5.1.4 Pemeliharaan dan Perlindungan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden petani pemilik dan pengelola hutan rakyat meliputi pemupukan dan penyulaman, sedangkan kegiatan
perlindungan yang dilakukan adalah pemberantasan hama dan penyakit.
a. Pemupukan
Kegiatan pemupukan yang dilakukan sebenarnya tidak dikhususkan untuk tanaman penghasil kayu, akan tetapi diberikan untuk tanaman pertanian. Namun
secara tidak langsung, tanaman penghasil kayu juga mendapatkan tambahan hara dari pupuk tersebut. Responden petani yang tidak menerapkan sistem agroforestri
pada lahannya tidak terbiasa melakukan pemupukan yang dikhususkan untuk tanaman penghasil kayu, biasanya tanaman penghasil kayu dibiarkan tumbuh
secara alami. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk buatan seperti Urea dan TSP. Rata-rata kegiatan pemupukan yang dilakukan adalah 1 kali
pada setiap akan memulai penanaman tanaman pertanian.
b. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman bibit yang baru dikarenakan bibit atau pohon yang sebelumnya mati atau ditebang, baik ditebang karena dijual atau
karena terkena serangan penyakit yang dikhawatirkan dapat juga menyerang pohon-pohon yang lainnya. Penyulaman disini sebenarnya identik dengan
kegiatan penanaman kembali, perbedaannya adalah pada banyaknya luasan areal yang harus ditanami kembali dengan bibit yang baru tersebut.
c. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman penghasil kayu tidak banyak dilakukan oleh para responden petani. Solusi yang dianggap praktis adalah
dengan cara menebang pohon yang terkena serangan hama atau penyakit agar tidak menyebar ke pohon yang lain. Jika pohon yang terkena serangan hama atau
penyakit tersebut sudah layak tebang dan efek serangan belum terlihat parah maka petani akan segera menjual pohon tersebut, namun jika belum layak tebang maka
pohon akan ditebang sendiri oleh petani yang kayunya dimanfaatkan sebagai kayu bakar untuk keperluan sehari-hari atau dapat juga dijual kepada yang
membutuhkannya.
Tanaman penghasil kayu yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit biasanya adalah jenis sengon Paraserianthes falcataria, terutama
serangan oleh hama ulat kantong yang biasa juga disebut dengan uter-uter, sedangkan jenis-jenis pohon yang lainnya sangat jarang terkena serangan hama
atau penyakit.
5.1.5 Pemanenan
Kegiatan pemanenan yang dilakukan meliputi pembuatan Surat Izin Tebang SIT, penebangan, pembagian dan pembersihan batang, penyaradan dan
pengumpulan kayu, muat-bongkar, pengangkutan, penimbunan kayu serta pengolahan penggergajian kayu. Kegiatan-kegiatan pemanenan tersebut pada
umumnya dilakukan oleh pedagang pengumpul kayu rakyat yang membeli kayu dari petani dalam bentuk pohon berdiri, namun ada juga sebagian kecil dari petani
yang juga melakukan kegiatan-kegiatan tersebut jika ingin menjual kayunya dalam bentuk kayu bulat atau gergajian.
a. Pembuatan Surat Izin Tebang SIT
Tarif retribusi kayu rakyat di wilayah Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tarif Retribusi Kayu Rakyat di Wilayah Kabupaten Sukabumi
No. Jenis Retribusi Rp
1 Kayu Jati, Sonokeling dan Sejenisnya 10.000m
3
2 Kayu Mahoni dan Rasamala
8.000m
3
3 Kayu Damar dan Pinus
5.000m
3
4 Kayu Kelas III Sengon, Kayu Afrika, Bayur Sejenisnya
2.000m
3
5 Kayu Karet
2.000m
3
6 Kayu Bakar Karet Diameter di Bawah 15 cm
1.000m
3
7 Kayu Cengkeh, Pala, Kemiri, Kenanga dan Sejenisnya 500m
3
8 Pohon Aren dan Kelapa
1.000phn 9
Pohon Bambu Berukuran Besar 100phn
10 Pohon Bambu Berukuran Sedang
50phn Sumber : Peraturan Bupati Sukabumi No. 37 Tahun 2006
Berdasarkan Peraturan Bupati Sukabumi No. 37 Tahun 2006 tentang Prosedur Tetap Pengurusan Izin Penebangan Pohon Kayu dan Bambu serta
Penatausahaan Kayu Hutan Hak Rakyat, penerbitan Surat Izin Tebang SIT dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kehutanan untuk jenis jati, mahoni, pinus,
sonokeling, damar, rasamala dan puspa, sedangkan untuk jenis-jenis yang lain
penerbitannya dilakukan oleh Kepala Cabang Dinas Kehutanan atau Kepala Cabang Dinas Perkebunan khusus karet dan kelapa.
b. Penebangan