MI TINJAUAN PUSTAKA A.

E. MI

Mi Basah Menurut Astawan 2005, mi basah adalah jenis mi yang mengalami pemasakan setelah tahap pemotongan. Sedangkan menurut Dewan Standarisasi Nasional 1992, definisi mi basah adalah produk pangan yang terbuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mi yang tidak dikeringkan. Mi basah memiliki kadar air maksimal 35 bb. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, ada dua macam mi yaitu mi yang berbasis protein dan mi yang berbasis pati. Bahan baku mi berbasis protein berasal dari gandum. Sedangkan bahan baku mi yang berbasis pati dapat berasal dari kacang hijau, ubi jalar, maupun sorgum Fuglie dan Hermann, 2001. Berdasarkan bentuk produk mi yang ada di pasaran, mi dapat diklasifikasikan menjadi mi basah mentah yaitu mi yang diproses tanpa pemasakan dan pengeringan, mi basah matang yaitu mi basah yang mengalami pemasakan dan tanpa pengeringan, serta mi kering yaitu mi yang mengalami pengeringan Anonim b , 2007. Kualitas mi basah menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 4. Produk mi umumnya digunakan sebagai sumber energi karena kandungan karbohidratnya relatif tinggi. Tabel 6. Syarat Mutu Mi Basah SNI 01-2987-1992 No. Kriteria uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna Normal Normal Normal 2. Kadar air bb 20 – 35 3. Kadar abu dihitung atas dasar bahan kering bb Maks. 3 4. Kadar protein N x 6,25 dihitung atas dasar bahan kering bb Min. 3 5. Bahan tambahan pangan 5.1 boraks dan asam borat 5.2 pewarna Tidak boleh ada Sesuai SNI-022-M dan peraturan MenKes No. 722MenKesPerIX 5.3 formalin 88 Tidak boleh ada 6 Cemaran logam 6.1 timbal Pb 6.2 tembaga Cu 6.3 seng Zn 6.4 raksa Hg mgkg Maks. 1,0 Maks. 10,0 Maks. 40,0 Maks 0,05 7. Arsen As mgkg Maks 0,05 8. Cemaran mikroba : 8.1 angka lempeng total 8.2 E. Coli 8.3 kapang Kolonig APMg Kolonig Maks 1,0 x 10 6 Maks. 10 Maks 1,0 x 10 4 Mi Kering Menurut SNI 01-2974-1996, mi kering didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mi. Mi dalam bentuk kering harus mempunyai padatan minimal 87, artinya kandungan airnya harus di bawah 13. Karakteristik yang disukai dari mi kering adalah memiliki penampakan putih, hanya sedikit yang terpecah-pecah selama pemasakan, memiliki permukaan yang lembut, dan tidak ditumbuhi mikroba Oh et al., 1995. Syarat mutu mi kering dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 7. Syarat Mutu Mi Kering SNI 01-2974-1996 No Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu I Persyaratan Mutu II 1. Keadaan: - 1.1 Bau Normal Normal 1.2 Warna Normal Normal 1.3 Rasa Normal Normal 2. Air bb Maks. 8 Maks. 10 4. Protein N x 6,25 bb Min. 11 Min. 8 5. Bahan Tambahan Makanan: Tidak boleh ada sesuai dengan SNI 01-0222-1995 5.1 Boraks 5.2 Pewarna Tambahan 6. Cemaran Logam: 6.1 Timbal Pb mgkg Maks. 1,0 Maks. 1,0 6.2 Tembaga Cu mgkg Maks. 10,0 Maks. 10,0 6.3 Seng Zn mgkg Maks. 40,0 Maks. 40,0 6.4 Raksa Hg mgkg Maks. 0,05 Maks. 0,05 7. Arsen As mgkg Maks. 0,5 Maks. 0,5 8. Cemaran mikroba: 8.1 Angka lempeng total kolonig Maks. 1,0 x 10 6 Maks. 1,0 x 10 6 8.2 E. coli APMg Maks. 10 Maks. 10 8.3 Kapang kolonig Maks. 1,0 x 10 4 Maks. 1,0 x 10 4 Produk mi kering maupun mi basah pada dasarnya memiliki komposisi yang hampir sama. Adapun yang membedakan keduanya adalah kadar air, kadar protein, dan tahapan proses pembuatan. Untuk mendapatkan mi kering, mi mentah dikeringkan dengan cara penjemuran atau di angin-anginkan atau juga dikeringkan dalam oven pada suhu ± 50 o C. Mi kering mempunyai daya simpan yang lebih lama tergantung dari kadar air dan cara penyimpanannya. Selama kemasannya masih tertutup rapat, mi kering dapat disimpan selama 6-12 bulan. Proses pengolahan mi kering sebenarnya hampir sama dengan mi instan. Pada mi kering terjadi proses pengeringan untuk mengurangi kadar air mi hingga 10-12 persen. Sedangkan proses pengolahan mi instan umumnya dengan digoreng dan dilengkapi oleh bahan tambahan seperti bumbu, cabe, kecap, minyak, dan sayuran kering sehingga mudah dihidangkan dengan segera Intan, 1997. Mi Jagung Mi jagung merupakan mi dengan bahan baku utama pati atau tepung jagung. Proses pembuatan mi jagung dengan pembentukan lembaran terdiri dari beberapa tahap yaitu pencampuran bahan, pengukusan adonan, sheeting, slitting, pengukusan mi. Proses pengolahan mi basah jagung berbeda dengan proses pengolahan mi basah terigu karena setelah pencampuran bahan baku dilakukan pengukusan adonan. Pengukusan dilakukan agar adonan dapat dibentuk dan dicetak menjadi mi. Pada terigu, yang berperan penting dalam pembentukan adonan adalah protein, sedangkan pada jagung yang berpengaruh terhadap adonan adalah patinya. Pembuatan mi jagung dengan teknik calendering diawali dengan pencampuran tepung jagung dengan larutan garam 1 garam dilarutkan dalam air dan guar gum 1. Tabel 8. Pengaruh penambahan beberapa bahan tambahan makanan BTM terhadap cooking loss dan kelengketan Fadlillah, 2005 No. BTM Kelengketan Cooking loss Keterangan 1. Guar Gum ++ ++++ Konsentrasi 1 2. K 2 CO 3 dan Na 2 CO 3 +++++ ++++++++ Warna berubah menjadi gelap 3. RESL Alginat ++++ +++++ Konsentrasi 1 4. Tawas Alum ++++ ++++++++ Konsentrasi 1 5. CMC ++++ +++++ Konsentrasi 1 6. Tawas- alginat ++++ ++++++ Masing-masing konsentrasi 1 Keterangan: Kelengketan : + tingkat kelengketan, makin banyak makin lengket Cooking loss : + tingkat kekeruhan air, makin banyak berarti makin keruh, pati yang larut makin tinggi CMC, guar gum, dan alginat dapat berfungsi sebagai pengikat komponen- komponen adonan, sehingga ketika mi dimasak komponen-komponen tersebut tidak lepas. Penambahan guar gum dengan konsentrasi 1 memiliki pengaruh yang paling besar dalam mengurangi kelengketan dan cooking loss. Penambahan RSEL alginat, CMC, tawas dan K 2 CO 3 dan Na2CO 3 tidak telalu mempengaruhi kelengketan dan cooking loss Fadlillah 2005. Tabel 9. Pengaruh jumlah air yang ditambahkan terhadap karakteristik adonan Kurniawati, 2006 Jumlah air yang ditambahkan Hasil pengamatan 30 Adonan cukup basah dan bisa dikukus 33 Adonan masih terlalu basah, perlu dikepal saat dikukus 35 Adonan terlalu basah dan tidak dapat dikukus Penambahan jumlah air 30 dari berat tepung jagung menghasilkan adonan cukup basah dan mudah dikukus. Penambahan air 30 menyebabkan adonan terlalu basah dan tidak dapat dikukus. Tabel 10. Kriteria pengukuran proses pembuatan mi secara visual Proses Kriteria Pengukuran Mixing Adonan seragam; mampu menyerap air secara optimal Sheeting Lembaran mi mudah dibentuk; permukaannya halus; tidak bergaris-garis; dan tidak ada noda Slitting Ukurannya seragam dan sesuai; tersisir dengan baik; bentuknya bagus Steaming Memiliki derajat gelatinisasi yang baik; tidak lengket Cooking Waktu pemasakan singkat; rendah cooking loss kehilangan padatan akibat pemasakan; teksturnya bagus Sumber: Hou dan Kruk 1998 Campuran ini kemudian dikukus pada kisaran suhu 90 o C-100 o C. Pengukusan menyebabkan adonan mengalami gelatinisasi, sehingga menyebabkan terbentuknya massa yang elastis dan kohesif setelah pengulenan. Tahap selanjutnya adalah pressing untuk pembentukan lembaran. Pengepresan lembaran dilakukan bertahap dengan melewatkan adonan di antara roll pengepres sehingga didapatkan ketebalan 2 mm. Lembaran ini kemudian dipotong menjadi untaian mi. Agar untaian mi tidak mudah patah, maka jumlah pati yang dipregelatinisasi harus cukup karena pati inilah yang berfungsi sebagai pengikat Soraya, 2006. Selanjutnya, untaian mi dimatangkan dengan pengukusan pada kisaran suhu 90 o C-100 o C. Berikut ini beberapa hasil penelitian mi jagung yang telah dilakukan: Tabel 11 . Hasil-hasil Penelitian Mi Jagung No. Produk Bahan Baku Proses Parameter Mutu Referensi 1. Mi jagung kering Tepung jagung 70, pati jagung 30, air 30, garam 1, guar gum 1, baking powder 0,3 Tepung jagung + air + garam + baking powder ↓ Pencampuran ↓ Pengukusan 15 menit ↓ Pembentukan lembaran pencetakan, dan pemotongan ↓ Pengukusan 10 menit ↓ Pengeringan 55-60 o C, 1jam ↓ mie jagung kering Analisis fisik • Cooking loss: 17,82 CMC; 20,72 guar gum • Daya serap air: 285,71 CMC; 202,42 guar gum • Kekerasan: 1153,65 gf CMC; 1469,20 gf guar gum • Kelengketan: -469,75 gf guar gum; -295,95 gf CMC Analisis kimia Mi yang terbuat dari tepung penggilingan kering: • Kadar air: 7,80 • Kadar abu: 1,50 • Kadar protein: 6,93 • Kadar lemak 0,19 • Kadar karbohidrat: 84,17 Mi yang terbuat dari tepung penggilingan basah: • Kadar air: 4,66 • Kadar abu: 1,27 • Kadar protein: 6,13 Merdiyanti, A. 2008. Paket Teknologi Pembuatan Mi Kering dengan Memanfaatkan Bahan Baku Tepung Jagung. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. • Kadar lemak 1,83 • Kadar karbohidrat: 86,11 2. Mie jagung basah Tepung jagung varietas srikandi 100 g, air 30 ml, garam 1, baking powder 0,3 Tepung jagung + air + garam + baking powder ↓ Pencampuran ↓ Pengukusan adonan 7 menit ↓ Pressing, slitting, cutting ↓ Mi basah mentah ↓ Perebusan 2 menit ↓ Mi basah matang Analisis fisik • Suhu adonan setelah pengukusan: 73,45 o C • Derajat gelatinisasi: 65,75 • Persen elongasi: 19,78 • KPAP: 17,60 • Kekerasan: 1089,63 gf • Kelengketan: -288,66 gf Analisis kimia • Kadar air: 196 bk • Kadar abu: 0,41 • Kadar protein: 6,45 • Kadar lemak: 8,20 • Kadar karbohidrat: 85,0 Rianto, B. F. 2006. Desain proses pembuatan dan formulasi mie basah berbahan baku tepung jagung. Skripsi. Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, FATETA, IPB, Bogor. 3. Mie jagung basah Tepung jagung varietas srikandi kuning kering panen HQPM 100 g, garam 0,6, baking powder 0,2, guar gum 0,6. 70 tepung jagung basah + garam + baking powder ↓ Pengukusan adonan 5 menit ↓ Pencampuran dengan 30 tepung jagung kering ↓ Analisis fisik • Warna mi jagung basah o Hue: 92,8 kuning • Persen elongasi: 14,7 • Resistensi terhadap tarikan: 9,9 gf • Kekerasan: 736,49 gf • Kelengketan: 558,48 gf • KPAP: 10,10 Soraya, A. 2006. Perancangan proses dan formulasi mie jagung basah berbahan dasar High Quality Protein Maize varietas srikandi kuning kering panen. Skripsi. Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, FATETA, IPB, Bogor. ↓ Pressing , slitting, cutting ↓ Perebusan 1,5 menit ↓ Perendaman dalam air dingin 10 detik ↓ Mi basah matang Analisis kimia • Kadar air: 62,03 bb • Kadar abu: 0,82 • Kadar protein: 7,63 • Kadar lemak: 7,05 Kadar karbohidrat: 59,18 4. Mie jagung basah Maizena 90 g, Corn Gluten Meal CGM 10 g, air 30 ml, CMC 1, garam 1, baking powder 0,3, pati kacang hijau 5, guar gum 1 ½ bagian maizena + CGM + CMCguar gum + air + garam + baking powder ↓ Pencampuran sampai homogen ↓ Pengukusan adonan 3 menit ↓ Penambahan dengan sisa ½ bagian maizena ↓ Pencampuran sampai homogen ↓ Pressing , slitting, cutting ↓ Perebusan 2,5 menit ↓ Analisis fisik • Persen elongasi: 15,86 • Resistensi terhadap tarikan: 15,73 gf • Kekerasan: 964,89 gf • Kelengketan: -251,2 gf • KPAP terendah diperoleh pada pengunaan guar gum dengan konsentrasi: 1 Analisis kimia • Kadar air: 63,71 bb • Kadar abu: 0,41 • Kadar protein: 7,14 • Kadar lemak: 4,49 • Kadar karbohidrat: 87,99 Kurniawati, R. D. 2006. Penentuan desain proses dan formulasi optimal pembuatan mie jagung basah berbahan dasar pati jagung dan Corn Gluten Meal CGM. . Skripsi. Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, FATETA, IPB, Bogor. ↓ Perendaman dalam air dingin 15 detik ↓ Penirisan ↓ Penambahan minyak 2 ↓ Mi jagung basah matang 5. Mie jagung instan Maizena 90, gluten terigu : CGM 10; 9:1, air 35 total adonan, garam 1, baking powder 0,3, CMC 1 Maizena + gluten terigu + CGM + air + garam + baking powder + CMC ↓ Pencampuran ↓ Pengukusan I 10 menit ↓ Pengadukan sampai adonan kalis ↓ Pressing, slitting, cutting ↓ Pengukusan II 10 menit ↓ Analisis fisik • Persen elongasi: 150.63 • Kekerasan: 53.33 Kgf Fadlillah, H. N. 2005. Verifikasi formulasi mie jagung instan dalam rangka penggandaan skala. Skripsi. Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, FATETA, IPB, Bogor. ↓ Pengeringan dengan oven 60-70 o C selama 2 jam ↓ Mi jagung instan 6. Mie jagung instan Pati jagung 90, Corn Gluten Meal CGM 10, air 35, CMC 1, garam 1, baking powder 0,3 ½ bagian pati jagung + air + CGM ↓ Pencampuran ↓ Pengukusan I 7 menit ↓ Penambahan dengan sisa ½ bagian pati jagung + garam + CMC + baking powder ↓ Pencampuran sampai kalis ↓ Pressing , slitting, cutting ↓ Pengukusan II 10 menit ↓ Pengeringan dengan oven 60-70 o C selama 2 jam ↓ Mi jagung instan Analisis fisik • Ketebalan mi: 0,43-0,47 mm • KPAP: 24,39 • Daya serap air: 75 • Waktu rehidrasi: 4 menit Analisis kimia • Kadar air: 7,95 bb • Kadar abu: 1,26 • Kadar protein: 3,43 • Kadar lemak: 2,52 • Kadar karbohidrat: 84,84 • Nilai energi: 376 kalori Budiyah. 2004. Pemanfaatan pati dan protein jagung CGM dalam pembuatan mie jagung instan. Skripsi. Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, FATETA, IPB, Bogor. 7. Mie jagung instan Tepung jagung : air 1:1, baking powder 0.3, garam Tepung jagung + air + garam + baking powder ↓ Pencampuran ↓ Pengukusan I 15 menit ↓ Pressing, slitting, cutting ↓ Pengukusan II 15 menit ↓ Pengeringan dengan oven 60-70 o C selama 1-2 jam ↓ Mi jagung instan Analisis fisik • Warna mi jagung o Hue: 54- 90 yellow red • Tingkat gelatinisasi: 80,77 • KPAP: 8,47 • Daya serap air: 91,97 • Waktu rehidrasi: 7 menit Analisis kimia • Kadar air: 11,67 bb • Kadar abu: 1,20 • Kadar protein: 6,16 • Kadar lemak: 2,27 • Kadar karbohidrat: 78,69 • Kadar pati: 65,92 • Kadar serat makanan: 6,80 • Nilai energi: 360 kkal100 g Juniawati. 2003. Optimasi proses pengolahan mie jagung instan berdasarkan kajian preferensi konsumen. Skripsi. Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, FATETA, IPB, Bogor.

III. METODOLOGI PENELITIAN