4 Salah  satu  standar  mutu  yang  diterapkan  pada  minyak  goreng  adalah  cemaran  logam.  Hal
tersebut tergolong penting karena cemaran logam dalam minyak goreng akan terdifusi ke dalam bahan pangan  dan  mempengaruhi  keamanan  pangan  untuk  dikonsumsi.  Penelitian  Marbun  2010  dalam
studinya  mengenai  kadar  timbal pada  gorengan  di  pinggir  jalan  Pasar  I  Padang  Bulan  Medan tahun 2009  menyebutkan  bahwa  rata-rata  kadar  timbal  gorengan  sesaat  setelah  diangkat  dari  kuali
penggorengan  yaitu  0.4287  mgkg.  Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  bahan  baku  yang  digunakan, salah satunya adalah minyak goreng, serta proses penggorengan dapat mempengaruhi jumlah cemaran
logam berat pada gorengan.
B. Struktur Bahan Pangan Goreng
Gorengan  yang  banyak  dijajakan  umumnya  digoreng  dengan  metode  deep  fat  frying,  yaitu seluruh  bahan  pangan  terendam  dalam  minyak  goreng.  Berlangsungnya  berbagai  proses  dalam
penggorengan akan menentukan kualitas akhir produk goreng, yang antara lain dicirikan oleh warna produk,  kadar  air  akhir,  kadar  minyak  banyaknya  minyak  yang  terserap,  kerenyahan  produk,  dan
bentuk produk setelah mengembang Supriyanto et al. 2006. Semua  pangan  goreng  mempunyai  struktur  dasar  yang  sama,  terdiri  dari  inner  zone  core,
outer zone crust, dan outer zone surface. Inner zone core adalah bagian dalam pangan goreng yang masih  mengandung  air.  Sedangkan  outer  zone  crust  adalah  bagian  luar  pangan  goreng  yang
mengalami  dehidrasi  pada  waktu  proses  penggorengan.  Rongga  pada  bahan  pangan  goreng  akibat penguapan  air  akan  tergantung  pada  perbandingan  ketebalan  crust  dan  core.  Semakin  tebal  crust,
semakin banyak minyak yang diserap. Outer zone surface adalah bagian paling luar dari bahan pangan goreng yang berwarna cokelat
kekuning-kuningan. Lapisan tepung pada bahan pangan goreng akan mengalami gelatinisasi, volume lapisan  akan  mengembang  dan  mengering  dengan  teruapkannya  air.  Dengan  demikian  terbentuk
tekstur  renyah  yang  disukai  Ketaren  1986.  Warna  cokelat  pada  outer  zone  surface  umumnya merupakan hasil reaksi pencokelatan atau Maillard yang dipengaruhi oleh komposisi makanan, suhu,
dan lama penggorengan. Gorengan  umumnya  tidak  mengalami  pengolahan  atau  tindakan  lebih  lanjut  yang  dapat
menurunkan risiko bahaya setelah diolah setelah selesai digoreng. Gorengan yang dijajakan terbuka di pinggir jalan memiliki resiko terkena cemaran logam berat. Penelitian Marbun 2010 menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kadar timbal Pb pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan tahun 2009. Sampel yang berupa gorengan terbukti menunjukkan peningkatan
kadar timbal sejalan dengan semakin lamanya jajanan tersebut terpajan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa logam berat dari udara bebas dapat terjerap atau terserap pada permukaan gorengan.
C. Asap Rokok
Asap rokok merupakan aerosol heterogen dari pembakaran tembakau, komponen dalam rokok, serta  pembungkusnya.  Setiap  batang  rokok  mengandung  banyak  bahan  kimia,  di  antaranya  nikotin,
karbonmonoksida, tar, dan radikal bebas Rahayu 2006. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia, dan 43 di antaranya merupakan penyebab kanker. Ukuran partikel asap rokok sangat kecil yaitu 0.1-1
mikrometer. Asap yang dihembuskan perokok dapat digolongkan menjadi asap utama main stream smoke
dan asap samping side stream smoke. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh  perokok,  sedangkan  asap  samping  merupakan  asap  tembakau  yang  disebarkan  ke  udara  bebas
Susanna et al. 2003. Sepertiga bagian dari asap akan dihisap oleh perokok aktif, sedangkan sisanya tetap berada di luar karena dihembuskan.
5 Aditama  1992  menjelaskan  bahwa  komponen  dalam  asap  rokok  terdiri  dari  komponen  gas
dan komponen padat atau partikel. Penelitian mengenai kandungan logam pada rokok Indonesia yang dilakukan  oleh  peneliti  Badan  Tenaga  Nuklir  Nasional  BATAN  menunjukkan  adanya  selisih
kandungan logam berat antara tembakau dengan filter dan abu rokok.  Hal tersebut mengindikasikan bahwa  sebagian  logam  berat  yang  terkandung  dalam rokok  ikut  terbawa  dalam  asap  Mulyaningsih
2009. Taftazani dan Widodo 2008 menyebutkan bahwa pada penelitian terhadap cuplikan tembakau
tujuh rokok kretek dan empat rokok non-kretek Jawa Timur, diperoleh hasil adanya logam berat Hg, Cd, Cr, dan Co pada semua sampel. Konsentrasi keempat logam berat tersebut dalam semua cuplikan
rokok  masih  berada  di  bawah  batas  ambang  konsumsi  harian  ADI  dari  FAOWHO  jika  rokok tersebut  dikonsumsi  12  batang  per  hari.  Dari  hasil  analisis  diketahui  tidak  terdapat  perbedaan
signifikan antara  konsentrasi logam  Hg,  Co,  dan  Cr  dalam rokok  kretek  dan non-kretek,  sedangkan untuk logam Cd terdapat perbedaan signifikan.
Penelitian lainnya oleh Mulyaningsih 2009 terhadap lima merek rokok filter dan lima merek rokok kretek Indonesia menunjukkan adanya unsur logam toksik dan karsinogenik yaitu Co, Br, dan
Cr.  Karakterisasi  unsur  logam  dilakukan  pada  tembakau,  filter  bersih,  kertas  rokok,  puntung,  abu rokok, dan filter setelah dihisap. Unsur-unsur logam pada rokok terdistribusi dalam asap sebanyak 3-
79. Asap dari rokok kretek mengandung logam berat yang jauh lebih tinggi dari asap rokok filter. Kandungan  logam  berat  yang  terdeteksi  pada  rokok  Indonesia  menurut  beberapa  penelitian
disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Kandungan logam berat yang terdeteksi pada rokok Indonesia
No Logam
Berat Jumlah Terdeteksi Menurut Hasil Penelitian mgkg
Mellawati 1991 diacu dalam Taftazani dan Widodo 2008
Taftazani dan Widodo 2008
Mulyaningsih 2009 1
Hg 0.0300-0.1000
0.0096-0.1565 2
Zn 31.1-50.68
3 Cd
0.3967-1.4226 4
Cr 0.7200-1.9900
8.1432-11.2746 1.21-1.91
5 Co
0.3100-0.4000 0.4042-0.6426
1.32-2.26 6
Fe 223-769
Sumber: Taftazani dan Widodo 2008 dan Mulyaningsih 2009
Selain di Indonesia, penelitian terhadap kandungan logam berat pada rokok juga dilakukan di beberapa negara lain seperti Amerika, Mesir, Meksiko, India, Pakistan, Iran, dan Belanda. Kandungan
logam berat yang terdeteksi pada rokok luar negeri disajikan pada Tabel 3. Keberadaan  unsur  logam  berat  pada  asap  rokok  patut  dijadikan  perhatian  karena  asap  rokok
bukan hanya dihirup oleh perokok aktif, tetapi juga perokok pasif. Selain itu logam berat pada asap rokok  yang  dihembuskan  oleh  perokok  aktif  dapat  terjerap  atau  terserap  oleh  bahan  lainnya,  salah
satunya adalah bahan pangan.
6 Tabel 3. Kandungan logam berat pada rokok luar negeri
No Logam
Berat Jumlah Terdeteksi Menurut Hasil Penelitian mgkg
Amerika Mesir
Meksiko India
Pakistan Iran
Belanda 1
Hg 0.02-0.8
3.001 0.05-0.54
2 Zn
4.1-54 76.8-180.01
15-31 3
Cr 0.8-2.4
0.08-6.3 2.9-6.2
3.140 0.47-4.49
4 Co
1.7-6.7 0.41-1.8
0.210 0.12-1.46
5 Fe
2864 420-680
Sumber: Taftazani dan Widodo 2008 dan Mulyaningsih 2009
D. Cemaran Logam