21
C. Pengaruh Pemajanan Asap Rokok terhadap Kadar Logam Berat pada
Gorengan Berlapis Tepung Berdasarkan Jumlah Rokok yang Digunakan
Penentuan pengaruh pemajanan asap rokok terhadap keberadaan logam berat pada gorengan berlapis tepung dilakukan dengan menganalisis adanya logam berat pada gorengan yang telah
dipajankan asap rokok. Sebagai pembanding, dilakukan analisis kadar logam berat terhadap gorengan berlapis tepung yang diolah dan dianalisis dengan cara yang sama, namun tidak mengalami pemajanan
dengan asap rokok gorengan kontrol. Tabel 6 berikut menunjukkan hasil analisis mengenai kadar logam berat pada gorengan
berlapis tepung yang tidak mengalami perlakuan kontrol serta mengalami perlakuan pemajanan asap 1, 6, dan 12 rokok.
Tabel 6. Hasil analisis kadar logam berat pada gorengan berlapis tepung No
Jenis Logam Berat
Kadar Logam Berat Setelah Diberi Pajanan Asap mgkg 0 Rokok Kontrol
1 Rokok 6 Rokok
12 Rokok 1
Cadmium Cd ttd
0.0490 0.0752
0.0794 2
Timbal Pb ttd
0.0805 0.9233
1.1932 3
Arsen As ttd
0.0098 0.0158
0.0225 4
Cobalt Co ttd
0.0816 0.1669
0.3035 5
Chromium Cr ttd
0.3532 0.7098
2.8784
Keterangan: ttd = tidak terdeteksi
Pembahasan mengenai hasil analisis tersebut serta perbandingannya dengan batas maksimum cemaran logam berat pada pangan menurut BSN 2009 dijelaskan lebih lanjut berikut ini.
1. Kadar Logam Berat pada Gorengan Berlapis Tepung yang Tidak
Dipajankan Asap Rokok Kontrol
Hasil analisis dengan AAS pada Tabel 6 menunjukkan bahwa gorengan berlapis tepung yang tidak diberi pajanan asap rokok gorengan kontrol tidak terdeteksi memiliki kadar logam berat. Jika
terdapat logam berat pada gorengan tersebut, kadarnya masih berada di bawah batas maksimum cemaran logam pada makanan menurut BSN 2009.
Marbun 2010 dalam studinya mengenai kadar timbal pada gorengan di pinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan tahun 2009 menyebutkan bahwa rata-rata kadar timbal gorengan sesaat setelah
diangkat dari kuali penggorengan yaitu 0.4287 mgkg. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan dan proses penggorengan dapat mempengaruhi jumlah cemaran logam berat pada
gorengan. Namun untuk penelitian ini, hasil analisis menunjukkan bahwa gorengan kontrol memiliki kadar logam berat yang minimum dari keenam logam berat yang dianalisis. Dengan demikian
keberadaan logam berat yang berasal dari bahan baku pada gorengan tersebut dapat diminimalisir.
2. Kadar Logam Berat pada Gorengan Berlapis Tepung yang Dipajankan
Asap 1 Rokok
Perlakuan pertama terhadap sampel gorengan berlapis tepung adalah memberikan pajanan asap dari satu batang rokok. Tabel 6 menunjukkan bahwa gorengan yang telah mengalami pemajanan
dengan asap dari sebatang rokok ternyata mengalami peningkatan kadar logam berat jika dibandingkan dengan kontrol. Logam berat dengan kadar tertinggi pada gorengan yang diberi pajanan
22 asap sebatang rokok adalah logam chromium, yaitu 0.3532 mgkg. Badan Standardisasi Nasional
2009 belum mengatur mengenai batas maksimum cemaran logam chromium pada bahan pangan. Jika dikonversi, sebuah gorengan dengan berat 20 g dan kadar 0.3532 mgkg memiliki kandungan
chromium 0.0071 mg. Jumlah tersebut memang masih jauh jika dibandingkan dengan batas ambang konsumsi harian ADI untuk chromium menurut FAOWHO 1997b, yaitu 0.32 mghari, namun
pengaruh akumulasinya dalam tubuh tetap harus diwaspadai. Kadar logam cobalt dan timbal pada gorengan yang telah diberi pajanan asap 1 rokok hampir
sama besar, yaitu 0.0816 mgkg dan 0.0805 mgkg. Logam cobalt juga belum ditentukan batas maksimum cemarannya dalam SNI 7387:2009 BSN 2009. International Agency for Research on
Cancer 1997a menyebutkan bahwa batas ambang konsumsi harian ADI untuk cobalt menurut FAOWHO adalah 1 mghari. Gorengan dengan kadar logam cobalt tersebut memiliki kandungan
cobalt 0.0016 mg, masih jauh dibandingkan batas ambang konsumsi harian. Menurut BSN 2009 batas maksimum cemaran logam timbal dalam pangan adalah 0.25 mgkg, maka kadar timbal pada
gorengan yang terpajan asap 1 rokok masih berada di bawah batas maksimum yang diizinkan. Logam cadmium dalam gorengan yang terpajan asap 1 rokok memiliki kadar 0.0490 mgkg.
Jumlah tersebut masih berada di bawah batas maksimum cemaran pangan menurut BSN 2009, yaitu 0.2 mgkg. Begitu pula dengan logam arsen, kadarnya dalam gorengan 0.0098 mgkg masih berada
di bawah batas maksimum yang diizinkan 0.25 mgkg berdasarkan SNI 7387:2009. Hasil analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa gorengan yang terpajan asap rokok, meski
hanya dari sebatang rokok saja, mengalami peningkatan kadar logam berat yang dapat teramati. Semula pada kontrol semua logam berat yang dianalisis berada di bawah ambang deteksi, namun
setelah mengalami pemajanan dengan asap rokok terjadi peningkatan kadar semua logam berat.
3. Kadar Logam Berat pada Gorengan Berlapis Tepung yang Dipajankan