diproyeksikan dengan jelas bahwa pemesanan kebutuhan sesuai dengan perhitungan order quantity untuk memenuhi permintaan namun project on hand
tetap berada di atas kendali safety stock agar tidak terjadi delay atau keterlambatan pemenuhan di masa yang akan datang.
6.3. Pengaturan Jadwal Distribusi
Sistem distribusi yang optimal biasanya memiliki jadwal distribusi yang tetap, stok tetap terkontrol untuk tetap dapat memenuhi pelanggan dimana tidak
terjadi kekurangan dan penumpukan pada Distribution Centre dan sistem transportasi dan komunikasi telah teratur. Jadi sistem pengorganisasian distribusi
pada suatu perusahaan perlu ditetapkan tahapan-tahapan yang mempengaruhi berjalannya sistem distribusi tersebut.
Peramalan Jumlah Permintaan
Penentuan Jumlah Produksi
Penjadwalan Produksi
Penjadwalan Sistem Distribusi
Inventory
Gambar 6.5. Pengaturan Sistem Distribusi
Universitas Sumatera Utara
6.4. Analisis Jarak Terpendek
Sebelum dibuat penentuan jarak terpendek dengan algoritma Djikstra, perusahaan hanya mendistribusikan produk ke distribution centre dengan cara
yang terpisah. Algoritma Djikstra menemukan jarak terpendek yang dapat ditempuh yaitu Medan
– Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Rantauprapat – Pekanbaru dengan jarak 781 km.
Berikut merupakan tabel hasil analisis biaya distribusi hard candy.
Tabel 6.5. Hasil Analisis Biaya Distribusi Hard Candy
Jarak km Biaya Distribusi Rp
Sebelum Algoritma Djikstra 798
3.502.900.800
Sesudah Algoritma Djikstra
781 3.428.277.600
Selisih 17
74.623.200
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan analisis pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Variabel-variabel penyebab sistem distribusi yang tidak normal pada
distribution centre yaitu jumlah permintaan, jadwal distribusi, sistem
transportasi dan sistem komunikasi. 2. Proyeksi peramalan untuk 12 periode yang akan datang metode time series
dengan trend linear dan diperoleh bahwa total jumlah produksi pada lantai produksi yaitu sebesar 662.240 kardus.
3. Untuk Pematang Siantar, jumlah pengiriman optimum yang diperoleh dari metode economic order quantity adalah 2.285 kardus, jumlah safety stock
adalah 1.054 kardus. 4. Untuk Tebing Tinggi, jumlah pengiriman optimum yang diperoleh dari
metode economic order quantity adalah 1.397 kardus, jumlah safety stock adalah 701 kardus.
5. Untuk Rantauprapat, jumlah pengiriman optimum yang diperoleh dari metode economic order quantity
adalah 3.051 kardus, jumlah safety stock adalah 1.746 kardus.
6. Untuk Pekanbaru, jumlah pengiriman optimum yang diperoleh dari metode economic order quantity
adalah 2.952 kardus, jumlah safety stock adalah 1.394 kardus.
Universitas Sumatera Utara