61
Ubi yang telah digiling akan diendapkan selama satu malam, hal ini dilakukan agar kanji dari ubi kayu yang telah digiling mengendap. Kanji dari ubi
tersebut akan digunakan lagi untuk mencampur ubi yang telah digiling. Pencampuran kanji ubi dengan ubi giling tersebut untuk membuat berat ubi tidak
banyak yang hilang.
3. Mencetak atau ngeletrek
Proses mencetak atau disebut juga ngeletrek ini merupakan proses yang sangat membosankan. Ubi yang telah di endapkan selama satu malam tadi
kemudian dimasukkan kedalam ember dan di campur dengan kanji yang sudah mengendap. Mereka menyebut proses ini sebagai mengadoni
15
. Orang yang mengadoni adalah pemilik usaha. Sedangkan orang yang mencetak adalah
pekerja. Mencetak adonan dilakukan dengan menggunakan plastik yang diletakkan
keatas kaca kemudian di ratakan dengan ketebatalan tertentu. Hasil cetakan ini selanjutnya disebut sebagai opak. Opak yang mereka hasilkan tidak boleh terlalu
tipis dan tidak boleh terlalu tebal. Hal tersebut akan mempengaruhi mie rajang nantinya. opak yang terlalu tipis akan membuat mie rajang menjadi rapuh dan
mudah patah. Hal tersebut akan membuat mie rajang akan hancur. Mie rajang yang hancur akan membuat agen enggan menerimannya. Sedangkan apabila opak
terlalu tebal maka akan lama keringnya. Cetakan yang telah jadi akan ditumpuk dengan yang lainnya kemudian
diletakkan keatas rak. Rak tersebut adalah bambu yang disusun dan dipaku. Rak
15
Mengadoni adalah mencampur ubi yang sudah digiling dengan sari patih ubi yang telah diendapkan ke dalam ember
Universitas Sumatera Utara
62
ini menjadi dasar untuk proses pengukusan. Dalam satu rak hanya ada 12-16 cetakan. Mereka membatasi jumlah satu rak karena akan mempengaruhi
kematangan opak tersebut.
4. Pengukusan
Pengukusan dilakukan setelah adonan selesai dicetak semua. Opak dikukus kedalam sebuah bak yang dibawahnya ada tempat pembakarannya. Didasar bak
tersebut ada kuali yang sangat besar. Kuali tersebut diisi air. Wajan berisi air tersebutlah yang membuat keseluruhan opak yang disusun dalam rak akan
matang. Bahan bakar mengukus adalah kayu rambung atau blarak. Blarak adalah
pelepah sawit yang suda kering. Mereka mendapatkan kayu serta blarak tersebut dari perkebunan sawit yang ada di depan dusun II. Kayu rambung mereka peroleh
dari ladang rambung penduduk. Proses pengukusan dilakukan kurang lebih lima jam. Ketika pengukusan
pemilik usaha harus tetap menjaga api, karena apabila kayu habis maka api akan mati jadi mereka harus mengontrol api tersebut agar opak cepat matang. Untuk
mempermudah proses pengukusan, mereka menggunakan blower
16
untuk membuat api besar.
5. Penjemuran