala
sekolah, guru dan orang tua dalam manajemen kolaborasi.
5.5 Rencana Program Pengembangan Konservasi Tumbuhan Obat