16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pendahuluan di Lapangan Jenis Gorengan Berlapis
Tepung Terlaris, Jenis Tepung, serta Merek dan Jumlah Rokok Terbanyak Dikonsumsi
Penelitian pendahuluan di lapangan dilakukan pada bulan April 2011. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dan metode wawancara. Responden adalah penjual gorengan pada
lima kecamatan di Kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor Barat, Bogor, Tengah, Bogor Timur, Bogor Utara, dan Bogor Selatan, serta di Kabupaten Bogor yaitu wilayah Darmaga. Diperoleh data hasil
wawancara dari 41 penjual gorengan di wilayah Bogor. Jenis pertanyaan pada kuesioner terbagi menjadi dua, yaitu mengenai gorengan dan perilaku
merokok penjual gorengan. Rekapitulasi data mengenai gorengan dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.
Gambar 4. Diagram hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis gorengan terlaris
Gambar 5. Diagram hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis tepung yang digunakan untuk membuat gorengan
Dari Gambar 4, diketahui bahwa 13 dari 41 responden menyatakan jenis gorengan yang terlaris adalah tempe. Jenis gorengan lainnya yang juga laris menurut responden adalah tahu isi dan bakwan,
dengan penjawab 12 dan 8 responden. Jawaban responden bervariasi, ada yang menjawab hanya satu jenis dan ada pula yang menjawab dua jenis gorengan terlaris. Sebanyak 5 responden menyatakan
pisang adalah gorengan terlaris. Ubi dipilih oleh 4 responden sebagai gorengan terlaris. Sementara
17 sebanyak 8 responden menyatakan bahwa yang terlaris adalah jenis lain seperti cireng, tahu slawi,
buras, kroket, dan lontong yang juga dijual tetapi tidak mengalami pengolahan dengan dilapisi adonan tepung.
Terdapat beberapa jenis tepung yang digunakan responden untuk adonan pelapis gorengan. Menurut Brown 2008, tepung terigu yang cocok digunakan untuk pengolahan pangan secara luas
adalah tepung terigu dengan kadar protein 10, sementara tepung terigu dengan kadar protein 11 sudah tergolong lebih keras sifat fisiknya. Berdasarkan komposisi nilai gizinya, tepung terigu protein
sedang mempunyai kadar protein 11.5-12.5 dan tepung terigu protein rendah mempunyai kadar protein 10.0-12.5. Jenis tepung yang lebih cocok digunakan untuk pengolahan gorengan adalah
tepung terigu protein rendah, namun rupanya tepung terigu protein sedang lebih banyak digunakan oleh penjual gorengan untuk membuat adonan 61. Responden lainnya menggunakan tepung terigu
protein rendah 15, tepung terigu curah 12, tepung beras 10, ataupun tepung lainnya 2 untuk membuat adonan.
Data mengenai perilaku merokok penjual gorengan disajikan pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Diagram hasil penelitian pendahuluan mengenai perilaku merokok penjual gorengan di wilayah Bogor
Sebanyak 30 dari 41 responden 73 terbiasa merokok. Sebanyak 68 responden menyatakan merokok ketika berjualan, sementara 5 responden tidak merokok ketika berjualan.
Seluruh responden yang merokok ketika berjualan menjawab bahwa mereka merokok ketika menunggu pembeli dan berada di dekat tempat gorengan diletakkan. Sementara 11 responden 27
menyatakan tidak merokok karena sudah mengidap penyakit, tidak mampu membeli rokok, sudah berhenti merokok, ataupun memang tidak merokok.
Peraturan Menteri Keuangan No. 43PMK.042005 tentang Penetapan Harga Dasar dan Tarif Cukai Hasil Tembakau menyebutkan bahwa terdapat sembilan jenis hasil olahan tembakau. Dua jenis
yang umum dikenal sebagai jenis rokok adalah sigaret kretek mesin SKM dan sigaret kretek tangan SKT. Sigaret kretek mesin adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur cengkeh, dan proses
pembuatannya pelintingan, pemasangan filter, pengemasan, hingga pelekatan pita cukai seluruhnya atau sebagian menggunakan mesin. Sedangkan sigaret kretek tangan adalah sigaret yang dalam
pembuatannya dicampur cengkeh, dan proses pembuatannya seluruhnya tanpa menggunakan mesin Sekretariat Negara Republik Indonesia 2005. Meski kedua jenis rokok tersebut tergolong rokok
kretek rokok yang pembuatannya dicampur dengan cengkeh, sigaret kretek mesin umum dikenal di masyarakat dengan sebutan rokok filter, sedangkan sigaret kretek tangan umum dikenal dengan
sebutan rokok kretek.
18 Kepada 30 responden yang terbiasa merokok ditanyakan pula mengenai merek rokok yang
dikonsumsi dan jumlah rokok yang dikonsumsi selama berjualan. Hasil yang diperoleh disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7. Diagram hasil penelitian pendahuluan mengenai merek rokok yang dikonsumsi penjual gorengan di wilayah Bogor
Gambar 8. Diagram hasil penelitian pendahuluan mengenai jumlah rokok yang dikonsumsi penjual gorengan saat berjualan
Gambar 7 memperlihatkan bahwa sebanyak 11 dari 30 responden 36.67 mengonsumsi sigaret kretek mesin merek A. Rokok lain yang juga banyak dikonsumsi adalah sigaret kretek tangan
merek X dan sigaret kretek mesin merek B, masing-masing dikonsumsi oleh 6 responden 20. Rokok yang dikonsumsi responden lainnya adalah sigaret kretek tangan merek Y, sigaret kretek mesin
mild, serta sigaret kretek tangan merek lainnya. Data lain yang dibutuhkan dari penelitian pendahuluan adalah jumlah rokok yang biasa
dikonsumsi penjual gorengan saat berjualan. Dapat dilihat pada Gambar 8 bahwa terdapat variasi jumlah rokok yang dikonsumsi responden selama berjualan, dari 2 batang hingga 24 batang. Sebanyak
4 responden mengonsumsi 3 batang rokok saat berjualan, 3 responden mengonsumsi 12 batang rokok selama berjualan, bahkan ada pula 1 responden yang mengonsumsi hingga 24 batang rokok selama
berjualan. Mayoritas responden 12 orang mengonsumsi 6 batang rokok saat berjualan. Dari penelitian pendahuluan di lapang, diperoleh hasil yaitu: 1 jenis gorengan terlaris adalah
tempe, 2 jenis tepung yang mayoritas digunakan adalah tepung terigu protein sedang, 3 merek rokok terbanyak dikonsumsi adalah sigaret kretek mesin SKM merek A, dan 4 mayoritas
19 responden mengonsumsi 6 batang rokok saat berjualan. Hasil tersebut digunakan untuk tahap
penelitian selanjutnya. Gorengan yang diolah adalah tempe dengan menggunakan tepung terigu protein sedang untuk adonan pelapisnya. Pemajanan asap rokok dilakukan menggunakan sigaret
kretek mesin merek A, dengan jumlah 1 batang jumlah minimum, 6 batang jumlah mayoritas yang dikonsumsi penjual gorengan, dan 12 batang jumlah rata-rata rokok yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia setiap hari.
B. Hasil Penelitian Pendahuluan di Laboratorium Kadar Logam Berat