Hasil Penelitian Pendahuluan di Laboratorium Kadar Logam Berat

19 responden mengonsumsi 6 batang rokok saat berjualan. Hasil tersebut digunakan untuk tahap penelitian selanjutnya. Gorengan yang diolah adalah tempe dengan menggunakan tepung terigu protein sedang untuk adonan pelapisnya. Pemajanan asap rokok dilakukan menggunakan sigaret kretek mesin merek A, dengan jumlah 1 batang jumlah minimum, 6 batang jumlah mayoritas yang dikonsumsi penjual gorengan, dan 12 batang jumlah rata-rata rokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap hari.

B. Hasil Penelitian Pendahuluan di Laboratorium Kadar Logam Berat

Terdeteksi pada Rokok Analisis kadar logam berat terhadap tembakau dari sigaret kretek mesin merek A dilakukan pada logam cadmium Cd, timbal Pb, arsen As, cobalt Co, dan chromium Cr. Tujuan analisis adalah memperoleh data kualitatif mengenai keberadaan logam-logam berat tersebut pada sigaret kretek mesin A. Jika logam-logam tersebut terdeteksi pada sigaret kretek mesin merek A, maka pengukuran kadar logam-logam tersebut juga dilakukan pada gorengan berlapis tepung yang telah mengalami pemajanan asap rokok. Preparasi sampel dilakukan dengan metode pengabuan basah menggunakan HNO 3 pekat dan H 2 SO 4 pekat. Mekanisme dasar pengabuan basah meliputi oksidasi awal yang ringan oleh HNO 3 pekat, dilanjutkan dengan reaksi yang lebih kuat oleh H 2 SO 4 pekat Subramanian 1995. Material organik pada sampel akan didestruksi oleh HNO 3 pekat menghasilkan karbondioksida, nitrogen dioksida, dan air, seperti pada persamaan 2 berikut: C s + 4 HNO 3l  CO 2g + 4 NO 2g + 2 H 2 O aq 2 Keterangan: C = karbon material organik HNO 3 = asam nitrat pekat CO 2 = karbondioksida NO 2 = nitrogen dioksida H 2 O = air Destruksi oleh HNO 3 pekat berlangsung hingga terbentuk asap putih, menandakan H 2 SO 4 pekat terdekomposisi. Residu berupa mineral akan terlarut pada H 2 SO 4 . Hasil akhir yang masih berwarna menandakan masih terdapat material organik, namun hal tersebut tidak menimbulkan masalah selama tidak mengubah tegangan permukaan dan warna larutan bening. Larutan yang diperoleh diencerkan kembali sehingga volume total sampel 50 ml. Pengukuran kadar logam berat pada sampel larutan abu dilakukan dengan dua kali ulangan, masing-masing tiga kali pembacaan pada alat Atomic Absorption Spectrophotometry AAS, kemudian dirata-rata. Diperlukan pula kurva standar yang dibuat dari seri larutan mineral standar. Dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan garis larutan standar, kadar logam berat dapat diketahui. Kurva standar disajikan pada Lampiran 2. Hasil pengukuran logam berat berupa absorbansi kemudian diolah dengan perhitungan lebih lanjut. Absorbansi sampel yang terukur dikurangi terlebih dahulu dengan blanko sebagai faktor koreksi. Hasil yang positif diplotkan ke dalam kurva standar logam masing-masing sehingga diperoleh kadar logam berat terukur. Kadar logam berat aktual pada sampel diperoleh dengan mengalikan kadar logam berat terukur dengan volume larutan abu total dan dibagi dengan berat sampel yang diabukan. 20 Hasil pengukuran kadar logam berat pada sigaret kretek mesin merek A disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Kadar logam berat pada sigaret kretek mesin merek A No Jenis Logam Berat Kadar Logam Berat mgkg 1 Cadmium Cd 0.3037 2 Timbal Pb 2.4241 3 Arsen As 0.1697 4 Cobalt Co 0.3680 5 Chromium Cr 2.1033 Hasil analisis kadar logam berat pada sigaret kretek mesin merek A menunjukkan bahwa logam berat yang terdeteksi dengan kadar tinggi yaitu timbal Pb dan chromium Cr. Kadar timbal pada sigaret kretek mesin merek A adalah 2.4241 mgkg, sedangkan kadar chromium pada sigaret kretek mesin merek A adalah 2.1033 mgkg. Logam cobalt Co dan cadmium Cd memiliki kadar yang cukup rendah, berturut-turut 0.3680 mgkg dan 0.3037 mgkg. Kadar logam berat terendah yang dianalisis pada sigaret kretek mesin merek A adalah arsen As yaitu 0.1697 mgkg. Kadar logam berat yang terdeteksi pada sigaret kretek mesin A cukup jauh jika dibandingkan dengan data hasil analisis logam berat pada rokok Indonesia. Sebagai contoh, hasil penelitian Taftazani dan Widodo 2008 menunjukkan bahwa kadar logam chromium pada rokok mencapai 11.2746 mgkg, sedangkan hasil analisis yang diperoleh dari penelitian hanya 2.1033 mgkg. Rendahnya kadar logam berat pada rokok yang terdeteksi di penelitian dapat disebabkan jumlah sampel yang kurang berimbang dengan jumlah pereaksi yang digunakan. Pereaksi yang digunakan tidak cukup banyak untuk dapat mendestruksi komponen organik serta melarutkan mineral. Hal tersebut ditunjukkan pada tahap persiapan analisis logam berat. Terdapat banyak endapan yang tertinggal di kertas saring Whatman 41 ketika dilakukan penyaringan terhadap sampel yang telah ditera hingga 50 ml. Dengan demikian kadar logam berat rokok yang diperoleh dari hasil penelitian belum cukup representatif untuk disertakan dalam pengolahan data secara kuantitatif. Rokok sigaret tersusun dari berbagai bahan baku. Bahan utama adalah tembakau, sedangkan bahan lainnya yaitu cengkeh dan saus rempah-rempah. Tembakau dapat mengandung komponen mineral dan unsur anorganik lain yang diduga berasal dari tanah, pemberian pupuk, atau pemberian pembasmi hama. Mellawati 1991 diacu dalam Taftazani dan Widodo 2008 menyatakan bahwa bahan-bahan seperti pupuk, obat pembasmi hama, maupun anti-jamur biasanya mengandung unsur anorganik Hg, As, dan sebagainya. Hanusz 2000 menyebutkan bahwa terdapat berbagai campuran komponen untuk flavor dalam rokok, seperti coklat, kopi, dan buah-buahan kering. Proporsi campuran komponen untuk flavor tersebut dapat mencapai total 5.5 dari tembakau. Tanah tempat penanaman bahan baku terutama tembakau dapat pula menjadi sumber logam berat. Dengan demikian, logam berat dalam rokok dapat berasal dari bahan baku pembuatan rokok tersebut. Walaupun kadar logam berat rokok yang diperoleh dari hasil penelitian belum cukup representatif untuk disertakan dalam pengolahan data secara kuantitatif, semua logam yang dianalisis pada sigaret kretek mesin merek A terdeteksi memiliki kadar tertentu. Dengan demikian semua logam berat tersebut Cd, Pb, As, Co, dan Cr akan dianalisis kadarnya pada gorengan berlapis tepung yang telah mengalami pemajanan asap rokok. 21

C. Pengaruh Pemajanan Asap Rokok terhadap Kadar Logam Berat pada