Masing-masing tipe habitat di atas memiliki karakteristik yang diuraikan sebagai berikut : 1 Tipe habitat tumbuhan buah adalah tipe habitat yang
ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan buah tropis yang tinggi dengan tajuk yang rindang, dalam tipe habitat ini terdapat kolam buatan dan danau buatan; 2
Tipe habitat tanaman mediterania, area ini dibagi menjadi dua tipe vegetasi, sebagian area merupakan area terbuka yang ditumbuhi oleh berbagai jenis
tumbuhan daerah kering sedangkan area kedua merupakan area yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan pandan-pandanan; 3 Tipe habitat tumbuhan
berkayu adalah tipe habitat dengan berbagai jenis tanaman berkayu yang besar dan tinggi serta memiliki tajuk pohon yang rindang dan rapat; 4 Tipe habitat
tanaman air Astrid Avenue adalah tipe habitat terbuka dengan taman rumput yang serta terdapat kolam-kolam buatan yang di dalamnya terdapat berbagai jenis
teratai dan tanaman air; 5 Taman Garuda merupakan taman yang dibagi menjadi dua area, sebagian merupakan taman dengan rumput yang luas dan ditumbuhi
oleh berbagai jenis tanaman bunga sedangkan sebagian lainnya ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan dengan tajuk yang rapat.
5.1.1 Komponen fisik habitat
5.1.1.1 Suhu dan kelembaban udara
Iklim merupakan salah satu komponen fisik habitat yang sangat mempengaruhi populasi kupu-kupu. Perubahan iklim mempunyai efek yang besar
pada tahap yang berbeda dari suatu siklus hidup kupu-kupu, misalnya musim hujan dengan curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kupu-kupu tidak
bebas melakukan aktivitasnya, selain itu perkembangan kupu-kupu dari mulai fase telur, larva, pupa, hingga imago memerlukan kondisi iklim yang sesuai dengan
toleransi jenis kupu tersebut. Oleh karena itu, suhu dan kelembaban udara merupakan faktor-faktor penting dalam membentuk iklim mikro suatu habitat
sehingga variabel tersebut perlu dilakukan pengukuran. Pengamatan ini dilakukan pada bulan November hingga Desember 2011
yang merupakan musim hujan. Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dengan tiga kali ulangan yaitu pada pukul 08.00, 10.00, dan 12.00 pada masing-
masing tipe habitat dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Pemilihan waktu tersebut disesuaikan berdasarkan waktu aktif kupu-kupu.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui suhu pada lokasi-lokasi penelitian berkisar antara 28
C sampai 34 C sedangkan kelembaban udaranya berkisar
antara 52 sampai 74 , hal ini mempengaruhi hasil inventarisasi keanekaragaman jenis kupu-kupu. Berdasarkan hasil analisis data pengukuran
suhu dan kelembaban, diperoleh fluktuasi suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe habitat yang tersaji pada Gambar 7.
Gambar 7 Suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe habitat. Berdasarkan hasil pengamatan suhu dan kelembaban yang diperoleh, dapat
dilihat adanya hubungan antara suhu dan kelembaban udara dimana kondisi suhu lingkungan dengan kelembaban relatif nilainya berbanding terbalik, hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara maka kelembaban relatifnya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Tipe habitat dengan suhu udara tertinggi
dan kelembaban udara relatif terendah adalah Taman Mediterania yaitu dengan suhu udara rata-rata sebesar 31,8
C dan kelembaban relatif 57 . Habitat lainnya yang memiliki suhu udara tinggi dan kelembaban rendah yang nilainya mendekati
habitat Taman Mediterania adalah yaitu habitat Tanaman Air yaitu dengan suhu udara rata-rata sebesar 31,8
C dan kelembaban udara rata-rata 58 . Tipe habitat Taman Garuda, Tanaman berkayu, dan Tanaman buah merupakan tipe habitat
yang memiliki tingkat suhu yang rendah dan kelembaban relatif yang tinggi. Tipe habitat Taman Garuda memiliki suhu udara rata-rata sebesar 29,5
C dan kelembaban relatif 67 , habitat Tumbuhan Berkayu memiliki suhu udara rata-
rata sebesar 28,7 C dan kelembaban udara sebesar 70 , sedangkan habitat
Tanaman buah memiliki suhu udara rata-rata sebesar 28,3 C dan kelembaban
relatif rata-rata 71 . Berdasarkan hasil fluktuasi suhu udara diketahui bahwa semakin siang
dilakukannya pengukuran suhu dan kelembaban, maka semakin tinggi suhu yang diperoleh serta semakin rendah kelembaban relatif yang terukur. Pembuktian akan
hal tersebut dapat dilihat pada pengukuran suhu dan kelembaban pada pukul 12.00 dimana pengukuran pada waktu tersebut menghasilkan suhu yang lebih tinggi dan
kelembaban relatifnya lebih rendah dibandingkan dengan suhu dan kelembaban pada waktu-waktu pengukuran sebelumnya. Pengukuran suhu tertinggi dan
kelembaban relatif terendah dilakukan di tipe habitat Tanaman Air dimana pada pengamatan pukul 12,00 tersebut tercatat suhu sebesar 34
C dan kelembaban relatif sebesar 52 .
5.1.1.2 Sumber air dan keberadaan daerah terbuka
Sumber air yang terdapat di Kebun Raya Bogor terdiri dari dua jenis yaitu sumber air alami dan buatan. Dari kelima tipe habitat, setiap tipe habitat memiliki
sumber air. Pada habitat Tanaman Buah terdapat danau-danau buatan, habitat Tanaman Mediterania terdapat sumber air berupa sungai karena kawasan ini
terletak persis di sisi Sungai Ciliwung, habitat Tanaman Berkayu memiliki sumber air berupa Sungai Ciliwung yang melintasi sisi habitat tersebut, habitat
Tanaman Air memiliki empat danau buatan dan terletak di sisi Sungai Ciliwung, sedangkan habitat Taman Garuda memiliki sumber air berupa kolam-kolam
buatan. Gambaran sumber air di tiap-tiap tipe habitat tersebut disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Sumber air di masing-masing tipe habitat. Keberadaan ruangan terbuka tidak selalu ditemukan pada tiap-tiap tipe
habitat. Pada tipe-tipe habitat tertentu seperti tipe habitat Tanaman Air dan Taman Garuda, kondisi kawasannya sebagian besar merupakan area terbuka yang
ditumbuhi rerumputan. Pada tipe habitat Tanaman Mediterania, kondisi kawasanya hanya ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan daerah kering dan pandan-
pandanan yang relatif pendek dan tajuk pohonnya tidak rindang. Pada tipe habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu, hanya terdapat sedikit daerah terbuka
berupa daerah dengan penutupan tajuk yang jarang. Keberadaan daerah terbuka disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Keberadaan daerah terbuka di masing-masing tipe habitat. Berdasarkan hasil pengamatan, kupu-kupu banyak ditemukan pada daerah
terbuka. Pada tipe habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu, kupu-kupu banyak ditemukan berkumpul pada daerah yang memiliki penutupan tajuk yang
jarang. Pada tipe habitat Tanaman Mediterania, kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada area tanaman daerah kering yang kondisinya relatif lebih terbuka
dibandingkan dengan area pandan-pandanan, begitu pula pada tipe habitat Taman Garuda dan Tanaman Air dimana kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada daerah
taman yang terbuka dibandingkan dengan daerah di sekitarnya yang terdiri dari pepohonan yang bertajuk rapat.
5.1.1.3 Cahaya matahari
Analisis mengenai pentingnya cahaya matahari bagi kupu-kupu dilakukan dengan mengukur kerindangan tajuk pada habitat-habitat yang menjadi area
pengamatan. Gambaran kerapatan tajuk pada masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Gambar kerapatan tajuk pada masing-masing lokasi penelitian dengan menggunakan kamera berlensa fisheye.
Hasil foto-foto tajuk pada tiap-tiap tipe habitat menggambarkan struktur kanopi dan luas daun sehingga dapat ditentukan tingkat penutupan tajuknya.
Berdasarkan Gambar 10, dapat diketahui bahwa habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu memiliki penutupan tajuk yang lebih rapat dibandingkan
dengan tipe habitat Tanaman Mediterania, Tanaman Air, dan Taman Garuda. Penutupan tajuk mempengaruhi intersepsi cahaya oleh tajuk pohon karena
semakin rapat tajuk maka semakin sedikit cahaya matahari yang terdistribusi di bawah tajuk sedangkan semakin tidak rapat tajuk maka semakin banyak cahaya
matahari yang terdistribusi di bawah tajuk. Distribusi cahaya di bawah tajuk pohon mempengaruhi suhu lingkungan di sekitarnya, hal ini mempengaruhi kupu-
kupu karena kupu-kupu memerlukan suhu lingkungan tertentu untuk dapat beraktivitas.
Keterangan : 1 Habitat Tanaman Buah; 2 Habitat Tanaman Mediterania; 3 Habitat Tanaman Berkayu; 4 Habitat Tanaman Air; 5 Habitat
Taman Garuda
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui nilai-nilai Leaf Area Index LAI dan Global Site Factor GSF yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai LAI dan GSF pada masing-masing habitat
LAI GSF
Tipe Habitat
1,22 0,28
Tanaman buah 0,29
0,77 Tanaman mediterania
1,20 0,33
Tanaman berkayu 0,16
0,89 Tanaman air
0,18 0,89
Taman garuda
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa kelima tipe habitat yang menjadi lokasi penelitian memiliki tipe kerindangan tidak rindang. Hal ini disebabkan
karena Kebun Raya Bogor merupakan suatu kawasan konservasi ex-situ dimana berbagai jenis tumbuhan di dalamnnya sengaja untuk ditanam sehingga terdapat
jarak-jarak tanam tertentu yang menyebabkan jarak antara satu pohon dengan pohon lain memiliki jarak yang berbeda-beda. Selain itu, KRB juga melakukan
pengelolaan semai, pancang, atau tiang dengan cara dipindahkan untuk dibudidayakan, hal ini menyebabkan lantai hutan bersih dari anakan-anakan dan
menyebabkan kerapatan antar tumbuhan di KRB tidak begitu rapat. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui Leaf Area Index LAI dan Global
Site Factor GSF. Nilai LAI berbanding terbalik dengan nilai GSF, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai LAI maka semakin kecil nilai GSF,
begitupun sebaliknya Gambar 11. Nilai LAI menunjukkan tingkat penutupan tajuk, sedangkan nilai GFS menunjukkan tingkat distribusi cahaya di bawah
kanopi pohon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rindang penutupan tajuk pada suatu lokasi maka distribusi cahaya di bawah kanopi pohonnya semakin rendah
dan semakin besar bukaan tajuk pohon pada suatu lokasi maka distribusi cahaya di bawah kanopi pohonnya semakin tinggi.
Gambar 11 Perbandingan nilai LAI dan GSF pada masing-masing tipe habitat. Dari nilai GSF dan LAI yang telah dihitung, diketahui bahwa tingkat
kerindangan pada masing-masing lokasi penelitian berbeda-beda. Tipe habitat yang memiliki nilai kerindangan paling tinggi adalah tipe habitat Tanaman Buah,
kedua adalah tipe habitat Tanaman Berkayu, ketiga adalah tipe habitat Tanaman Mediterania, keempat adalah tipe habitat Taman Garuda, dan tipe habitat yang
paling tidak rindang berdasarkan nilai LAI adalah tipe habitat Tanaman Air. Nilai tersebut menunjukkan pula distribusi cahaya di bawah tajuk dimana distribusi
cahaya terbanyak terdapat di tipe habitat Tanaman Air. Distribusi cahaya terbanyak kedua, ketiga, dan keempat terdapat di tipe habitat Taman Garuda,
Tanaman Mediterania, dan Tanaman Berkayu sedangkan tipe habitat dengan distribusi cahaya yang paling terendah terdapat di tipe habitat Tanaman Buah.
5.1.2 Komponen biotik habitat