Tabel 3 Produktivitas sersah mangrove di beberapa lokasi penelitian
No Sumber
Lokasi Penelitian Jenis Mangrove
Produksi serasah grm
2
hari 1
Suyanti, 1995 Pantai Bama, TN
Baluran, Jatim Rhizophora apiculata
3.62 2
Juman, 2005 Bon Accord
Lagoon, Tobago Rhizophora mangle
3.55 3
Zuriati, 2007 Hutan Lindung
Angke, Jakarta Avicennia marina
7.74 4
Ulqodry, 2008 Tanjung Api-Api,
Sumatera Selatan Avicennia marina
2.99 5
Zamroni, 2008 Teluk Sepi,
Lombok Barat Rhizophora
mucronata Rhizophora apiculata
1.48 0.49
6 Penelitian ini
Tulang Bawang, Lampung
Rhizophora apiculata 3.12
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti lain di beberapa daerah Indonesia, produksi serasah mangrove berkisar
antara 0.49 gm
2
hari samapi dengan 7.74 gm
2
hari, sementara hasil penelitian ini adalah 3.12 gm
2
hari. Variasi tersebut nampaknya terkait dengan jenis pohon mangrove yang diamati. Menurut Kuriandewa 1998, dan Juman 2005 faktor
iklim dan intensitas matahari dapat berpengaruh pada jumlah serasah daun yang jatuh.
4.4. Dekomposisi Serasah
Pengamatan dekomposisi dilakukan selama 42 hari dengan interval pengamatan setiap 7 hari. Parameter yang diamati adalah penurunan berat daun
selama dalam masa dekomposisi. Serasah daun dipilih sebagai bahan dekomposisi karena komponen daun merupakan bagian yang paling banyak dihasilkan oleh
tanaman mangrove. Perubahan berat kering daun mangrove selama proses dekomposisi disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Perubahan bobot kering serasah daun Rhizophora apiculata gr
Plot Pengamatan
Perubahan berat daun gr setelah mengalami degradasidekomposisi Hari ke-
Hari ke-7 Hari ke-
14 Hari ke-
21 Hari ke-
28 Hari ke-
35 Hari ke-
42 1
10 8.55
7.15 6.89
6.62 6.27
5.94 2
10 8.53
7.44 6.57
5.92 5.18
4.83 3
10 8.62
7.22 6.61
5.87 5.02
4.67 4
10 8.81
7.87 7.53
7.15 6.77
5.80 5
10 8.99
7.40 7.40
6.29 5.65
5.06 Rerata
10 ±0.00
8.70 ±0.20 7.42±0.28 6.70±0.27 6.37±0.53 5.78±0.73 5.26±0.58
Berdasarkan data yang di dapat pada Tabel 4 maka dapat dibuat grafik rata-rata perubahan berat kering serasah daun Rhizopora apiculata akibat dekomposisi
pada gambar 12.
Gambar 12 Rata-rata perubahan berat kering serasah daun akibat dekomposisi gr
Penurunan berat kering terbesar terjadi pada 7 hari pertama yaitu sebanyak 1.3 gram dari berat awal 10 gram. Hal ini diduga disebabkan karena hilangnya
bahan-bahan organik serasah akibat penguraian oleh dekomposer yang biasanya terjadi di waktu awal setelah serasah gugur. Beberapa alasan dikemukakan untuk
menjelaskan kehilangan berat pada beberapa minggu pertama yaitu disebabkan oleh i proses fisika dan biologi yang dapat menyebabkan banyaknya berat hilang
dan mudah larut oleh air dibanding fraksi lignocelluloses Andren Paustian 1987, ii bahan yang mudah larut pada serasah kebanyakan mempunyai susunan
organik yang sederhana termasuk didalamnya glukosa, phenolic dan asam amino
Suberkropp et al. 1976, dan ini akan terurai pada awal proses dekomposisi.
Data rata-rata perubahan berat kering serasah Rhizopora apiculata yang telah didapat, akan digunakan untuk menentukan laju dekomposisi. Laju
dekomposisi memberikan informasi mengenai banyaknya zat organik yang terurai di perairan dalam suatu waktu tertentu. Laju dekomposisi yang terjadi selama 42
hari dengan interval pengamatan 7 hari dapat diasumsikan penurunanya terjadi secara eksponensial. Menurut Olson 1963 in Riberio et al. 2002; Carnevale NJ
2 4
6 8
10 12
H0 H7
H14 H21 H28 H35 H42
b e
r at
k e
r in
g gr
hari pengamtan hari
Berat kering gr Perubahan Berat kering
gr
Lewis JP 2000; Palma et al. 1998; Oladoye AO et al. 2001 bahwa penurunan nilai laju dekomposisi terjadi secara eksponensial. Hal ini dapat
didekati dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
atau Ln Wt =Ln Wo – kt
Dimana Wt adalah berat kering gr pada waktu t, Wo adalah berat kering serasah awal gr, e adalah bilangan logaritma natural 2.72, k adalah laju dekompsisi dan
t adalah waktu pengamatan hari. Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat ditentukan laju dekomposisi serasah daun jenis Rhizophora apiculata untuk
masing-masing interval hari pengamatan seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Laju dekomposisi berat kering serasah grhari
Plot pengamatan
Hari ke-0
Hari ke-7 Hari ke-14
Hari ke-21 Hari ke-28
Hari ke-35 Hari ke-42
1 0.000
0.022 0.013
0.002 0.001
0.002 0.001
2 0.000
0.023 0.010
0.006 0.004
0.004 0.002
3 0.000
0.021 0.013
0.004 0.004
0.004 0.002
4 0.000
0.018 0.008
0.002 0.002
0.002 0.004
5 0.000
0.015 0.014
0.004 0.003
0.003 0.003
Rerata 0.000
0.020 ±0.003 0.011±0.002 0.004±0.002 0.003±0.001 0.003±0.001 0.002±0.001
Berdasarkan Tabel 5, maka dapat dicari persamaan regeresi yang dapat digunakan untuk menyatakan kondisi laju dekomposisi sesuai dengan kondisi penelitian ini,
seperti pada Gambar 13.
Gambar 13 Laju dekomposisi selama pengamatan
y = 2,212e
-0,00x
R² = 0,814
0,0000 0,5000
1,0000 1,5000
2,0000 2,5000
7 14
21 28
35 42
L n
Wt b
e r
at ak
h ir
s e
r as
ah gr
Hari pengamatan hari
Ln Wt gr Expon. Ln
Wt gr
Laju dekomposisi serasah daun berjalan secara eksponensial berdasarkan data 7 hari ke-1 sampai dengan 7 hari ke-6 didapatkan persamaan regresi
y=2.2121e
-0.007x
Proses fisik pada dekomposisi di perairan berupa penggenangan oleh air payau yang lebih lama. Waktu penggenangan akan mempengaruhi hilangnya
bahan-bahan yang terdapat pada serasah seperti unsur hara. Penguraian serasah juga dapat disebabkan oleh pergantian pasokan air di tambak dari air laut dan juga
dari dari air hujan. Pergantian air ini akan berpengaruh pada besar kecilnya kandungan bahan-bahan organik yang dapat menyebabkan terjadinya proses
penguraian. Lingkungan yang selalu lembab dan basah akan menyebabkan proses dekomposisi serasah berlangsung cepat karena di dalam lingkungan yang lembab
dan basah, mikroba pengurai dapat tumbuh lebih banyak. , di mana y merupakan Ln berat kering akhir serasah Wt gr,
dan x merupakan hari pengamatan hari. Laju dekomposisi serasah selama proses penelitian berkisar antara 0.02-0.002 grhari.
4.5. Kandungan unsur hara C, N dan P