Bekerja Atas Dasar “Rasa Iba” .1 Penentuan Gaji Pekerja

110 juga semakin sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Kebiasaan seperti itu sudah mereka lakukan sejak lama. Maka sudah tidak canggung lagi untuk melakukannya. 6.2 Bekerja Atas Dasar “Rasa Iba” 6.2.1 Penentuan Gaji Pekerja Upah yang diberikan kepada pekerja ditentukan oleh pemilik usaha, upah untuk pekerja yang mengupas ubi adalah Rp. 60 kilogram ubi yang mereka kupas. Upah yang diberikan untuk pencetak adalah Rp. 8000 ember. Upah yang diberikan untuk orang yang menjemur adalah Rp. 40.000 1 ton ubi yang diproduksi. Upah tersebut diberlakukan oleh para pemilik usaha secara serempak, mereka berdiskusi untuk menentukan upah kepada para pekerja. Namun walaupun pemilik usaha yang menentukan upah, pekerja juga memiliki hak untuk bisa meminta naik upah. Mereka memiliki kebebasan untuk mengutarakan apa yang mereka inginkan. Penentuan harga upah oleh pemilik usaha tidak dipengaruhi oleh harga ubi atau harga mie rajang. Mereka menentukan upah untuk pekerja berdasarkan kepantasan yang menurut mereka cocok untuk diberlakukan. Meskipun sesekali apabila harga mie rajang naik dan selalu stabil, maka pemilik usaha memberikan menambah upah mereka. Namun hal tersebut jarang sekali terjadi. Pemilik usaha tidak mampu memberikan upah yang disesuaikan dengan harga barang-barang di pasaran. Mereka menentukan upah pekerja menurut pemikiran mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara 111 Pada dasarnya para pemilik usaha berdiskusi dahulu untuk menentukan naik tidak nya upah, namun terkadang ada beberapa pemilik usaha yang menaikkan sendiri upah kepada pekerjanya. Seperti halnya kenaikan upah yang dilakukan oleh Buk Santi, Ia menaikkan upah kepada pencetak dengan tidak berunding terlebih dahulu. Alasan Buk Santi menaikkan upah dikarenakan pencetak yang bekerja dengan Buk Santi Buk Samsiah sudah bekerja sangat lama dengannya, Ia bekerja dari pagi sampai sore hari seorang diri. Buk Santi memang hanya mempekerjakan satu orang pencetak supaya Ia tidak kerepotan untuk mengadoni endapan ubi yang akan dicetak. Buk Samsiah sudah beberapa kali meminta untuk mempekerjakan satu orang pencetak lagi. Namun Buk Santi tidak menyetujui hal tersebut. Kenaikan upah pencetak yang dilakukan oleh Buk Santi akan memancing pekerja lainnya untuk meminta naik upah. Mereka akan berbicara dengan pemilik usaha untuk menaikkan upah mereka karena di tempat lain upahnya sudah naik. Pemilik usaha yang telah dimintai kenaikan gaji akan mempertimbangkan kesanggupan mereka, namun biasanya mereka langsung menyetujui hal tersebut dikarenakan kalau mereka tidak menaikkan upah pekerja akan mogok kerja atau tidak mau lagi bekerja di tempatnya. Dengan kenyataan seperti itu ada hal lain yang menggerakkan mereka dalam melakukan kegiatan ekonomi. Rasa iba dengan pekerjanya membuat mereka menaikkan gaji. Tidak ada aturan seperti itu dalam ekonomi kapitalis.

6.2.2 Penentuan Jam Kerja

Universitas Sumatera Utara 112 Lokasi bekerja untuk produksi mie rajang berada dirumah pemilik usaha, ada yang berada di belakang rumah, ada yang disamping rumah, dan ada pula yang membuat bangunan sendiri untuk produksi mie yang menyambung dengan rumah utama. Mereka membuat tempat produksi dirumah agar waktu kerja bisa mereka atur. Pemilik usaha yang bekerja bukan hanya suaminya tetapi istrinya pun ikut bekerja. Dengan menyatunya tempat tinggal dan tempat usaha membuat mereka bisa sekalian mengatur pekerjaan rumah tangga. Seperti masak, dan membersihkan rumah. Para pekerja yang pada dasarnya merupakan tetangga mereka, juga bisa mengatur jam kerja mereka. Mereka juga bisa pulang sebentar untuk makan atau mengurus sesuatu dirumah ketika mereka sedang bekerja. Hal tersebut secara teknis memudahkan mereka melakukan tugas mereka sebagai pekerja dan juga ibu rumah tangga. Waktu kerja sendiri tidak ditentukan oleh pemilik usaha, tergantung kepada pekerjanya. Ada pekerja yang suka bekerja setelah shalat subuh, adapula yang lebih suka bekerja setelah menyelesaikan kerjaan rumah tangganya. Seperti yang dilakukan oleh Buk Muliani yang memulai kerja mencetak opak ubi pada pukul 5 pagi. Sementara itu Buk Samsiah memulai bekerja pada pukul 8 pagi. Meskipun waktu kerja mereka mempengaruhi proses pekerjaan yang lain. Tetapi pemilik usaha sudah menyiasatinya dengan memberitahu kepada pekerja kapan mereka akan melakukan proses pekerjaan selanjutnya. Sehingga pekerja yang menentukan kapan mereka akan memulai pekerjaannya. Universitas Sumatera Utara 113 Pak Tupon mulai mengukus pada siang hari sehingga Buk Muliani harus menyelesaikan tugasnya sebelum jam 12 siang. Tetapi karena Buk Muliani tidak hanya bekerja pada satu tenpat maka Ia memulai kerja pagi-pagi sekali, sehingga Ia bisa pindah bekerja ditempat lain. Berbeda dengan Buk Santi yang memulai mengukus opak pada sore hari atau malam hari sehingga Buk Samsiah bisa lebih santai bekerja dengan memulainya pada pukul 8 pagi. Bekerja dengan sistem seperti itu terlihat bahwa pekerja sama sekali tidak dieksploitasi. Mereka bekerja atas kehendak mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara 114

BAB VII TIDAK NGOYO