Konsep untung rugi PEMILIK USAHA MIE RAJANG DESA PEGAJAHAN DUSUN II

86 Kesemua itu mereka lakukan secara bertahap, sehingga modal yang mereka keluarkan tidak terlalu besar. Modal yang mereka keluarkan untuk menambah peralatan tersebut merupakan uang hasil dari produksi mie rajang. Bila dibandingkan dengan sekarang, apabila ada orang yang ingin membuat usaha yang sama seperti yang mereka keluarkan maka mereka memerlukan modal kurang lebih Rp. 20.000.000 untuk bisa membuat usaha yang sama seperti yang mereka lakukan sekarang. Banyak pula pemilik usaha yang tidak mampu mengolah penghasilannya untuk diputarkan kembali dalam usaha yang sama. Mereka yang tidak mampu mengolah keuangan mereka pada ujungnya mereka akan bangkrut. Hingga saat ini sudah banyak pemilik usaha yang bangkrut karena hal tersebut. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Pak Karja, para pemilik usaha beberapa tahun yang lalu lebih banyak dari yang sekarang. namun Pak Karja tidak bisa memberikan jumlah yang pasti.

4.2 Konsep untung rugi

Dalam setiap aktivitas ekonomi pasti dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Namun dalam kenyatannya tidak selamanya setiap usaha selalu mengalami keuntungan, ada kalanya pemilik usaha mengalami kerugian. Dalam aktivitas perdagangan khususnya, untung dan rugi selalu menjadi hal yang biasa. Seperti halnya usaha pengolahan ubi kayu yang dilakukan oleh pemilik usaha pengolahan ubi kayu, mereka tidak selalu mengalami keuntungan, adakalanya mereka mengalami kerugian. Namun ketika mereka mengalami kerugian mereka tidak turun semangat dan menutup usaha mereka, melainkan Universitas Sumatera Utara 87 mereka tetap menjalani usaha mereka dan percaya bahwa usaha mereka akan mengalami keuntungan dilain waktu. Saat ini mie rajang dihargai Rp. 6000 kg, apabila pemilik usaha memproduksi mie rajang sebanyak 400 kg ubi kayu maka mie rajang yang dihasilkan sebanyak 125 kg 5 goni. Jadi untuk produksi 400 ubi kayu yang dihasilkan maka uang yang mereka peroleh adalah Rp. 750.000. Modal yang mereka keluarkan adalah Rp. 484.000 18 . Jadi keuntungan yang mereka peroleh adalah Rp. 266.000. Keuntungan yang mereka peroleh tidak selalu sebanyak itu, ada kalanya ubi harga mie lebih rendah dan harga ubi kayu lebih mahal. Namun harga mie dan harga ubi kayu masih bisa dikendalikan oleh pemilik usaha dengan negosiasi diantara mereka sehingga kerugian mereka masih bisa diminimalisir.Kerugian menurut pemilik usaha olahan ubi kayu di daerah Pegajahan berbeda dengan konsep kerugian dari biasanya. Banyak masyarakat berpikir konsep kerugian merupakan besar pengeluaran atau modal dari pada penghasilan yang didapat. Sedangkan menurut beberapa pemilik usaha olahan ubi yang saya wawancarai, kerugian menurut mereka bukan tentang balik modal atau tidak. Kerugian disini diartikan yakni apabila pemilik usaha olahan ubi kayu tidak dapat mendapat untung dari hasil penjualan lebih dari atau rata-rata Rp.50.000hari 19 , menurut pemilik usaha olahan ubi kayu hal itu sudah termasuk rugi. Kerugian itu sendiri terjadi karena pemilik usaha tidak mendapatkan uang Rp.50.000hari, sedangkan menurut pemilik usaha jika seseorang bekerja diluar produksi olahan ubi kayu 18 Rp. 420.000 untuk ubi kayu, Rp. 24.000 untuk upah pengupas ubi, Rp. 40.000 untuk mencetak opak. 19 Hasil keuntungan penjualan dibagi jumlah hari dalam proses produksi olahan Universitas Sumatera Utara 88 rata-rata bisa mendapatkan uang Rp.50.000, dengan asumsi itu pemilik usaha olahan ubi kayu mendefinisikan sendiri konsep kerugian. Konsep kerugian yang dikatakan oleh pemilik usaha olahan ubi kayu di daerah Pegajahan mengidentifikasi bahwasannya terdapat sebuah pola pikir sendiri yang terdapat pada masyarakat di Pegajahan khususnya yang memiliki usaha olahan ubi kayu. Pengetahuan yang mereka dapat tentang konsep-konsep tersebut tentu diperoleh dari pengalaman mereka sendiri dalam proses produksi pengolahan ubi kayu. 4.3 Pemilik Usaha 4.3.1 Pak Tupon Dan Buk Lasmiem