Kondisi Fisik, Sosial dan Keagamaan Desa Pegajahan

30

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Fisik, Sosial dan Keagamaan Desa Pegajahan

Daerah tempat penelitian saya ini terletak di Dusun 2 Desa Pegajahan. Jarak tempuh dari kota Perbaungan ke tempat penelitian saya ini memakan waktu 30 menit dengan mengendarai Sepeda Motor. Keadaan jalan yang dilalui terdapat beberapa tipe, sebagian jalan beraspal, ada juga yang di cor beton dan sebahagian lagi masih ada jalan tanah. Jalan yang dilalui dapat dikatakan rusak karena banyak lubang-lubang yang terdapat di sepanjang jalan. Banyaknya jalan yang rusak disepanjang yang dilalui kalau mau ke Desa Pegajahan awalnya disebabkan oleh truck-truck colt diesel pengangkut sawit yang melewati jalan itu. Rusaknya jalan itu semakin diperparah dengan adanya pembangunan jalan tol Medan-Tebing yang melintasi tanah perkebunan di Desa Pegajahan, banyak truck-truck pengangkut material pembangunan jalan tol yang melewatin jalan itu. Rusaknya jalan ditambah banyaknya debu-debu membuat perjalanan yang dilalui semakin tidak bagus untuk kesehatan. Jalanan rusak akan dirasakan sepanjang jalan masuk dari kota sampai ke Desa Pegajahan. Desa Pegajahan sendiri terletak di sekeliling kebun PTPN II yakni Kebun Melati. Selain sarana jalan, di Desa Pegajahan terdapat 6 jembatan besar dan terdapat satu jembatan yang keadaannya rusak berat. Jembatan yang rusak berat ini terletak di Dusun Karangsari, tetapi pada saat sekarang ini jembatan yang rusak itu sedang proses pembangunan dengan material cor beton. Universitas Sumatera Utara 31 Desa Pegajahan tidak memiliki transportasi umum seperti Bus, Mikrolet, maupun jenis angkutan umum sejenisnya. Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa ini biasanya dalam kehidupan sehari-hari menggunakan transportasi sepeda motor, maupun sepeda. Kendaraan umum yang bisa digunakan untuk menuju ke Desa Pegajahan yaitu Becak. Banyak becak yang tersedia di Kota Perbaungan yang bisa digunakan. Di sekeliling Desa Pegajahan terdapat berbagai macem usaha pertanian, baik yang dimiliki pemerintah BUMN maupun yang dimiliki oleh masyarakat. Usaha pertanian yang terdapat di Desa Pegajahan diantaranya usaha pertanian perkebunan, tanaman kelapa sawit, tanaman karet, tanaman kakao, tanaman kelapa, dan tanaman Holtikultural lainnya seperti palawija dan singkong. Keadaan rumah di Desa Pegajahan sebagian besar sudah termasuk bangunan permanen. Namun ada beberapa rumah yang masih non permanen, rumah yang non permanen ini terbuat dari kayu dengan dinding-dinding rumahnya terbuat dari anyaman bambu tepas. Untuk listrik Desa Pegajahan sudah tersedia jaringan listrik PLN, sehingga hampir semua Rumah Tangga sudah menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air, masyarakat di Desa Pegajahan masih mengandalkan sumur airr di setiap rumah. Kualitas air yang keluar dari sumur air di Desa Pegajahan ini sebagian besar dapat dikatakan bagus karena untuk mandi pun segar dan tidak berbau. Listrik yang sudah ada digunakan untuk pompa listrik yang kemudian mengambil air dari dalam sumur tadi dan hal ini sudah banyak dipakai oleh masyarakat yang tinggal di Desa Pegajahan ini. Universitas Sumatera Utara 32 Selama saya tinggal di sana terasa sekali keramahtamahan dan keakraban yang terjalin diantara keluarga maupun dengan para tetangga. Hal tersebut terlihat dari intensitas mereka saling berkumpul dan bercengrama bersama. Biasanya orang yang suka berkumpul sore-sore dibelakang rumah adalah kaum perempuan, namun di Dusun II laki-laki pun saling berkumpul dan berbincang mengenai banyak hal. Keakraban yang terjalin diantara mereka tentu bukan terjadi begitu saja. Mereka terbiasa hidup saling menyapa satu dengan yang lainnya, bertegur sapa dan sesekali bercanda bahkan ketika mereka saling berpapasan. hal yang sangat menyenangkan karena hal tersebut membuat mereka saling berinteraksi secara terus menerus. Kehidupan mereka yang sering berkumpul bersama juga membuat mereka saling mengenal bahkan sampai ke lain Dusun. Salah satu tema pembicaraan ketika mereka saling berkumpul adalah kegiatan-kegiatan yang ada di Dusun tersebut maupun di luar Dusun. Hal yang paling sering mereka bicarakan adalah mengenai akan dilaksanakannya pesta oleh tetangga atau kenalan mereka. Dalam cerita mereka pasti terbersit saling menanyakan kabar orang yang mereka bicarakan secara langsung maupun tidak langsung. Kepedulian terhadap satu dengan yang lainnya tentu akan memberikan kesan keharmonisan hubungan masyarakat di sana. Keadaan rumah masyarakat di sana saling berdekatan, posisi rumah di pedesaan yang cenderung tidak beraturan tidak seperti rumah di kompleks yang teratur dan memiliki kesamaan bentuk. Rumah mereka yang saling berdekatan Universitas Sumatera Utara 33 membuat para tetangga saling berteriak saja untuk memanggil tetangga mereka apabila ada keperluan. Kehidupan bertetangga memang tidak selalu baik adanya, terkadang ada masalah yang terjadi dengan sebab-sebab yang berbeda. Begitu pula dengan masyarakat di Pegajahan, sering terjadi perselisihan antara tetangga. Namun berdasarkan perbincangan saya dengan Buk Lasmiem tidak ada perselisihan yang membuat satu yang lainnya saling menyakiti atau merugi secara ekonomi. Hal yang lumrah terjadi adalah para tetangga tidak saling berbicara dalam waktu yang sangat lama. Hubungan masyarakat di Pegajahan khususnya di Dusun II kebanyakan diantara mereka bersaudara. Hubungan saudara yang terjalin diantara mereka bukan karena tanah yang mereka tinggali merupakan milik nenek moyang mereka, tetapi karena ada perkawinan yang terjadi diantara keluarga dengan tetangga. Dalam hubungan kekerabatan etnis Jawa apabila ada perkawinan maka keseluruhan keluarga akan menyatu, baik itu bibik atau uwak, keponakan dan juga sepupu mereka juga ikut mendapat keluarga baru seperti mereka yang menikah. Kasus tersebut juga terjadi dalam masyarakat Dusun II, dimana mereka bersaudara karena keponakan mereka saling menikah. Bahkan ada yang mereka merasa bersaudara jauh karena pengikat saudara mereka juga jauh. Mereka menyebut persa udaraan yang seperti itu sebagai masih “bau-bau saudara”. Komposisi keagamaan masyarakat Desa Pegajahan terdiri dari agama Islam, Kristen Protestan serta Hindu. Berdasarkan data kependudukan diketahui bahwa dari 4.274 penduduk ada 4086 jiwa yang menganut agama Islam, 156 jiwa yang menganut agama Kriten protestan dan 32 jiwa yang menganut agama Hindu. Universitas Sumatera Utara 34 Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Pegajahan. Tidak begitu halnya dengan agama Kristen dan Hindu. Hanya sebagian kecil saja masyarakat yang menganut agama Kristen dan Hindu di sana. Persebaran agama Kristen berpusat pada Dusun IV dan Dusun V Pegajahan. Tempat ibadah Kristen sendiri hanya ada satu di Pegajahan, yang terletak di Dusun IV. Gambar 2.1 Keberadaan agama Hindu di Pegajahan menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki Desa Pegajahan. Agama Hindu yang umumnya dianut oleh orang India dan Bali. Penganut Hindu yang bermukim di Pegajahan merupakan orang yang berasal dari Bali. Orang Bali yang bermukim di Pegajahan membawa kebudayaan mereka kesini. Mereka membangun tempat ibadah mereka sendiri, rumah-rumah mereka seperti perumahan yang ada di Bali. Hal tersebut membuat wilayah tempat mereka bermukim disebut dengan Kampung Bali. Saat merayakan hari besar keagamaan mereka juga tetap melakukan ritual- ritual keagamaan selayaknya masyarakat yang ada di Bali. Masyarakat yang lain Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Islam Protestan Hindu Universitas Sumatera Utara 35 pun mengerti dan menghargai prosesi keagaman yang sedang mereka lakukan. Masyarakat yang lain juga tidak mengganggu ketika mereka sedang melakukan hari raya Nyepi. Toleransi keagaman di Pegajahan terpelihara dengan baik. Penganut agama Kristen juga mendapat perlakuan yang sama, mereka tidak diganggu ketika merayakan natal atau ritual keagamaan yang lain. Gereja yang ada di Dusun IV berada di wilayah para penganut agama Kristen, mereka sering melakukan gotong royong juga untuk memperbaiki ataupun membersihkan gereja yang hanya satu-satunya di Desa Pegajahan tersebut. Kehidupan bertetangga para penganut agama yang satu dengan agama yang lain pun tetap harmonis dan menjaga ketentraman dengan tidak memunculkan sentimentil keagaman dimasyarakat. Kehidupan beragama penganut agama Kristen terlihat dari selalu ramainya gereja pada hari minggu. Mereka juga memiliki perkumpulan agama untuk melakukan doa bersama secara bergantian dirumah-rumah tetangga mereka. Perilaku yang sama juga terjadi pada masyarakat yang beragama Islam. Universitas Sumatera Utara 36 2.2 Pengolahan Ubi Kayu di Pegajahan 2.2.1 Pengolah Ubi Kayu Di Pegajahan