Persepsi dan sikap pengunjung Kebun Raya Bogor terhadap koleksi tumbuhan obat

(1)

TERHADAP KOLEKSI TUMBUHAN OBAT

HENI APRIYANTI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

Bogor Terhadap Koleksi Tumbuhan Obat. Di bawah bimbingan AGUS HIKMAT dan R. SYAMSUL HIDAYAT.

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan kawasan konservasi ex situ yang dibangun dengan konsep tata ruang yang indah dan memiliki fungsi sebagai pusat konservasi tumbuhan, sarana penelitian, pendidikan lingkungan, dan tempat wisata alam. Potensi sumberdaya alam yang masih belum banyak diketahui oleh pengunjung KRB, yaitu koleksi tumbuhan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi (1) persepsi pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat di KRB, (2) sikap pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat di KRB. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukkan bagi pihak pengelola KRB dalam pengembangan koleksi tumbuhan yang berkhasiat obat serta mendorong sikap positif masyarakat dalam pelestarian tumbuhan obat di KRB.

Penelitian ini dilaksanakan di sekitar vak (petak) koleksi tumbuhan obat KRB yang berlangsung selama satu bulan pada bulan Mei 2011. Data yang digunakan adalah data primer (berasal dari hasil jawaban kuisioner pengunjung) dan data sekunder (berasal dari beberapa pustaka yang relevan dengan topik penelitian). Penentuan jumlah pengunjung dilakukan menggunakan teknik sampling dengan Rumus Slovin dan pengambilan sampel menggunakan metode Convinient Sampling sebanyak 100 orang. Analisis data disajikan secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pengunjung/responden KRB memiliki keragaman yang menandakan adanya suatu perbedaan yang dilihat dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, asal pengunjung, dan motivasi pengunjung (sumber informasi, frekuensi kunjungan, serta tujuan melakukan kunjungan). Persepsi merupakan proses individu dalam memilih dan menafsirkan informasi sehingga menimbulkan preferensi terhadap suatu objek, yang mana objek dalam penelitian ini adalah koleksi tumbuhan obat yang ada di KRB. Persepsi pengunjung KRB secara umum menunjukkan hasil yang positif terhadap keberadaan koleksi tumbuhan obat dengan hasil skoring sebesar 3,95. Sikap pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat dengan hasil skoring 4,01 menunjukkan hasil yang positif. Banyaknya pengunjung yang memiliki persepsi positif mengenai nilai edukatif di KRB menjadi dorongan bagi pihak pengelola KRB untuk tetap mempertahankan bahkan meningkatkan unsur pendidikan lingkungan dan kawasan wisata alam.

Kata kunci : Kebun Raya Bogor (KRB), persepsi, sikap, pengunjung, tumbuhan obat


(3)

Medicinal Plants Collection of Bogor Botanical Garden. Under Supervision of AGUS HIKMAT and R. SYAMSUL HIDAYAT.

Bogor Botanic Garden (KRB) is ex-situ conservation area which is built on beautiful landscape concept and functioned as center of plant conservation, research, environmental education, and also recreation. Unrevealed potential of natural resources in KRB is medicinal plants collection. The objectives of this research were to identify (1) visitor‟s perception toward medicinal plants collection of KRB, (2) visitor‟s attitude toward medicinal plants collection of KRB. This research expected to benefit of medicinal plants collection development on KRB, as well as the promotion of a positive attitude in the field of conservation of medicinal plant communities in the KRB.

This research was carried out around of KRB‟s medicinal plants collection blocks for a month at May 2011. Data used in this research were included primary data, which obtained from result of visitor‟s questionnaire, and secondary data, which obtained from references which are relevant to the research. Total of visitors were determined by sampling technique with Slovin Equation, while samples taken by Convenient Sampling technique which amount 100 persons. Data analysis was presented descriptively by distribution frequency and percentage.

Result of this research shows that visitor‟s characteristic of KRB has a variety which indicate the differences in age, sex, educational level, occupation,

visitor‟s origin, and motivation (source of information, visiting frequency, and visiting purposes). Perception is individual process in choosing and interpreting of information that is resulting a preference to an object, where the object of this research was medicinal plants collection of KRB. Generally, visitor‟s perception toward medicinal plants collection shows positive result with scoring value 3,95. Visitor‟s attitude shows positive result with scoring value 4,01. The abundance of visitors which have positive perception toward educational value of KRB will become the encouragement to the managers of KRB to preserve and also improve the subtances of environmental education and recreation.

Keywords : Bogor Botanical Garden (KRB), perception, attitude, visitors, medicinal plant


(4)

TERHADAP KOLEKSI TUMBUHAN OBAT

HENI APRIYANTI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Sikap Pengunjung Kebun Raya Bogor Terhadap Koleksi Tumbuhan Obat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Heni Apriyanti NIM E34070034


(6)

Nama : Heni Apriyanti

NIM : E34070034

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F NIP. 19620918 198903 1 002

Ir. R. Syamsul Hidayat, M.Si NIP. 19680706 199303 1 004

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S NIP. 19580915 198403 1 003


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (skripsi) sebagai tugas akhir sarjana. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2011 adalah Persepsi dan Sikap Pengunjung Kebun Raya Bogor Terhadap Koleksi Tumbuhan Obat. Teriring doa dan harap semoga Allah meridhoi upaya yang penulis lakukan.

Skripsi ini membahas mengenai karakteristik pengunjung, motivasi, persepsi, dan sikap pengunjung yang didapat setelah melakukan kunjungan ke kebun koleksi tumbuhan obat Kebun Raya Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata karena keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi pihak pengelola Kebun Raya Bogor.

Bogor, Agustus 2011


(8)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 3 April 1989 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan M. Kusbarnadji dan K. Mulyanah. Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui penulis dari memasuki TK Islam Al-Munawwar Bogor pada tahun 1994-1995, SD Negeri Kebon Pedes 1 Bogor pada tahun 1995-2001, SMP Negeri 8 Bogor pada tahun 2001-2004, SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan IPB dengan mengambil program supporting course.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) pada periode kepengurusan 2008-2010. Di HIMAKOVA penulis tergabung menjadi

anggota Kelompok Pemerhati Flora “Rafflesia” (KPF), anggota Kelompok Pemerhati Mamalia “Tarsius” (KPM), dan anggota Biro Kekeluargaan

HIMAKOVA pada periode yang sama. Selain itu, penulis pernah mendapat beasiswa BBM pada periode 2009 dan beasiswa BUMN pada periode 2010

Praktek Lapang Kehutanan yang pernah diikuti oleh penulis adalah kegiatan RAFFLESIA di Cagar Alam Rawa Danau, Banten pada tahun 2009; Surili di Taman Nasional Manupeu Tanadaru, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2009; Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di BKPH Sancang Timur dan BKPH Gn. Papandayan pada tahun 2009; Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi pada tahun 2010; serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara pada tahun 2011. Dalam rangka menyelesaikan studi di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi dengan judul Persepsi dan Sikap Pengunjung Kebun Raya Bogor Terhadap Koleksi Tumbuhan Obat di bawah bimbingan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Ir. R. Syamsul Hidayat, M.Si.


(9)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur atas berkah dan rahmat Allah SWT yang senantiasa menyertai dalam proses penulisan skripsi ini sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik. Adapun penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, doa, dan dukungan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis (mamah dan bapak) dan kakak yang telah memberikan berbagai dukungan baik moral dan material yang tidak pernah putus kepada penulis.

2. Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Ir. R. Syamsul Hidayat, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi ini.

3. Resti Meilani, S.Hut, M.Si sebagai moderator pada saat seminar hasil penelitian.

4. Ir. Edhi Sandra, M.Si sebagai ketua sidang ujian komprehensif dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi.

5. Dr. Ir. Achmad, M.S sebagai dosen penguji ujian komprehensif dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi.

6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Tata Usaha DKSHE atas bantuannya selama kuliah dan penyelesaian skripsi.

7. Bapak Endang Suparta selaku Kepala Pengamat Lingkungan 12 KRB dan seluruh pegawai/staf pengelola KRB yang telah membantu penulis selama kegiatan pengambilan data di lapangan.

8. Beasiswa BUMN yang telah memberi bantuan untuk penelitian penulis. 9. Semua sahabat terbaikku (Ririn, Yuni, Fanie, Neneng, Novitasari, Tridha,

Rinawati) atas persahabatan, kebersamaan, dukungan, dan bantuan selama kegiatan kuliah/lapang, serta penyusunan skripsi sampai selesai.

10. Teman-teman di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

terutama KOAK‟44 dan Lab BKKT atas kebersamaan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung maupun kegiatan praktikum di lapang.


(10)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat ... 3

2.2 Persepsi atau Pengetahuan Masyarakat ... 4

2.3 Sikap Masyarakat ... 5

2.4 Kebun Raya ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

3.2 Bahan dan Alat ... 9

3.3 Metode Penelitian dan Pengambilan Data ... 9

3.3.1 Tahapan penelitian ... 9

3.3.2 Jenis data yang dikumpulkan ... 9

3.3.3 Penentuan jumlah pengunjung/responden ... 10

3.3.4 Cara memilih pengunjung/responden ... 12

3.3.5 Pengelompokkan pengunjung berdasarkan kelas umur ... 12

3.3.5 Wawancara dengan pengunjung untuk mengisi kuisioner ... 13

3.4 Metode Analisis Data ... 13

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kebun Raya Bogor ... 16

4.2 Letak dan Luas ... 17

4.3 Flora dan Fauna ... 18

4.4 Visi dan Misi Kebun Raya Bogor ... 19

4.5 Tujuan dan Sasaran Kebun Raya Bogor ... 19


(11)

v BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Koleksi Tumbuhan Obat di KRB ... 22

5.2 Karakteristik Pengunjung/Responden KRB ... 24

5.2.1 Karakteristik pengunjung berdasarkan umur ... 24

5.2.2 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin ... 25

5.2.3 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan ... 26

5.2.4 Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan ... 27

5.2.5 Karakteristik pengunjung berdasarkan asal ... 28

5.3 Motivasi Pengunjung KRB ... 30

5.3.1 Sumber Informasi awal KRB ... 30

5.3.2 Frekuensi dan waktu kunjungan ... 32

5.3.3 Tujuan mengunjungi KRB ... 34

5.4 Persepsi Pengunjung KRB ... 37

5.4.1 Tanggapan pengunjung KRB terhadap koleksi tumbuhan obat ... 38

5.4.2 Penilaian pengunjung terhadap fasilitas pelayanan KRB ... 42

5.4.3 Pengetahuan pengunjung tentang keberadaan koleksi tumbuhan obat KRB ... 47

5.5 Sikap Pengunjung KRB ... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

6.1 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(12)

vi

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis dan cara memperoleh data ... 10

2. Data rekapitulasi jumlah pengunjung KRB pada bulan Oktober 2010 ... 11

3. Data rekapitulasi jumlah pengunjung per harinya selama penelitian berlangsung berdasarkan acuan dari data pengunjung KRB pada bulan Oktober 2010 ... 12

4. Bobot jawaban Skala Likert ... 14

5. Rekapitulasi frekuensi dan waktu kunjungan pengunjung ke KRB ... 33


(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Denah lokasi Kebun Raya Bogor (KRB) dan vak kebun koleksi

tumbuhan obat (Sumber KRB) ... 8

2. Struktur organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan KRB – LIPI ... 21

3. Kebun koleksi tumbuhan obat KRB vak XXIV.A (A) dan XXIV.B (B) ... 23

4. Karakteristik kelas umur pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB ... 25

5. Karakteristik jenis kelamin pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB ... 26

6. Karakteristik tingkat pendidikan pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB ... 27

7. Karakteristik pekerjaan pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB ... 28

8. Karakteristik asal pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB ... 30

9. Persentase sumber informasi awal pengunjung mengenai KRB ... 32

10. Kunjungan dilakukan secara rombongan, misal keluarga (A) dan teman (B) ... 34

11. Hasil skoring persepsi dan sikap pengunjung KRB terhadap koleksi tumbuhan obat ... 38

12. Hasil skoring tanggapan pengunjung KRB terhadap koleksi tumbuhan obat berdasarkan interval kelas umur ... 40

13. Hasil skoring tanggapan pengunjung KRB terhadap koleksi tumbuhan obat berdasarkan jenis kelamin ... 40

14. Hasil skoring tanggapan pengunjung KRB terhadap koleksi tumbuhan obat berdasarkan tingkat pendidikan ... 41

15. Sistem penataan koleksi tumbuhan obat KRB ... 42

16. Hasil skoring penilaian pengunjung terhadap fasilitas pelayanan KRB berdasarkan interval kelas umur ... 43

17. Fasilitas papan penunjuk arah menuju koleksi tumbuhan obat, di persimpanga jalan Astrid (A) dan dekat vak XXIV. A (B) ... 44

18. Hasil skoring penilaian pengunjung terhadap fasilitas pelayanan KRB berdasarkan jenis kelamin ... 45

19. Hasil skoring penilaian pengunjung terhadap fasilitas pelayanan KRB berdasarkan tingkat pendidikan ... 45

20. Taman tematik obat di vak XXIV.B KRB ... 46 21. Pintu masuk kebun koleksi tumbuhan obat: pintu Orchidarium (A), pintu


(14)

viii sebelah lapangan tenis (B), dan pintu depan Taman Lebak Sudjana Kasan (C) 47 22. Hasil skoring pengetahuan pengunjung tentang keberadaan koleksi

tumbuhan obat di KRB berdasarkan interval kelas umur ... 48 23. Hasil skoring pengetahuan pengunjung tentang keberadaan koleksi

tumbuhan obat di KRB berdasarkan jenis kelamin ... 49 24. Hasil skoring pengetahuan pengunjung tentang keberadaan koleksi

tumbuhan obat di KRB berdasarkan tingkat pendidikan ... 50 25. Hasil skoring sikap pengunjung KRB tentang keberadaan koleksi

tumbuhan obat berdasarkan interval kelas umur ... 51 26. Hasil skoring sikap pengunjung KRB tentang keberadaan koleksi

tumbuhan obat berdasarkan jenis kelamin ... 51 27. Hasil skoring sikap pengunjung KRB tentang keberadaan koleksi


(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Rekapitulasi karakteristik pengunjung KRB ... 62 2. Rekapitulasi motivasi pengunjung KRB ... 63 3. Hasil analisis rentang kriteria persepsi dan sikap pengunjung terhadap koleksi

tumbuhan obat di KRB... 64 4. Koleksi tumbuhan obat di Kebun Raya Bogor ... 68 5. Struktur kelompok jabatan di PKT Kebun Raya Bogor untuk subbidang


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu Pusat Konservasi Tumbuhan yang ada di tengah Kota Bogor. Kebun Raya Bogor memiliki dua fungsi dilihat dari segi ekologi dan segi ekonomi (Kartasasmita 1983). Fungsi KRB dilihat dari segi ekologi, yaitu sebagai sistem penjaga daerah resapan air, pencipta keseimbangan dan keserasian kota dalam mendukung pelestarian keanekaragaman dan memperbaiki kualitas iklim mikro dengan menyerap gas karbondioksida serta gas pencemar lainnya untuk diproses melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan gas oksigen. Selain itu, KRB bermanfaat juga sebagai penyimpan sumberdaya genetika berbagai spesies tumbuhan. Selain spesies anggrek, nepenthes, dan koleksi yang terdapat dalam rumah kaca di KRB terdapat sekitar 14.585 spesimen yang terdiri dari 3.411 spesies yang mewakili 1.259 genera dari 215 famili (Sari et al. 2010). Dilihat dari segi ekonomi keberadaan KRB dapat meningkatkan pendapatan negara dengan banyaknya kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara dan memacu kegiatan perekonomian masyarakat sekitar.

Karakteristik pengunjung KRB terhadap koleksi tumbuhan menghasilkan penilaian yang cukup beragam sebab dipengaruhi adanya perbedaan dari kelompok umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan pengunjung dalam melakukan suatu kunjungan. Pada umumnya pengunjung yang datang ke KRB hanya bertujuan untuk wisata atau rekreasi (Kartasasmita 1983), walaupun KRB sebenarnya memiliki fungsi utama sebagai tempat konservasi tumbuhan, kegiatan penelitian, dan sarana pendidikan lingkungan hidup. Koleksi tumbuhan yang ada di KRB sangat beragam spesies dan manfaatnya, antara lain bermanfaat sebagai sumber bahan pangan, papan, hias, dan obat-obatan. Namun, potensi sumberdaya alam berupa koleksi tumbuhan obat yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia hingga saat ini masih belum banyak diketahui oleh pengunjung KRB. Kondisi seperti ini akan menimbulkan minat bagi pengunjung untuk menggali manfaat berbagai koleksi tumbuhan yang ada di KRB, khususnya koleksi tumbuhan obat.


(17)

Persepsi seseorang terhadap koleksi tumbuhan yang ada di KRB besar pengaruhnya bagi kelanjutan pengelolaan sebab persepsi merupakan suatu dasar dari pembentukan sikap (Suryabrata 1999). Sikap dan penilaian pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat merupakan hal yang perlu diketahui oleh pengelola KRB. Hasil penilaian akan berdampak positif atau negatif terhadap perkembangan koleksi tumbuhan obat di KRB. Hal ini diakibatkan adanya faktor internal (kecerdasan, minat, emosi, pendidikan) dan faktor eksternal (pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, perbedaan latar belakang sosial budaya) yang mendukung sikap serta penilaian pengunjung terhadap suatu objek (Hutabarat 2008). Kajian tentang penilaian dan pengetahuan pengunjung, serta persepsi yang benar mengenai koleksi tumbuhan obat di KRB, perlu dilakukan dalam rangka membangun sikap yang positif untuk keberlangsungan pengembangan KRB dan mengetahui persetujuan pengunjung bahwa di KRB terdapat koleksi tumbuhan obat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi:

1. Persepsi pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat di KRB 2. Sikap pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat di KRB

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak pengelola KRB dalam pengembangan koleksi tumbuhan yang berkhasiat obat serta mendorong sikap positif masyarakat dalam pelestarian tumbuhan obat di KRB.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Obat

Tumbuhan merupakan sumberdaya keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Purwanto dan Walujo (1992) mengelompokkan tumbuhan menjadi 10 kelompok tumbuhan berguna, yaitu tumbuhan obat, tumbuhan hias, tumbuhan aromatik, tumbuhan penghasil pangan dan bahan bangunan, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan untuk kegiatan upacara adat, tumbuhan kegiatan sosial, tumbuhan penghasil kerajinan, dan tumbuhan sebagai alat rumah tangga.

Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Hamid et al. 1991). Tumbuhan obat juga merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah digunakan sejak lama dan memberikan dampak farmakologi. Pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian pemanfaatan sumberdya alam hayati, khususnya tumbuhan obat (Aliadi et al. 1990).

Zuhud et al. (2004) mengelompokkan tumbuhan obat menjadi 3, yaitu (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaanya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri. Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional dapat disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu karena percaya dan untung-untungan. Ciri khas pengobatan tradisional menurut Padmawinata (1980) adalah kaitannya dengan sosial-budaya, berdasarkan pengalaman (empiris), dan kerumitan susunannya.


(19)

2.2 Persepsi atau Pengetahuan Masyarakat

Walgito (2002) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Allport (1962) diacu dalam Wibowo (1987) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan kesadaran terhadap suatu objek atau keadaan. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh kesan suatu objek membuat arti terhadap seseorang.

Di dalam proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif atau negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka sikap akan terbentuk sebagai suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula. Persepsi dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar diri individu (faktor eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan perbedaan latar belakang sosial budaya (Hutabarat 2008).

Informasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dengan pemilihan atau penyaringan informasi yang masuk tersebut untuk disusun menjadi kesatuan yang bermakna dan akhirnya terbentuk interpretasi mengenai informasi ini. Surata (1993) menyatakan bahwa terdapat tiga rangkaian proses yang membentuk suatu persepsi, yaitu seleksi, organisasi, dan interpretasi. Stimulus yang masuk mula-mula diseleksi dan hanya stimulus yang menarik perhatian diubah menjadi kesadaran. Kemudian, stimulus yang diterima di susun dalam bentuk sederhana dan terpadu pada tahap organisasi. Penilaian dan pengambilan keputusan dilakukan pada tahap interpretasi. Walgito (2002) menyatakan bahwa ada tiga hal yang berperan dan mempengaruhi persepsi manusia, yaitu keadaan stimulus berupa manusia yang akan dipersepsi, situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus, dan keadaan orang yang mempersepsi. Persepsi dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan penerimaan


(20)

rangsangan atau stimulus dari objek oleh indera (mata, hidung, mulut, telinga, kulit) dan dipahami dengan penafsiran tentang objek yang dimaksud. Oleh karena itu, persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu objek sehingga respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu tersebut (Hutabarat 2008).

2.3 Sikap Masyarakat

Sikap menurut Mar‟at (1984) adalah kesiapan mental dan kesiapan syaraf

yang diperoleh dari pengalaman serta memiliki pengaruh langsung pada tanggapan individu terhadap keadaan dimana mereka saling berhubungan. Sikap seseorang terhadap sesuatu tidak terlepas dari pengaruh luar yaitu lingkungan (Azwar 1988).

Pembentukkan sikap dipengaruhi oleh tiga proses sosial, yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan merupakan suatu respon atau penerimaan dari seseorang akibat adanya pengaruh dari orang lain dengan harapan orang tersebut akan memperoleh tanggapan positif. Proses identifikasi akan terjadi apabila seseorang meniru sikap orang lain karena sikapnya tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai hubungan yang menyenangkan. Sedangkan, internalisasi terjadi apabila seseorang menerima pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh tersebut, hal ini disebabkan sikap tersebut sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya (Azwar 1988).

Sikap sebagai suatu kepercayaan menurut Mar‟at (1984) terdiri atas tiga

komponen, yaitu komponen kognisi, komponen afektif, dan komponen konasi. Komponen kognisi (kesadaran) berhubungan dengan keyakinan, ide, dan konsep yang menggambarkan hubungan objek dengan pemikiran dan objek disekitar lainnya. Komponen afektif (perasaan) berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang sehingga komponen ini dapat memberi penilaian emosional positif atau negatif yang mengakibatkan timbulnya perasaan senang atau tidak senang. Komponen konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap informasi yang diterima individu. Suatu sikap akan bersifat positif atau negatif tergantung bagaimana seseorang menanggapi suatu objek


(21)

masalah. Oleh karena itu, sikap pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat di KRB berupa persetujuan pengunjung yang dinyatakan dengan pernyataan sangat tidak setuju sampai sangat setuju terhadap berbagai aspek tanggapan sikap pengunjung mengenai koleksi tumbuhan obat.

2.4 Kebun Raya

Kebun raya merupakan suatu ekosistem mikro yang berfungsi sebagai tempat penyebaran berbagai spesies tumbuhan (Sunaryo et al. 2006). Sedangkan, Mamiri (2008) menyatakan bahwa kebun raya (botanical garden) merupakan suatu tempat dimana terdapat berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanami dengan tujuan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, ornamental (hiasan), termasuk di dalamnya meliputi perpustakaan, herbarium, greenhouse dan arboretum. Kebun botani merupakan suatu kawasan yang digunakan sebagai laboratorium alam, terdiri dari ruang terbuka untuk tanaman, ruang terbuka untuk penelitian, kolam kultur, sistem pengairan kebun, dan penataan track untuk pengunjung (Bambang 2010).

Tanaman koleksi lengkap dengan datanya merupakan tugas inti dari sebuah kebun raya. Penanaman dan penataan tanaman koleksi di kebun raya pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu koleksi umum dan koleksi tematik. Koleksi umum adalah tanaman koleksi yang ditanam di petak-petak atas dasar kekerabatan (pengelompokan suku). Koleksi tematik adalah tanaman koleksi yang ditanam secara khusus dengan tema tertentu dan dikelompokan atas dasar manfaat, habitat dan kekerabatan (Darma 2009).

Di Indonesia terdapat empat kebun raya yang digunakan sebagai kawasan konservasi ex situ, yaitu 1) Kebun Raya Bogor (KRB) yang memiliki tanaman khas ekosistem hutan hujan tropika dari seluruh dunia, 2) Kebun Raya Cibodas terkenal mengoleksi tanaman dataran tinggi yang beriklim basah daerah tropis dan tanaman sub tropis, 3) Kebun Raya Purwodadi di Jawa Timur terkenal dengan koleksi tanaman dataran rendah, iklim kering daerah tropis, dan 4) Kebun Raya Eka Karya di Bedugul Bali yang terkenal mengkoleksi tanaman dataran tinggi beriklim kering (Subarna 2006). Masing-masing kebun raya tersebut memiliki karakter dan potensi alam yang berbeda-beda sehingga mempunyai daya tarik


(22)

tersendiri. Hal ini disebabkan, masing-masing kebun raya berada pada daerah dengan keadaan tanah dan iklim yang berbeda.

Kebun Raya Bogor adalah kebun raya tertua di Indonesia yang berperan sebagai bank plasma secara ex situ dan menyediakan tempat penyimpanan bagi plasma nutfah yang dikumpulkan dari alam, serta berfungsi sebagai penghubung dengan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah. Selain itu, KRB juga sebagai kebun raya tertua di dunia yang mampu bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta tetap menjalankan fungsinya sebagai kebun botani. Dalam upaya pengembangan serta memelihara potensi sumberdaya alam, perlu dilakukan upaya pengelolaan kawasan untuk menjamin kelestarian dan kestabilan ekosistem di alam (Ross 1998).


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011 yang berlokasi di kebun koleksi tumbuhan obat Kebun Raya Bogor (KRB), Jawa Barat. Denah lokasi penelitian seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Denah lokasi Kebun Raya Bogor (KRB) dan vak kebun koleksi tumbuhan obat (Sumber KRB).


(24)

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat tulis seperti ballpoint, pensil, tip ex, alat hitung/kalkulator, komputer, lembaran kuisioner, dan alat dokumentasi (kamera).

3.3 Metode Penelitian dan Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara kepada pengunjung KRB yang datang ke vak (petak) koleksi tumbuhan obat dilakukan menurut karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan dengan cara melakukan pengisian kuisioner yang bersifat semi terstruktur.

3.3.1 Tahapan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :

a) Tahap persiapan meliputi: penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin kepada pihak Kebun Raya Bogor, persiapan survei (pembuatan kuisioner, petunjuk pelaksanaan, jadwal penyusunan dan pengambilan data).

b) Tahap pengumpulan data meliputi: survei lapang, pengambilan sampel melalui wawancara dengan responden untuk mengisi kuisioner.

c) Tahap analisis data

3.3.2 Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil kuisioner. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai literatur sebagai penunjang data primer. Jenis data yang dikumpulkan dapat disajikan pada Tabel 1.


(25)

Tabel 1 Jenis dan cara memperoleh data No Data yang

diperoleh

Sumber data

Rincian data Metode

A Data Primer

1. Karakteristik pengunjung

Kuisioner Karakteristik pengunjung (jenis kelamin, umur, pendidikan, asal, pekerjaan), informasi awal mengenai KRB, frekuensi kunjungan, tujuan datang ke KRB, kegiatan yang akan dilakukan di KRB

Observasi lapang/wawanca ra

2. Persepsi pengunjung

Kuisioner Tanggapan pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat yang ada di KRB, penilaian pengunjung terhadap fasilitas pelayanan KRB, pengetahuan pengunjung tentang keberadaan koleksi tumbuhan obat di KRB

Observasi lapang/wawanca ra

3. Sikap dan saran pengunjung

Kuisioner Dukungan terhadap kegiatan dan pengembangan koleksi tumbuhan obat di KRB

Observasi lapang/wawanca ra

2. Data visual Gambar/foto Foto lokasi penelitian dan peta KRB

Observasi lapang dan Studi literatur

B Data Sekunder

1. Sejarah KRB Laporan atau dokumen resmi

Awal pembentukan KRB Studi literatur

2. Kondisi fisik kawasan

Laporan atau dokumen resmi

Administrasi pemerintah, letak geografis, dan luas KRB

Studi literatur

3. Kondisi biologi Laporan atau dokumen resmi

Flora dan Fauna Studi literatur

3. Data fungsi dan struktur organisasi KRB

Laporan atau dokumen resmi

Visi dan Misi KRB, Tujuan dan Sasaran KRB

Studi literatur

4. Data pengunjung KRB

Rekapan data jumlah kunjungan di KRB

Jumlah pengunjung KRB pada bulan Oktober 2010

Studi literatur

3.3.3 Penentuan jumlah pengunjung/responden

Metode penentuan jumlah responden dilakukan dengan cara teknik sampling menggunakan Rumus Slovin berdasarkan data populasi jumlah pengunjung KRB pada bulan Oktober 2010, dengan asumsi data tersebut tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya dan merupakan data jumlah kunjungan terbanyak pada setiap tahunnya dari hasil fluktuatif kunjungan normal KRB. Data rekaptulasi jumlah pengunjung tersebut dapat disajikan pada Tabel 2.


(26)

Tabel 2 Data rekapitulasi jumlah pengunjung KRB pada bulan Oktober 2010

No Minggu ke-

Jumlah Pengunjung (orang)

Total Pengunjung (orang) Hari kerja

(senin-jumat)

Hari libur (sabtu-minggu)

1 1 (tgl 3/10/10) 729 5.867 6.596

2 2 (tgl 10/10/10) 3.454 5.493 8.947

3 3 (tgl 17/10/10) 3.482 6.139 9.621

4 4 (tgl 24/10/10) 3.400 4.244 7.644

5 5 (tgl 31/10/10) 3.049 5.019 8.068

Jumlah 29.334 19.192 40.876

Keterangan: Data KRB bulan Oktober 2010.

Rumus Slovin dijabarkan sebagai berikut (Sevilla et al. 1993):

Keterangan:

N = jumlah pengunjung pada bulan Oktober 2010 sebesar 40.876 orang (KRB 2010)

n = jumlah sampel (orang)

e = batas maksimum kesalahan yang masih bisa diterima (margin error), dengan asumsi 10 % (nilai bias yang dihasilkan akan semakin besar jika asumsi e < 10 %)

Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 100 lembar secara terpilih dengan kondisi yang ditetapkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan untuk mewakili tingkat pengetahuan responden.

Metode penentuan banyaknya jumlah pengunjung per hari yang dapat dijadikan sampel penelitian adalah menggunakan Metode Proportional Random Sampling (pengambilan sampel bertingkat/strata) dengan rumus (Riduwan & Akdon 2009):

Keterangan:

ni = jumlah sampel menurut hari

n = jumlah sampel seluruhnya (100)

Ni = jumlah populasi pengunjung menurut hari bersangkutan


(27)

Tabel 3 Data rekapitulasi jumlah pengunjung per harinya selama penelitian berlangsung berdasarkan acuan dari data pengunjung KRB pada bulan Oktober 2010

No Hari Ni (orang) n (orang) ni (orang)

1 Senin 2904 100 7

2 Selasa 2792 100 7

3 Rabu 2954 100 7

4 Kamis 2642 100 7

5 Jumat 2822 100 7

6 Sabtu 9829 100 24

7 Minggu 16933 100 41

TOTAL N = 40.876 - 100

3.3.4 Cara memilih pengunjung/responden

Pemilihan responden dilaksanakan dengan menggunakan teknik Convenient Sampling mengingat sulit untuk melakukan pemilihan responden dengan menggunakan teknik Random Sampling (Yusfandrik 2006). Teknik Convenient Sampling dilakukan dengan cara mencari pengunjung yang mudah ditemukan dan bersedia diwawancara pada saat pengumpulan data dilakukan, sehingga penentuan sampel dapat dengan mudah dilakukan (Neuman 2006).

Responden adalah pengunjung domestik yang dianggap mewakili karakteristik pengunjung seperti jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Namun, jika pengunjung menolak untuk dijadikan sebagai responden, maka responden penggantinya adalah pengunjung pertama berikutnya yang bersedia untuk dijadikan sebagai responden.

3.3.5 Pengelompokkan pengunjung berdasarkan kelas umur

Umur merupakan akumulasi masa hidup seseorang dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung berdasarkan tahun. Pengelompokan umur berdasarkan Hjeltje (1958) diacu dalam Wibowo (1987) dibedakan menjadi empat, yaitu kelompok umur remaja (13-19 tahun), kelompok umur dewasa muda (20-24 tahun), kelompok umur dewasa (25-55 tahun), dan kelompok umur tua (>55 tahun). Dasar pembagian jenjang kelompok umur tersebut disesuaikan dengan umur produktif seseorang untuk menjalankan aktivitasnya.

Subang dan Djaldjoeni (1981) diacu dalam Setianti et al. (2004); Demartoto (2008) menunjukkan bahwa dasar pembagian jenjang ekonomis umur adalah 0-15 tahun merupakan umur yang belum produktif, jenjang umur 15-50 tahun


(28)

merupakan kelompuk umur produktif yang penuh, dan jenjang umur 50 tahun ke atas merupakan kelompok umur yang tidak produktif lagi.

3.3.6 Wawancara dengan pengunjung untuk mengisi kuisioner

Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan menggunakan kuisioner, adapun maksud dari semi terstruktur ini adalah kuisioner disajikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil yaitu pengunjung domestik yang ada di dalam KRB khususnya di sekitar vak (petak) koleksi tumbuhan obat. Tahapan wawancara kepada responden dilakukan selama tujuh hari, yaitu hari Senin-Minggu dimulai dari pukul 09.00 – 15.00 WIB. Pemilihan waktu pengambilan sampel didasarkan atas waktu kunjungan optimal pengunjung yang datang ke KRB. Hal ini juga dimaksudkan agar pengunjung dari masing-masing kelompok menurut karakteristik jenis kelamin, umur, dan pendidikan dapat terwakili.

3.4 Metode Analisis Data

Pengolahan data untuk karakteristik pengunjung dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Hasil kuisioner merupakan data kualitatif yang tidak memiliki nominal, sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengkuantitatifan data yang sifatnya kualitatif. Proses tersebut menggunakan Skala Likert (Metode Likert’s of Summated Rating) dengan program MS. Excel. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Skala Likert pada rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap, namun ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu sikap selalu mempunyai objek (objek sikap sebagai sesuatu yang menjadi sasaran sikap) dan secara teori sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negatif melewati daerah netral menuju ke arah positif (Suryabrata 1999).

Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima alternatif jawaban. Penilaian hasil kuisioner menggunakan Skala Likert dilakukan dengan memberi bobot nilai pada masing-masing jawaban pernyataan untuk mengetahui tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden. Bobot nilai untuk masing-masing jawaban dapat dilihat pada Tabel 4.


(29)

Tabel 4 Bobot jawaban Skala Likert

Skala Likert Bobot nilai

Sangat setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Cukup setuju (CS) 3

Tidak setuju (TS) 2

Sangat tidak setuju (STS) 1

Teknik rataan skor menurut Martin (2007) adalah untuk mengukur bobot persepsi responden. Adapun tahapan untuk melakukan rataan skor adalah sebagai berikut:

a. Mengelompokkan jawaban dari kuisioner sesuai dengan pilihan jawaban, yaitu bobot 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, bobot 2 untuk jawaban tidak setuju, bobot 3 untuk jawaban cukup setuju, bobot 4 untuk jawaban setuju dan bobot 5 untuk jawaban sangat setuju.

b. Sebelum menentukan skor dari masing-masing responden terlebih dahulu ditentukan interval skornya, berdasarkan banyaknya jumlah responden sebanyak 100 orang maka nilai rata-rata terkecil yang mungkin diperoleh adalah 1 dan nilai rata-rata terbesar yang mungkin diperoleh adalah 5 sehingga interval skor untuk setiap kelasnya adalah dengan cara sebagai berikut:

Skala interval merupakan skala yang memiliki urutan atau interval yang sama antar kategorinya. Antara kategori yang satu dengan yang lainnya berkaitan. Skala Likert dapat dikategorikan sebagai skala interval (Istijanto 2005 diacu dalam Hutabarat 2008). Berdasarkan perhitungan rumusan di atas maka diperoleh interval untuk penilaian tiap kriteria sebagai berikut:

1,00 – 1,80 dikategorikan sangat tidak setuju (STS) 1,81 – 2,60 dikategorikan tidak setuju (S)

2,61 – 3,40 dikategorikan cukup setuju (CS) 3,41 – 4,20 dikategorikan setuju (S)


(30)

c. Menghitung nilai skor

Setiap komponen indikator (pernyataan) dihitung nilai skornya setelah terlebih dahulu dilakukan pengelompokan jawaban. Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengalikan jumlah frekuensi dari masing-masing komponen indikator dengan bobot yang telah ditentukan.

Jika diketahui:

Jumlah Responden (N) = 100 orang Maka penentuan :

Rentang kriteria = Jumlah frekuensi x bobot

Skor = ∑ rentang kriteria (STS+TS+CS+S+SS)

d. Menentukan rataan nilai skor

Rataan nilai skor diperoleh dengan cara membagi hasil perhitungan skor untuk masing-masing komponen indikator dengan jumlah responden

Rata-rata nilai skor = ∑ skor / N e. Penilaian

Selanjutnya dilakukan penilaian analisis terhadap kriteria yang dinilai dalam kuisioner sehingga diketahui bagaimana persepsi responden terhadap koleksi tumbuhan obat di KRB.

Karakteristik pengunjung yang diduga mempengaruhi persepsi dan sikap pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat yang ada di KRB adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan media informasi yang digunakan untuk mengetahui KRB. Hasil perhitungan skor nilai kuisioner persepsi pengunjung terhadap koleksi tumbuhan obat diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), cukup setuju (CS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Tingkatan tersebut akan menunjukkan suatu sikap pengunjung dari negatif menjadi semakin positif jika hasil skoring menuju arah sangat setuju.


(31)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor (KRB) pada mulanya merupakan bagian dari samida (hutan buatan atau taman buatan) saat pemerintahan Sri Baginda Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, seperti tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan tersebut ditujukan untuk tujuan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih-benih kayu yang langka. Pada awal tahun 1800-an, Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar terhadap botani tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, salah satunya W. Kent yang ikut membangun London’s Kew Garden, Raffles menjadikan halaman Istana Bogor menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula terbentuknya KRB hingga sekarang (Wijayanti 2009).

Ide pendirian kebun raya yang berada di samping Istana Bogor ini bermula dari seseorang bernama Dr. Casper George Carl Reinwardt selaku penasehat yang menulis surat kepada Komisaris Jenderal G.S.G.P. Baron Van Der Capellen. Dalam surat itu, terungkap keinginan Reinwardt untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lainnya (Wijayanti 2009).

Pada tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Baron Van Der Capellen secara resmi mendirikan KRB dengan nama s’Lands Plantentuinte Buitenzorg. Pendirian ini diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan KRB, yang pelaksanaannya dipimpin langsung oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh W. Kent dan James Hooper dari tahun 1817 sampai 1822. Lahan yang digunakan sebagai pembangunan KRB ini bermula seluas 47 hektar dari tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida untuk pertama kali dijadikan kebun botani. Pada kesempatan ini juga, Reinwardt dan temannya bekerjasama untuk mengumpulkan tumbuhan dan benih dari bagian lain Nusantara. Oleh karena itu, Bogor berkembang menjadi


(32)

pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan ada sekitar 900 tumbuhan hidup ditanam di kebun tersebut (Wijayanti 2009).

Tahun 1822, Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang sedang melakukan inventarisasi tumbuhan koleksi yang tumbuh di kebun botani. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertamanya dengan berhasil mencatat sebanyak 912 spesies tumbuhan. Pelaksanaan pembangunan kebun ini juga pernah terhenti akibat kekurangan dana, akan tetapi dirintis kembali oleh Johanes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Van Den Bosch. Dengan bantuan Hasskarl juga, ia melakukan pengaturan penanaman tumbuhan koleksi dengan mengelompokkan menurut family. Masa kepemimpinan Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Scheffer pada tahun 1867 sebagai direktur, dan dilanjutkan lagi oleh Prof. Dr. Melchior Treub (Wijayanti 2009).

Pendirian KRB dapat dikatakan sebagai awal perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sinilah lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), Museum dan Laboratorium Zoologi (1894). Sepanjang perjalanan sejarahnya KRB mempunyai nama dan julukan seperti s’Lands Plantentuinte Buitenzorg, Syokubutzuer (zaman pendudukan Jepang), Botanical Garden of Buitenzorg, Botanical Garden of Indonesia, Kebun Gede, dan Kebun Jodoh (Wijayanti 2009).

4.2 Letak dan Luas

Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun penelitian besar yang terletak di Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Luasnya mencapai 87 hektar dan secara

geografis terletak antara 106° 3‟ 30” - 106° 52‟ 00” Lintang Utara dan 6° 30‟ 30” - 6° 41‟ 00” Lintang Selatan (Wijayanti 2009). KRB terletak di tengah-tengah kota Bogor dengan ketinggian 260 m di atas permukaan laut dan memiliki curah hujan yang tinggi antara 3000 – 4300 mm per tahun. Jarak dari Jakarta kurang lebih 60 km (Subarna 2006).


(33)

Secara administrasi KRB termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Batas-batas KRB meliputi : 1) Sebelah utara dibatasi oleh Jalan Jalak Harupat, 2) Sebelah selatan dibatasi oleh Jalan Otto Iskandardinata, 3) Sebelah timur dibatasi oleh Jalan Pajajaran, 4 ) Sebelah barat dibatasi oleh Jalan Ir. H. Djuanda (UPT Balai Pengembangan Kebun Raya 2001).

4.3 Flora dan Fauna

Luas KRB mencakup 87 hektar, berdasarkan catatan terakhir pada tahun 2009 jumlah koleksi tumbuhan yang ada di KRB selain anggrek, nepenthes, dan koleksi dalam rumah kaca, yaitu berjumlah sekitar 14.585 spesimen yang terdiri dari 3.411 spesies yang mewakili 1.259 genera dari 215 famili (Sari et al. 2010). Subarna (2006) menyatakan jumlah koleksi anggrek yang ada di rumah kaca pada tahun 2006 tercatat sebanyak 7.178 spesimen yang terdiri dari 441 spesies dan mewakili 93 genera. Selain anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap, dan menonjol dilihat dari famili adalah polong-polongan (Fabaceae), palem-paleman (Arecaceae), talas-talasan (Araceae), dan getah-getahan (Apocynaceae). Disamping itu berbagai spesies koleksi bambu menarik lainnya juga dapat ditemui di KRB, sebab mengingat peranannya sangat penting dalam kehidupan sosial budaya Indonesia (UPT Balai Pengembangan Kebun Raya 2001).

Kebun Raya Bogor dibangun dengan konsep tata ruang yang indah, koleksinya dikelompokkan menurut kekerabatan pohon dengan pengaturan penanaman yang disesuaikan oleh tingkat evolusi tumbuhan. Kebun koleksi tumbuhan obat KRB berada di vak (petak) XXIV.A dan XXIV.B. Hendrian dan Hadiah (1999) menyebutkan koleksi tumbuhan obat di vak (petak) XXIV.A berjumlah 175 spesies yang terdiri dari 55 genera dan 144 famili, di vak (petak) XXIV.B berjumlah 228 spesies yang terdiri atas 65 genera dan 172 famili. Semakin bertambahnya tahun maka jumlah koleksi tumbuhan obat semakin menyusut sehingga terhitung sampai tahun 2009 jumlah koleksi tumbuhan obat di kedua vak (petak) berjumlah sekitar 320 spesies yang mewakili 210 genera dari 78 famili (Hidayat 2009).


(34)

Kebun Raya Bogor selain sebagai tempat koleksi flora, juga merupakan tempat bernaung berbagai jenis fauna, seperti serangga, burung, mamalia kecil, dan sebagainya. Sebuah pulau kecil di tengah kolam gunting dekat Istana Bogor, sejak lama dihuni kawanan burung merandai (Acridotheres javanicus) pemakan ikan. Ada pula jenis burung seperti kowak maling (Nycticorax nycticorax), kepodang hitam (Oriolus chinensis), raja udang (Halcyon chloris). Jenis reptilian yang dapat dijumpai seperti biawak (Varanus salvator) dan ular. Sedangkan, jenis mamalia yang dapat dijumpai di KRB adalah bajing (Callosciurus sp.), musang (Cynogale sp.), dan berang-berang (Lutra sp.). Jenis mamalia yang paling banyak dijumpai adalah kalong (Pteropus vampyrus), mamalia ini dapat terbang dan hidup menggelantung dan bersarang pada ranting atau cabang pohon yang besar (UPT Balai Pengembangan Kebun Raya 2001).

4.4 Visi dan Misi Kebun Raya Bogor

Visi dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) adalah menjadi salah satu Kebun Raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan, dan pariwisata. Misi dari PKT KRB adalah 1) melestarikan tumbuhan tropika, 2) mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika, 3) mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan, 4) meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat (Subarna 2006).

4.5 Tujuan dan Sasaran Kebun Raya Bogor

Tujuan dari PKT KRB yang ingin dicapai dalam tahun 2005-2009 adalah 1) mengkonservasi tumbuhan Indonesia khususnya dan tumbuhan tropika umumnya, 2) melakukan reintroduksi atau pemulihan tumbuhan langka, 3) memfasilitasi pembangunan kawasan konservasi ex situ tumbuhan, 4) meningkatkan jumlah dan mutu terhadap konservasi dan pendayagunaan tumbuhan, 5) menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan bidang konservasi ex situ tumbuhan, 6) meningkatkan pendidikan lingkungan, dan 7) meningkatkan pelayanan jasa dan informasi perkebunrayaan (Subarna 2006).


(35)

Sasaran dari PKT KRB adalah 1) terkoleksinya jenis-jenis tumbuhan tropika, 2) terlaksananya reintroduksi atau pemulihan (recovery) tumbuhan langka, 3) terbangunnya kawasan-kawasan konservasi ex situ tumbuhan yang baru, 4) tersedianya bahan kebijakan bidang konservasi ex situ tumbuhan, 5) terpublikasinya karya tulis ilmiah di bidang konservasi tumbuhan, 6) terekrutnya sumberdaya manusia, terdiri dari peneliti dan non peneliti, dan 7) terlayaninya pengunjung wisata, pelajar, dan kunjungan lainnya (termasuk pelajar dan mahasiswa praktek).

4.6 Pengelolaan Organisasi Kebun Raya Bogor

Pada tahun 1986 LIPI mengadakan reorganisasi kelembagaan. Dalam struktur organisasi LIPI ini kebun raya berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berkedudukan langsung di bawah Kedeputian Bidang IPA dengan Pembina harian Puslitbang Biologi – LIPI dan membawahi tiga kebun raya lainnya, yaitu Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Purwodadi, dan Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pada tahun 2001 terjadi perubahan organisasi KRB menjadi PKT KRB. Struktur organisasi dan tata kerja di lingkungan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor tertuang dalam Keputusan Presiden RI No. 103 tahun 2001 serta Keputusan Ketua LIPI No. 1151/M/2001 tentang susunan Organisasi dan tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) (Subarna 2006).

Struktur organisasi pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang membawahi Bidang Manajemen Konservasi Ex situ, Kelompok Peneliti, dan Bagian Tata Usaha (Gambar 2). Bidang Manajemen Konservasi Ex situ dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang membawahi empat Kepala Sub Bidang, yaitu Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi, Sub Bidang Registrasi Koleksi, Sub Bidang Seleksi dan Pembibitan, Sub Bidang Perbanyakan dan Reintroduksi Tumbuhan. Kelompok Peneliti (Non Struktural) dipimpin oleh seorang Koordinator Peneliti. Ruang lingkup kegiatan penelitian didasarkan pada tiga pendekatan, yaitu konservasi, kajian potensial, serta pengembangan dan pendayagunaan. Bagian Tata Usaha dipimpin oleh


(36)

seorang Kepala Bagian yang membawahi empat Kepala Sub Bagian, yaitu Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian Jasa dan Informasi. Sedangkan, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Purwodadi, dan Eka Karya Bali masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang membawahi Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Konservasi Ex situ dan Kelompok Jabatan Fungsional (Subarna 2006).

Gambar 2 Struktur organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan KRB – LIPI.

Bagian Tata Usaha Kelompok Jabatan

Fungsional

Sub. Bid. Pemeliharaan Koleksi

Sub. Bid. Reintroduksi Tumbuhan Langka Sub. Bid. Seleksi & Pembibitan

Sub. Bid. Registrasi Koleksi

Sub. Bag. Kepegawaian Sub. Bag. Keuangan

Sub. Bag. Umum Sub. Bag. Jasa &

Informasi

Seksi Konservasi Ex situ Kelompok Jabatan Fungsional

Sub. Bag. Tata Usaha

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Purwodadi

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Cibodas

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

„Eka Karya‟ Bali Seksi Konservasi Ex situ

Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional Sub. Bag. Tata Usaha

Seksi Konservasi Ex situ

Sub. Bag. Tata Usaha Bidang Konservasi Ex

Situ

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB)


(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Koleksi Tumbuhan Obat di KRB

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan kawasan konservasi ex situ yang dibangun dengan konsep tata ruang yang indah dan memiliki fungsi utama sebagai pusat konservasi tumbuhan. KRB mempunyai fungsi sebagai sarana pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang makna kelestarian alam dan lingkungan hidup. Selain itu, KRB juga memiliki potensi sumberdaya yang melimpah, diantaranya potensi fauna, flora, dan tempat wisata alam. Potensi sumberdaya flora yang paling utama dari KRB adalah potensi tumbuhan langka berupa bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.) dari famili Araceae (talas-talasan) yang menjadi lambang atau logo dari lembaga ini. Potensi sumberdaya alam lainnya yang masih belum tergali yaitu koleksi tumbuhan obat sehingga penelitian ini bermaksud untuk memperkenalkan pada masyarakat bahwa di KRB juga terdapat beberapa koleksi tumbuhan obat yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Kurangnya publikasi baik melalui media massa, media cetak, maupun media elektronik menyebabkan informasi mengenai tumbuhan obat kurang mendapat perhatian dari para pengunjung yang datang ke KRB. Hal ini diketahui setelah dilakukan penelitian mengenai persepsi pengunjung dengan pengisian kuisioner oleh pengunjung yang berada di sekitar vak (petak) kebun koleksi tumbuhan obat.

Data dalam Buku Kebun di Sub Bidang Registrasi Koleksi menunjukkan bahwa penanaman tumbuhan obat dalam satu kawasan telah dibuat sejak tahun 1957 (Cahyaningsih 2011). Taman koleksi tumbuhan obat ini terletak di vak XV.K.A, yaitu kawasan yang dekat dengan rumah kaca anggrek. Namun, bertepatan dengan masa kepemimpinan Prof. Dr. Didin Sastrapradja (alm.) pada akhir tahun 1976 hingga awal tahun 1977 telah dilakukan relokasi koleksi tumbuhan obat dari vak XV.K.A ke vak XXIV. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi KRB Dr. Izu Andri Fijridiyanto, menyatakan bahwa pembagian kerja wilayah di KRB terbagi menjadi tiga pengawas wilayah yang masing-masing membawahi pengamat lingkungan


(38)

serta terbagi lagi menjadi pemelihara kebun. Kebun koleksi tumbuhan obat berada di Pengawas Wilayah II Sumarno, SE; Pengamat Lingkungan Endang Suparta; dan Pemeliharaan Kebun Maksum, Abdul Hamid, M. Sobari, serta Mukti Agung (Lampiran 5).

Gambar 3 Kebun koleksi tumbuhan obat KRB vak XXIV.A (A) dan XXIV.B (B).

Kebun koleksi tumbuhan obat vak XXIV terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu vak XXIV.A yang terletak di luar halaman rumah kaca anggrek/lapangan tenis dan vak XXIV.B terletak di dalam Orchidarium. Pada tahun 2010 diatas tanah seluas ± 5.700 m2, tepatnya di lahan vak XXIV.B akan dilakukan penggabungan dua kebun obat yang terpisah (XXIV.A dan XXIV.B) dengan suatu desain yang unik di bawah Arsitek Pertamanan Wilayah II Dina Safarina Nugraha, SP. Oleh karena itu, kondisi kebun koleksi tumbuhan obat ketika penelitian berlangsung tampak kurang tertata secara rapih. Kegiatan relokasi telah dilakukan secara bertahap, seperti melakukan pemindahan dahulu tumbuhan obat ke petak pembibitan untuk tujuan mengurangi terjadi kematian pada tumbuhan tersebut sebelum ditanam kembali ke vak XXIV.B. Pengelompokkan koleksi tumbuhan obat di vak XXIV.B terbagi menjadi 11 kelompok berdasarkan kegunaan pengobatan, yaitu tumbuhan obat untuk permasalahan kulit dan kelamin; permasalahan pernapasan; permasalahan mulut dan pencernaan; permasalahan otot dan tulang; organ dalam; permasalahan kewanitaan; obat demam; tumbuhan obat aromatik; tumbuhan obat fungsi afrodisiak, tonikum, dan stimulan; serta obat kanker.


(39)

5.2 Karakteristik Pengunjung/Responden KRB

Pengunjung/responden merupakan seseorang yang datang dan menikmati barang atau jasa yang diinginkannya. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengunjung domestik KRB yang berada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat sehingga pengunjung tersebut diharapkan dapat menggambarkan atau mewakili kondisi sebenarnya dari seluruh populasi pengunjung KRB terhadap keberadaan koleksi tumbuhan obat di KRB. Jumlah pengunjung secara keseluruhan adalah 100 orang. Latar belakang pengunjung datang ke suatu kawasan adalah bermacam-macam. Perbedaan latar belakang pengunjung dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan sehingga akan menimbulkan keinginan serta penilaian yang berbeda-beda khususnya terhadap koleksi tumbuhan obat yang ada di KRB.

5.2.1 Karakteristik pengunjung berdasarkan umur

Hasil sampel selama penelitian menunjukkan bahwa pengunjung yang datang atau berada di sekitar lokasi vak koleksi tumbuhan obat berasal dari berbagai tingkat umur. Tingkat umur secara tidak langsung berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan seseorang dalam memilih suatu objek. Pengunjung yang datang atau berada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat KRB sebagian besar dari kelompok umur remaja dengan kelas umur 13-19 tahun sebanyak 38% (Gambar 4). Taufik (1993) juga menyebutkan data jumlah pengunjung KRB sebagian besar berusia di bawah 25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dari beberapa tahun terakhir hingga sekarang kelompok umur pengunjung yang datang ke KRB masih didominasi oleh tingkat remaja dengan umur kurang dari 25 tahun. Kelompok umur remaja ini merupakan masa transisi antara kanak-kanak ke masa dewasa sehingga kepribadian individu akan bersifat dinamis jika berkembang sesuai dengan bertambahnya umur. Dengan adanya sebaran umur ini menunjukkan bahwa lokasi vak koleksi tumbuhan obat cukup diminati oleh berbagai kalangan pengunjung yang datang untuk melakukan wisata flora atau hanya sekedar menikmati suasana keindahan alam di sekitar vak ini. Semakin bertambahnya umur seseorang diharapkan semakin mampu berorientasi,


(40)

mengendalikan emosi, dan sifat-sifat lain yang menunjukkan kematangan intelektual serta psikologis orang tersebut.

Gambar 4 Karakteristik kelas umur pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB.

Umur juga mempengaruhi tingkat kedewasaan dan kemandirian sebab seseorang akan menjadi dewasa pada usia tertentu dan pada usia lanjut akan mengalami penurunan tingkat produktivitas. Sesuai dengan kelompok umur tua sebanyak 4% saja yang masih berkeinginan mengunjungi lokasi vak koleksi tumbuhan obat. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lokasi vak yang terletak cukup jauh dari pintu utama KRB sehingga pada kelompok umur ini jenis kegiatan yang dapat dilakukan hanya bersifat mulai menyukai ketenangan yang tidak banyak menggunakan tenaga cukup berat untuk mencapai lokasi objek yang dituju. Pada usia tua jenis kegiatan yang mungkin dilakukan adalah bersifat pasif, sebagaimana Brockman dan Merriam (1973) menyatakan bahwa seseorang melakukan rekreasi ditentukan oleh tersedianya kesempatan, pemanfaatan kesempatan yang sesuai, dan kemampuan fisik.

5.2.2 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin adalah pengkategorian pengunjung berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Jenis kelamin dikategorikan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil analisis karakteristik pengunjung KRB yang berada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pengunjung dalam penelitian ini didominasi oleh perempuan sebanyak 55 %. Pengunjung berjenis kelamin laki-laki berjumlah sebanyak 45 %

38

30 28

4

0 5 10 15 20 25 30 35 40

13-19 20-24 25-55 >55

P

e

r

se

n

tas

e

U

m

u

r

(%

)


(41)

(Gambar 5). Hal ini disebabkan penyebaran kuisioner dengan menggunakan metode Convenient Sampling sesuai dengan pengunjung yang datang atau berada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat saja, yang mana pengunjung perempuan dan pengunjung laki-laki tidak ditentukan jumlahnya. Selain itu, Porteous (1977) menyatakan bahwa perempuan lebih peduli dibandingkan dengan laki-laki terhadap hal yang spesifik pada objek, simbol, atau orang yang dekat dengannya. Keterkaitan jumlah kunjungan perempuan lebih banyak karena perempuan mempunyai daya apresiasi yang lebih tinggi terhadap objek di sekitarnya, khususnya kondisi lingkungan di KRB. Persentase antara jumlah pengunjung perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda, hal ini dikarenakan sebagian besar pengunjung datang bersama dengan keluarga atau teman-temannya yang memiliki karakteristik serta tujuan hampir sama dalam memilih suatu objek wisata.

Gambar 5 Karakteristik jenis kelamin pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB.

5.2.3 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pengunjung yang dimaksud adalah pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh hingga saat ini. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kelas sosial sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam menilai suatu objek. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk menyerap informasi serta mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari. Hasil analisis menyatakan bahwa sebagian besar pengunjung yang datang atau berada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat KRB memiliki tingkat pendidikan sebesar 49 % berpendidikan SLTA dan 45 % berpendidikan perguruan tinggi (Gambar 6).

Perempuan 55% Laki-laki


(42)

Gambar 6 Karakteristik tingkat pendidikan pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB.

Tingginya tingkat pendidikan seseorang belum tentu dapat menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh oleh para pengunjung namun tingginya pendidikan responden menunjukkan bahwa kedatangan pengunjung sebagai sarana penambah wawasan di bidang tumbuhan, khususnya mengenai tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Ketertarikan seseorang untuk datang berkunjung ke lokasi vak koleksi tumbuhan obat yang lokasinya terbilang cukup jauh dari pintu utama dan kondisi lokasi yang cukup sepi dikunjungi oleh para pengunjung menyebabkan hanya sebagian besar para pelajar saja yang melakukan penelitian atau wisata flora cukup tertarik untuk dapat mencapai lokasi tersebut. Manusia sebagai makhluk dinamis selalu berusaha untuk melakukan perubahan di dalam hidupnya menuju arah yang lebih baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan jalan mendapat pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya baik melalui jalur formal atau informal (Setianti et al. 2004).

5.2.4 Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan

Jenis pekerjaan seseorang secara umum mencerminkan tingkat pendapatan dan kelas sosial dalam kehidupannya. Hasil sebaran kuisioner diperoleh dari 100 pengunjung yang ada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat KRB adalah memiliki jenis pekerjaan yang beragam. Persentase jenis pekerjaan yang mendominasi yaitu pelajar/mahasiswa sebanyak 53 % dan persentase yang paling kecil yaitu pekerja BUMN sebanyak 1 % (Gambar 7). Tingginya persentase pelajar/mahasiswa yang datang berkunjung ke KRB dikarenakan pada usia tersebut seseorang masih memiliki tingkat keingintahuan yang cukup tinggi mengenai potensi sumberdaya

SD 0%

SMP 4%

SLTA 49% Perguruan

Tinggi 45%

Lainnya 2%


(43)

alam yang ada di KRB atau hanya sekedar menikmati keindahan alam yang ada di KRB. Hal ini berkaitan dengan banyaknya waktu luang bagi para pelajar/mahasiswa untuk melakukan suatu kunjungan dengan tujuan untuk meneliti berbagai spesies tumbuhan yang ada di KRB atau melakukan wisata alam bersama teman atau keluarga secara rombongan. Mercer (1981) diacu dalam Gumilar (1996) menyatakan bahwa pemanfaatan waktu luang seseorang dipengaruhi oleh kepribadian, jenis kelamin, keluarga, pendidikan, mata pencaharian, dan latar belakang (termasuk usia dan pengalaman). Pekerjaan BUMN, TNI/POLRI, dan lainnya berdasarkan hasil analisis menempati urutan terkecil dibandingkan pelajar/mahasiswa. Tingginya tingkat kesibukan seseorang akan mempengaruhi motivasi atau minatnya untuk melakukan suatu hiburan yang dapat menghilangkan kepenatan setelah sekian lama melakukan aktivitas kerja. Dorongan dari keluarga atau teman akan sangat membantu seseorang agar mau melakukan aktivitas lain diluar kegiatan kerjanya.

Gambar 7 Karakteristik pekerjaan pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB.

5.2.5 Karakteristik pengunjung berdasarkan asal

Persebaran pengunjung yang datang atau berada di sekitar vak koleksi tumbuhan obat KRB sebagian besar berasal dari daerah Jabodetabek, yaitu Jakarta (10 %), Bogor (41 %), Depok (9 %), Tanggerang (4 %), dan Bekasi (5 %). Pengunjung pada daerah Bogor (41 %) tetap memiliki persentase asal pengunjung

53%

5%

2% 23%

3%3% 8%

1% 2%

Pelajar/mahasiswa PNS

TNI/POLRI Pegawai Swasta Wiraswasta Petani/buruh Ibu Rumah Tangga BUMN


(44)

tertinggi diantara daerah lainnya, hal ini berhubungan dengan cukup tingginya mobilitas pekerjaan seseorang sehingga alternatif cara untuk mendapatkan suasana baru adalah melakukan kunjungan ke KRB agar memperoleh ketenangan dengan suasana yang jauh dari padat keramaian manusia maupun kendaraan. Kebun Raya Bogor juga berfungsi sebagai tempat wisata alam terdekat dengan akses yang relatif mudah untuk dikunjungi oleh semua kalangan yang berada di tengah kota.

Persentase pengunjung yang datang dari luar Jabodetabek secara umum berjumlah 31 % lebih kecil dibandingkan yang berasal dari daerah Jabodetabek sebesar 69 % (Gambar 8). Hal ini menunjukkan adanya keterbatasan waktu dan lokasi yang relatif jauh bagi para pengunjung yang berada di luar pulau Jawa pada umumnya sebab ketika penelitian berlangsung ditemukan juga pengunjung yang memang sengaja datang dari luar Jabodetabek (Jawa Tengah, Medan, Sumbar) ingin berkunjung ke KRB untuk tujuan melakukan perjalanan wisata alam, menikmati secara langsung keindahan alam yang ada, serta untuk mengetahui spesies-spesies koleksi tumbuhan khas yang ada di KRB. Berkembangnya pembangunan yang ada pada saat ini menyebabkan semakin luasnya areal perkotaan sehingga suasana perkotaan tersebut jauh dari suasana alami. Oleh karena itu, timbul suatu keinginan orang-orang yang tinggal di areal perkotaan untuk pergi ke luar kota dengan tujuan menikmati suasana alam yang asri, tenang, dan sejuk dari keramaian (Douglass 1982).

Pengunjung yang berasal dari luar Jabodetabek, khususnya Jawa Tengah memiliki intensitas yang cukup tinggi sebesar 6 % dibandingkan daerah lainnya. Hal ini menjadi suatu pemicu bagi para pengunjung yang berasal dari daerah lainnya agar mau berkunjung ke KRB, khususnya ke vak koleksi tumbuhan obat. KRB selain berfungsi sebagai tempat konservasi tumbuhan yang berasal dari berbagai tempat di Indonesia juga berfungsi sebagai tempat wisata alam yang menyajikan keunikan dengan beraneka ragam koleksi tumbuhan yang sudah berumur ratusan tahun sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang melihatnya secara langsung ke KRB.


(45)

Gambar 8 Karakteristik asal pengunjung vak koleksi tumbuhan obat KRB.

5.3 Motivasi Pengunjung KRB

Kebun Raya Bogor dilihat dari segi kekayaan alamnya memiliki daya tarik yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi objek kegiatan ekoturisme, seperti untuk berlibur, menambah pengetahuan dan pengalaman, olahraga, kesehatan, berziarah. KRB merupakan salah satu contoh kawasan dengan berbagai spesies tumbuhan yang berasal dari tipe hutan hujan tropis di Indonesia. Beberapa spesies flora dan faunanya merupakan spesies endemik atau langka sebagai daya tarik yang cukup penting untuk kegiatan ekoturisme. Tujuan pengunjung datang ke suatu tempat adalah berbeda-beda, Muntasib (1992) menyebutkan bahwa pengunjung menginginkan waktu kunjungan yang singkat untuk melihat, merasakan, dan mempelajari keistimewaan suatu tempat atau objek baru sebagai pengalaman baru sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan kunjungannya lagi. Pengunjung yang puas tersebut diharapkan akan menjadi sarana yang efektif dalam mempromosikan kepada pengunjung lainnya, khususnya mengenai koleksi tumbuhan obat.

5.3.1 Sumber informasi awal KRB

Sumber informasi awal yang dapat diketahui oleh pengunjung mengenai KRB dapat diperoleh dari koran, brosur, majalah, leaflet, TV, teman, radio, dan keluarga. Sumber informasi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi

41

10 9

5 4 6 5 4

3 2 2 2 2 2

1 1 1

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Bo g o r Ja k a rt a D ep o k Be k a si T a n g g era n g Ja w a T en g a h Ja w a Ba ra t Ja w a T im u r S u m u t A ce h S u m b a r L am p u n g Y o g y a k a rt a Ba li Ja m b i K al ti m M a k a ss a r

Jabodetabek Luar Jabodetabek

P e r se n tas e (% ) Asal pengunjung


(1)

73

Lanjutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Kegunaan Obat

124 Kalanchoe mortagei Raym.-Hamet & H. Perrier Sosor bebek Crassulaceae luka bakar, penyakit kulit

125 Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers Sosor bebek Crassulaceae nyeri lambung, rematik, wasir

126 Kopsia fruticosa Blume Kilutung Apocynaceae disentri

127 Labisia pumila (Blume) F. Vill Mata pelanduk/akar

fatima

Myrsinaceae setelah bersalin, disentri, nyeri haid, rajasinga

128 Leea sp. Girang Leeaceae sakit perut, malaria

129 Ligustrum lucidum W.T. Aiton Ganti Oleaceae pusing, penyakit kulit

130 Lunasia amara Blanco Kemaitan Rutaceae sakit kulit, iritasi mata, penawar racun

131 Maclura cochinchinensis (Lour.) Corner Kayu tegeran Moraceae malaria

132 Maesa sp. Kayu nasi Myrsinaceae sakit kepala

133 Mahonia fortunei (L.) Pedl. Berberidaceae penurun panas

134 Malpighia coccigera L. Malpighiaceae gangguan pencernaan

135 Manihot esculenta Crantz var. variegata Ketela pohon Euphorbiaceae kanker payudara

136 Manilkara hexandra (Roxb.) Dubard Sawo alas Sapotaceae disentri, panas dalam

137 Maranta arundinacea L. Arairut/patat sagu Marantaceae diare, rakhitis, radang usus

138 Melastoma malabathricum L. Harendong pohon Melastomataceae sakit gigi, diare, tonikum, bahan pewarna

139 Melia azedarach L. Mindi kecil Meliaceae cacingan, jamur, lambung, hipertensi

140 Melicope denhamii (Seemen) T.G.Hartley Jaring-jaring/sampang Rutaceae penyakit kulit

141 Merremia mammea (Lour.) Hall Bidara upas Convolvulaceae radang usus buntu, typus, batuk kering

142 Mesua ferrea L. Penaga lilin/ nagasari Clusiaceae diare, kudis, panas, aromatic

143 Mirabilis jalapa L. Kembang pagi

sore/Bunga pukul empat

Nyctaginaceae diabetes mellitus, amandel, prostat, cacingan

144 Moghania involucrata (Benth.) Kuntze Kacang mas Papilionaceae darah rendah, keracunan jengkol

145 Moghania macrophylla Kunze Kacang ruji/ pok-pokan Papilionaceae sakit perut, bisul, sakit tulang sendi,

tekanan darah rendah

146 Moghania strobilifera Jaume St. Hil. Apa-apa/ gatak kebo Papilionaceae rematik, obat tidur, sakit tulang

147 Morinda citrifolia L. Megkudu Rubiaceae hipertensi, sakit kuning, demam, batuk

148 Moringa pterygosperma Gaertn Kelor Moringaceae setelah bersalin, beri-beri, sariawan,


(2)

74

Lanjutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Kegunaan Obat

149 Morus alba L. Murbei/ mulberry Moraceae kencing manis, tekanan darah tinggi,

hepatitis, radang sendi

150 Murraya exotica L. Kemuning Rutaceae bronkitis, keputihan, sakit gigi, penyakit

kulit

151 Mussaenda frondosa L. Nusa indah Rubiaceae sakit kepala

152 Musa sp. Pisang Musaceae diare, sakit pinggang

153 Myristica fatua Houtt. Pala laki Myristicaceae pelancar peredaran darah, aprodisiak

154 Nyctanthes arbor-tristis L. Sri gading Oleaceae bronkitis, penyakit kuning, rematik,

tonikum, demam

155 Ocimum canum Sims. Kemangi Lamiaceae demam

156 Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Kumis kucing Lamiaceae infeksi ginjal, kencing batu,encok

157 Pachystachys coccinea Nees Bunga lilin Acanthaceae penahan rasa sakit

158 Pandanus amaryllifolius Roxb Pandan bebau/rampe Pandanceae rematik, neuropati, bahan pewangi

159 Parameria laevigata (Juss.) Moldenke Kayu rapat Apocynaceae nyeri rahim

160 Pararuellia napifera (Zoll.) Bremek Gempur batu Acanthaceae batu ginjal

161 Pedilanthus tithymaloides Poit. Patah tulang/ pokok lipan Euphorbiaceae penyakit kulit, penawar racun lipan

162 Persicaria chinensis (L.) H. Gross Polygonaceae luka memar

163 Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Mahkota dewa Thymelaeaceae diabetes melitus, anti kanker, darah tinggi

164 Phyllanthus acidus (L.) Skeels Ceremai Euphorbiaceae peluruh dahak, pencahar

165 Phyllanthus buxifolius (Blume) Mull. Arg. Keliki/seligi Euphorbiaceae zat pewarna taplak, untuk manisan

166 Piper aduncum L. Gedebong/ seuseureuhan Piperaceae diare, bumbu dan perasa biji coklat

167 Piper betle L. Sirih Piperaceae sakit mata, pendarahan gusi, keputihan,

mimisan

168 Piper nigrum L. Lada/pedes Piperaceae disentri, kolera, nyeri otot, sakit kepala,

batu ginjal

169 Piper retrofractum Vahl Cabe jawa Piperaceae diare, perut kembung, sakit gigi, setelah

nifas

170 Piper sarmentosum Roxb Karuk Piperaceae batuk, sesak napas, sakit gigi


(3)

75

Lanjutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Kegunaan Obat

172 Plantago major L. Daun sendok/urat Plantaginaceae batuk, kencing batu, obat cacing, wasir,

penyakit kulit

173 Pleomele angustifolia N.E.Br. Suji/jejuang bukit Agavaceae beri-beri, pewarna makanan, kencing

nanah

174 Pluchea odorata Carr. Beluntas Asteraceae demam, pembersih darah, disentri

175 Plumbago scandens L. Daun encok/ ceraka Plumbaginaceae rematik sendi, nyeri lambung, kurap

176 Polyscia scutellarium (Burm. F.) Fosb. Mangkokan Araliaceae diuretik, menghilangkan keringat, rambut

rontok

177 Polyscias fruticosa (L.) Harms Kedongdong laut Araliaceae kencing batu, menghilangkan bau badan

178 Premna oblongifolia Merr. Var. Subalabra (H.J. Lam) Meloden Cingcau Verbenaceae batuk, demam, bronkitis, masuk angin

179 Pseuderanthemum bicolor (Schrank) Radlk. Ex Lindau Pospor Acanthaceae luka, borok

180 Pseuderanthemum kewense L.H. Bailey Acanthaceae radang mata, malaria

181 Pseudocalyma sp. Bignoniaceae penyakit kulit

182 Psidium guajava L. Jambu biji Myrtaceae diare, maag, diabetes mellitus, masuk

angin

183 Punica granatum L. Delima Punicaceae sakit perut, diare kronis, wasir, cacingan,

radang gusi

184 Quassia amara L. Ki congcorang Simaroubaceae sakit perut, gangguan usus, hati,

pencernaan

185 Quisqualis indica L. Wudani/bidani/ceguk Combretaceae cacingan

186 Rauvolfia serpentina (L.) Benth. Ex Kurz Pule pandak Apocynaceae darah tinggi, malaria

187 Rauvolfia vomitoria Afzel Sepuleh Apocynaceae sakit kepala, tekanan darah tinggi

188 Rhinacanthus nasutus (L.) Kurz Bungo dara/ tereba Acanthaceae kurap, kudis

189 Rhoeo spathacea (Swartz) W.T. Stearn Nanas kerang Commelinaceae TBC, batuk rejan, BAB berdarah

190 Rivina humilis L. Getih-getihan Phytolaccaceae penambah darah

191 Saccharum officinarum L. Tebu Poaceae panas, batuk, meredakan jantung berdebar

192 Salvia riparia H.B. & K. Salfia Lamiaceae demam, pelega perut, bisul

193 Sanchezia nobilis Hook. f. Ki sabun Acanthaceae


(4)

76

Lanjutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Kegunaan Obat

195 Sauropus androgynus Merr. Katuk/memata Euphorbiaceae bisul, darah kotor, penambah ASI

196 Sauropus sp. Katuk Euphorbiaceae penambah ASI, bisul

197 Selaginella daederleinii Hieron Cemara kipas gunung/

cakar ayam

Selaginellaceae bronkitis, koreng, hepatitis, infeksi saluran kencing, rematik

198 Sericocalyx crispus (L.) Bremek Keji beling Acanthaceae peluruh kencing, batu ginjal, pencahar

199 Serissa foetida (L. f.) lam Rubiaceae

200 Siegesbeckia orientalis L. Jabung Asteraceae penyakit kulit, sipilis

201 Solanum sp. Terong Solanaceae kurang darah

202 Solanum torvum Swartz Takokak Solanaceae anti prostat, darah tinggi, ketombe,

penyakit kulit

203 Soulamea amara Lam. Sulamu pohon Simaroubaceae kejang perut, batuk, sesak napas, kolera,

demam

204 Stachytarpheta cayennensis (L.C. Rich) Vahl Jarong/ kacang-kacangan Verbenaceae disentri

205 Strobilanthes laevigatus Clarke Ngokilo/pecah beling Acanthaceae kencing manis, penyakit kulit

206 Strobilanthes sp. Pecah beling Acanthaceae bisul

207 Strychnos lucida R. Br. Bidara laut Loganiaceae penawar racun jamur, penyakit kulit

208 Tabernaemontana divaricata (L.) R. Br.ex Roem. & Schult. Kembang mentega/

bunga wari

Apocynaceae luka dan bengkak

209 Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn Vergeet-mij-wel Portulacaceae penguat syahwat

210 Thevetia peruviana (Pers.) Merr. Ki hujan Apocynaceae racun panah

211 Thottea tomentosa (Blume) Ding Hou Singa depa Aristolochiaceae tonikum

212 Thunbergia affinis S. Moore Tunbergia Acanthaceae sakit kepala, demam, batuk

213 Tinospora crispa (L.) Diles Bratawali Menispermaceae sakit kuning, sakit perut, malaria, rematik

214 Triphasia trifolia (Burm.f.) A. Wilson Jeruk kingkit Rutaceae batuk, sakit perut

215 Urena lobata L. Ampulut/pulut Malvaceae darah tinggi

216 Vetiveria zizanioides (L.) Nash. Ex Small Janur/larasetu/akar wangi Poaceae kumur, rematik, encok, bau keringat

217 Vitex cannabifolia Sieber & Zucc. Verbenaceae cacingan

218 Vitex trifolia L. Legundi Verbenaceae eksim, kejang perut, batuk, TBC,


(5)

77

Lanjutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Kegunaan Obat

219 Wedelia biflora (L.) DC. Seruni Asteraceae melancarkan air seni

220 Xanthosoma nigrum (Vell.) Mansf. Kimpul/ keladi hitam Araceae penawar racun serangga

221 Zingiber amaricans Blume Lempuyang pahit Zingiberaceae demam empedu, darah kotor, tonikum,

diare

222 Zingiber aromaticum Valeton Lempuyang wangi Zingiberaceae disentri, lambung, tonikum, sakit perut

223 Zingiber cassumunar Roxb. Bangle Zingiberaceae sakit kepala, masuk angin, demam kuning

224 Zingiber gramineum Blume Zingiberaceae demam, sakit perut

225 Zingiber littorale Valeton Lempuyang pahit Zingiberaceae tonikum

226 Zingiber officinale Roxb. Jahe Zingiberaceae rematik, sakit kepala, kolera, masuk angin

227 Zingiber ottensii Valeton Bangle hantu/ panglai

hideung

Zingiberaceae anti konvulsan, obat penenang, demam setelah bersalin, sakit kepala


(6)

78

Lampiran 5 Struktur kelompok jabatan di PKT Kebun Raya Bogor untuk subbidang pemeliharaan koleksi

KEPALA SUBBIDANG PEMELIHARAAN KOLEKSI PENGAWAS WILAYAH I PENGAWAS WILAYAH II PENGAWAS WILAYAH III PENGAWAS PERTAMANAN ARSITEK PERTAMANAN Wilayah I Wilayah II PENGAWAS KOLEKSI ANGGREK PENGAWAS KEBERSIHAN DAN PENGOMPOSAN PENGAMAT LINGKUNGAN

1 - 6

PENGAMAT LINGKUNGAN

6 - 12

PEMELIHARA KEBUN

1 - 14

PENGAMAT PERTAMANAN

Wilayah I Wilayah II

PENGAMAT 1. KOLEKSI ANGGREK 2. ORCHIDARIUM

PEMELIHARA 1. KOLEKSI ANGGREK 2. ORCHIDARIUM PEMELIHARA

KEBUN 1 - 6

PEMELIHARA KEBUN

6 - 12

PENYAPU JALAN ASPAL Wilayah I Wilayah II OPERATOR ROVER Wilayah I Wilayah II PEMELIHARA TAMAN Wilayah I Wilayah II PENGAMAT 1. KEBERSIHAN DAN

KOMPOS

2. KEBERSIHAN KOLEKSI

1.PEMELIHARA KEBERSIHAN

(PENGANGKUT SAMPAH) 2. PEMBUAT KOMPOS 3. KEBERSIHAN KOLEKSI