III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering varietas pioner 21 P-21. Bahan-bahan tambahan yang digunakan
antara lain air, garam, dan guar gum. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pembuat mi,
horizontal dough mixer, grinder daging dengan die berdiameter 8 cm die pertama memiliki 75 lubang dengan diameter masing-masing lubang 0,60
cm, die kedua memiliki 128 lubang dengan diameter masing-masing lubang 0,30 cm, steam blancher, alat penggilingan jagung hammer mill dan disc
mill , oven, timbangan, alat-alat untuk analisis seperti Texture Analyzer,
oven, tanur, neraca analitik, dan alat-alat gelas serta peralatan masak lainnya.
B. Metoda Penelitian
1. Pembuatan Tepung Jagung
Proses pembuatan tepung jagung diawali dengan penggilingan menggunakan hammer mill yang menghasilkan grits, lembaga, kulit dan
tip cap . Kemudian hasil penggilingan direndam dalam air untuk
memisahkan bagian endosperm jagung dengan lembaga, kulit dan tip cap
. Bagian yang tenggelam adalah endosperm yang dipakai pada penggilingan berikutnya, sedangkan bagian yang mengapung adalah
lembaga, kulit dan tip cap yang dipisahkan dengan saringan yang selanjutnya akan dibuang. Endosperm yang sudah dipisahkan ditiriskan,
kemudian digiling menggunakan disc mill, yang bertujuan untuk memperhalus ukuran grits menjadi tepung. Untuk menghasilkan tepung
jagung yang halus dan homogen, maka dilakukan pengayakan menggunakan vibrating screen dengan ukuran mesh 100.
Gambar 5 . Pembuatan Tepung Jagung
2. Penentuan Jumlah Air
Formula yang digunakan terdiri dari 1 kg tepung jagung, 10 gram garam dan 10 gram guar gum. Sedangkan jumlah air yang ditambahkan
yaitu 30, 40, 50, dan 60 dihitung dari berat tepung jagung. 1 kg tepung jagung dicampur dengan 10 gram guar gum diaduk menggunakan
Penggilingan II discmill
Tepung kasar
Pengayakan 100mesh vibrating screen
Tepung jagung 100mesh
Jagung kering pipil
Penggilingan I hammer mill
Pemisahan endosperm dari lembaga, kulit dan tip cap
Grits jagung Grits, lembaga,
tip cap , dan kulit
Penirisan dan pengeringan Lembaga, kulit
dan tip cap
hand mixer ± 5 menit, kemudian dicampurkan dengan larutan garam
dibuat dengan cara melarutkan 10 gram garam dalam air dan diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada
suhu 90
o
C selama 15 menit, kemudian dilakukan sheeting untuk membentuk lembaran. Pengamatan dilakukan terhadap sifat adonan saat
sheeting .
3. Penentuan Parameter Proses
a. Jumlah bagian adonan yang dikukus
Adonan dibuat dari 1 kg tepung jagung dengan perbandingan adonan yang dikukus dan tidak dikukus yaitu 100:0, 90:10, 80:20, dan
70:30; 10 gram guar gum, dan larutan garam 10 gram garam dilarutkan dalam 500 mL air. Bagian tepung yang tidak dikukus dicampur dengan
guar gum, kemudian diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit., Kemudian dicampurkan dengan larutan garam dan diaduk menggunakan
hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Adonan yang telah dikukus dicampurkan dengan
bagian tepung yang tidak dikukus dan diaduk secara manual menggunakan tangan kemudian dilakukan sheeting untuk membentuk
lembaran. Pengamatan sifat adonan dilakukan pada saat sheeting.
b. Penentuan suhu dan waktu pengukusan adonan
Adonan dibuat dari 700 gram tepung jagung, 10 gram guar gum, dan larutan garam 10 gram garam dilarutkan dalam 500 mL air.
Tepung jagung dicampur dengan guar gum kemudian diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Kemudian dicampurkan dengan
larutan garam dan diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada suhu 90
o
C dengan variasi waktu 10, 15, 20, dan 30 menit. Adonan yang telah dikukus dicampurkan dengan 300
gram tepung jagung kering dan diaduk menggunakan tangan kemudian dilakukan sheeting untuk membentuk lembaran. Pengamatan sifat
adonan dilakukan pada saat sheeting.
c. Penggilingan adonan
Adonan dibuat dari 700 gram tepung jagung,10 gram guar gum, dan larutan garam 10 gram garam dilarutkan dalam 500 mL air.
Tepung jagung dicampur dengan guar gum kemudian diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Kemudian dicampurkan dengan
larutan garam dan diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Adonan yang telah dikukus dicampurkan dengan 300 gram tepung jagung kering dan
diaduk menggunakan tangan. Penggilingan adonan dilakukan dengan tiga variasi yaitu tanpa grinding, grinding dengan diameter die 0,60 cm,
dan grinding dengan diameter die 0,30 cm. Adonan dilakukan sheeting untuk membentuk lembaran, dilanjutkan dengan slitting untuk
membentuk untaian mi. Kemudian mi dimatangkan dengan pengukusan pada suhu 95
o
C selama 20 menit. Selanjutnya dilakukan pengamatan parameter fisik mi basah jagung
yang dihasilkan dari tahapan-tahapan yang telah dioptimasi. Parameter yang diukur meliputi cooking loss, persen elongasi dan tekstur
kekerasan, kelengketan dan kekenyalan secara objektif menggunakan Tekstur Analyzer
.
d. Penentuan jarak roller pada proses reduksi ukuran
Adonan dibuat dari 700 gram tepung jagung, 10 gram guar gum, dan larutan garam 10 gram garam dilarutkan dalam 500 mL air.
Tepung jagung dicampur dengan guar gum kemudian diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Kemudian dicampurkan dengan
larutan garam dan diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Adonan yang telah dikukus dicampurkan dengan 300 gram tepung jagung kering dan
diaduk menggunakan tangan kemudian digiling sebanyak 2x dengan grinder
berdiameter die 0,30 cm. Kemudian adonan dilakukan sheeting untuk membentuk lembaran. Jarak antar roller diukur menggunakan
batang kayu yang dimasukkan ke dalam roller dengan ketebalan yang pas dengan jarak tersebut. Batang kayu ini kemudian diukur
ketebalannya menggunakan penggaris. Sheeting dilakukan dengan variasi jarak awal roller yaitu 0,5 cm biasa digunakan untuk mi terigu,
dan 0,3 cm selain itu dilakukan variasi terhadap perpindahan jarak roller yaitu 1 satuan , 0,5 satuan dan perpaduan diantara keduanya. Kemudian
dilanjutkan dengan slitting saat ketebalan lembaran ± 0,12 cm untuk membentuk untaian mi. Penentuan jarak roller berdasarkan pengamatan
kemudahan penanganan adonan saat sheeting dan slitting.
e. Penentuan waktu pengukusan mi
Adonan dibuat dari 700 gram tepung jagung, 10 gram guar gum, dan larutan garam 10 gram garam dilarutkan dalam 500 mL air.
Tepung jagung dicampur dengan guar gum kemudian diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Kemudian dicampurkan dengan
larutan garam dan diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Adonan yang telah dikukus dicampurkan dengan 300 gram tepung jagung kering dan
diaduk menggunakan tangan kemudian digiling sebanyak 2x dengan grinder
berdiameter die 0,30 cm. Kemudian adonan dilakukan sheeting mulai jarak roller 0,3 cm sampai 0,12 cm, dilanjutkan dengan slitting
pada saat ketebalan lembaran mi ± 0,12 cm. Setelah itu, untaian mi dimatangkan dengan cara pengukusan pada
suhu 95
o
C dengan variasi waktu 10, 15, 20, dan 30 menit. Waktu pengukusan mi paling optimal yaitu waktu yang menghasilkan tingkat
elongasi paling tinggi dengan tingkat kematangan yang cukup. Elongasi diukur secara manul dengan cara sebagai berikut: untaian mi dengan
panjang 10 cm diletakkan menempel pada penggaris dimulai dari ujung skala 0 cm sampai skala 10 cm. Kemudian ditarik perlahan sampai
putus. Jarak terakhir yang ditempuh oleh untaian mi sampai putus ditulis sebagai elongasi secara manual. Sedangkan kematangan dilihat
dari pemerataan tingkat kematangan mi sampai lapisan yang paling dalam, ditandai dengan tidak adanya warna khas tepung mentah pada
lapisan mi paling tengah.
f. Penentuan waktu optimum pengovenan
Adonan dibuat dari 700 gram tepung jagung, 10 gram guar gum, dan larutan garam 10 gram garam dilarutkan dalam 500 mL air.
Tepung jagung dicampur dengan guar gum kemudian diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Kemudian dicampurkan dengan
larutan garam dan diaduk menggunakan hand mixer ± 5 menit. Setelah itu adonan dikukus pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Adonan yang telah dikukus dicampurkan dengan 300 gram tepung jagung kering dan
diaduk menggunakan tangan kemudian digiling sebanyak 2x dengan grinder
berdiameter die 0,30 cm. Kemudian adonan dilakukan sheeting untuk membentuk lembaran, dilanjutkan dengan slitting saat ketebalan
mi ± 0,12 cm. Untaian mi dimatangkan dengan pengukusan pada suhu 95
o
C selama 20 menit. Mi kemudian dikeringkan dengan variasi suhu 60, 70,
dan 80
o
C. Pengovenan suhu 60
o
C dilakukan dengan waktu 35, 40, dan 45 menit; suhu 70
o
C dengan waktu 30, 35, dan 40 menit; dan suhu 80
o
C dengan waktu 25, 30 dan 35 menit. Setelah dioven, mi diukur kadar
ainya. Pengamatan didasarkan pada nilai kadar air, untuk kemudian ditentukan waktu paling optimum. Kadar air harus 13 SNI 01-2974-
1996. Pengamatan parameter fisik dilakukan terhadap mi kering jagung
yang dihasilkan dari pengovenan suhu 60
o
C selama 40 menit, suhu 70
o
C selama 30 menit, dan suhu 80
o
C selama 25 menit . Parameter yang diukur meliputi cooking loss, waktu rehidrasi, persen elongasi dan
tekstur kekerasan, kelengketan dan kekenyalan secara objektif menggunakan Tekstur Analyzer.
Kemudian dilanjutkan dengan uji organoleptik terhadap atribut tekstur kekerasan dan kekenyalan dengan perabaan tangan dan tekstur
kekerasan dan kekenyalan gigit serta overall penampakan keseluruhan mi kering jagung yang dihasilkan dari pengovenan suhu
60
o
C selama 40 menit, suhu 70
o
C selama 30 menit, dan suhu 80
o
C selama 25 menit.
C. Metode Analisis
Analisis Sifat Fisik 1.
Texture Profile Analysis TPA menggunakan alat Texture Analyzer TAXT-2
Probe yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 35 mm.
Pengaturan TAXT–2 yang digunakan tertera pada Tabel 9. Tabel 12.
Pengaturan Texture Analyzer dalam mode TPA Texture Profile Analysis
Parameter Setting
Pre test speed 2,.0 mms
Test speed 0,1 mms
Post test speed 2,0 mms
Rupture test speed 1,0 mm
Distance 75
Force 100 g
Time 5 sec
Count 2
Seuntai sampel yang telah direhidrasi dengan panjang yang melebihi diameter probe diletakkan di atas landasan lalu ditekan oleh
probe . Hasilnya berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya
untuk mendeformasi dan waktu. Nilai kekerasan ditunjukkan dengan absolute
+ peak yaitu gaya maksimal, dan nilai kelengketan ditunjukkan dengan absolute - peak. Satuan kedua parameter ini adalah gram force
gf. Sedangkan kekenyalan diperoleh dari rasio antara dua area kompresi.
Gambar 6.
Kurva profil tekstur mi 2.
Persen Elongasi Menggunakan Texture Analyzer
Elongasi menunjukkan persen pertambahan panjang maksimum mi
yang mengalami tarikan sebelum putus.
Sampel dililitkan pada probe dengan jarak antar lilitan sampel sebesar 2 cm dan kecepatan probe 0.3 cms. Persen elongasi dihitung
dengan rumus :
b = x 100
a : distance = waktu putus sampel s x 0,3 cms b : persen elongasi
2cm
a b
3. Pengukuran Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan KPAPCooking
Loss metode Oh et al., 1985
Penentuan KPAP dilakukan dengan cara merebus 5 gram mi dalam 150 ml air. Setelah mencapai waktu optimum perebusan 4 menit untuk
mi jagung, mi ditiriskan dan disiram air, kemudian ditiriskan kembali selama 5 menit. Mi kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu
100°C sampai beratnya konstan, lalu ditimbang kembali. KPAP dihitung dengan rumus berikut:
100 1
ker 1
×
−
− =
contoh air
kadar awal
berat ingkan
di setelah
sampel berat
KPAP
4. Waktu Rehidrasi
Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam 150 ml air. kemudian dihitung waktunya pada saat mi telah terhidrasi sempurna tidak ada spot
putih di tengah untaian mi. Waktu rehidrasi adalah waktu yang dibutuhkan bahan untuk kembali menyerap air sehingga diperoleh
tekstur yang homogen.
5. Pengukuran Derajat Gelatinisasi Birch et al., 1999
Penentuan derajat gelatinisasi diawali dengan pembuatan kurva standar yang menggambarkan hubungan antara derajat gelatinisasi dan
absorbansi. Sampel yang digunakan untuk pembuatan kurva standar adalah sampel yang tergelatinisasi 0–100. Sampel yang tergelatinisasi
100 diperoleh dengan merebus 1 gram tepung jagung dalam 100 ml air hingga menjadi bening. Sedangkan sampel yang tidak tergelatinisasi
merupakan suspensi tepung dalam air. Lalu dibuat campuran dari kedua sampel tersebut untuk memperoleh sampel dengan derajat gelatinisasi
pati 20, 40, 60, dan 80. Perbandingan antara pati yang tergelatinisasi 100 dan pati yang tidak tergelatinisasi adalah 20:80
untuk sampel dengan derajat gelatinisasi 20, 40:60 untuk sampel dengan derajat gelatinisasi 40, 60:40 untuk sampel dengan derajat
gelatinisasi 60, dan 80:20 untuk sampel dengan derajat gelatinisasi 80.
Tahap berikutnya adalah pembacaan absorbansi masing–masing sampel. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam
gelas piala 100 ml lalu ditambahkan 47,5 ml akuades. Campuran ini kemudian diaduk menggunakan stirer selama satu menit dan
ditambahkan 2,5 ml KOH 0,2 N dan diaduk kembali menggunakan stirer selama lima menit. Campuran ini kemudian dipipet sebanyak 10 ml dan
disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Supernatan yang diperoleh dipipet dan dimasukkan ke dalam dua
tabung reaksi A dan B masing–masing sebanyak 0,5 ml. Kemudian ditambahkan 0,5 ml HCl 0,5 N ke dalam kedua tabung reaksi. Sebanyak
0,1 ml iodin ditambahkan ke dalam tabung reaksi B. Lalu ke dalam kedua tabung reaksi ditambahkan akuades masing–masing sebanyak 9
ml untuk tabung A dan 8,9 ml untuk tabung B. Kedua tabung ini kemudian
dikocok dan
dibaca absorbansinya
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 625 nm. Larutan pada
tabung A merupakan blanko pembacaan larutan pada tabung B. Kurva standar dibuat dengan memplotkan derajat gelatinisasi pada
sumbu X dan absorbansi pada sumbu Y. Kemudian dihitung persamaan linear yang menggambarkan hubungan antar keduanya. Persamaan linear
yang diperoleh berupa : Y = a + bX
Di mana Y merupakan absorbansi dan X merupakan derajat gelatinisasi, sedangkan a dan b merupakan konstanta.
Absorbansi sampel diukur dengan metode yang sama seperti di atas. Derajat gelatinisasinya dihitung menggunakan persamaan linear
yang diperoleh dari kurva standar.
Analisis Sifat Kimia
1. Analisis kadar air, metode oven AOAC, 1995
Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang.
Sejumlah sampel sekitar lima gram dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isinya dimasukkan ke dalam
oven bersuhu 100 C selama kurang lebih enam jam atau sampai beratnya
konstan. Selanjutnya cawan beserta isinya didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang. Perhitungan kadar air dilakukan dengan
rumus: Kadar air b.b = c – a - b x 100
c Keterangan :
a = berat cawan dan sampel akhir g b = berat cawan g
c = berat sampel awal g
Uji Organoleptik Meilgaard, 1999
Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah uji rating dengan 30 orang panelis. Uji ini dapat digunakan untuk membedakan seluruh atribut
antara produk satu dengan produk lainnya yang ada di pasaran.
Sampel disiapkan dengan cara merebus mi selama 4 menit, kemudian ditiriskan selama 2 menit. Selanjutnya diambil 6 untai mi
dengan panjang yang sama dan diletakkan diatas piring kertas yang sebelumnya telah diberi kode berdasarkan perlakuan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Tepung Jagung
Jagung pipil yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung pipil kering varietas Pioneer 21 yang didapatkan dari sentra pertanian jagung
Ponorogo, Jawa Timur. Proses pembuatan tepung jagung diawali dengan penggilingan menggunakan hammer mill yang menghasilkan grits jagung.
Grits jagung yang dihasilkan dari penggilingan pertama masih bercampur dengan kotoran, kulit, tepung kasar dan komponen lain yang tidak diinginkan.
Proses yang dilakukan untuk memisahkan grits dari semua campuran tersebut yaitu dengan mencuci dan merendam dalam air. Selain untuk
memisahkan bagian endosperm grits jagung dengan lembaga, kulit dan tip cap
dan memisahkan biji jagung dari kotoran yang dapat menjadi sumber kontaminasi, proses pencucian dan perendaman ini juga bertujuan untuk
memperlunak jaringan jagung yang masih keras sehingga ketika digiling dengan disc mill lebih mudah.
Pencucian membersihkan grits dari kotoran yang menjadi kontaminan, sedangkan perendaman membuat kulit dan lembaga terangkat ke permukaan
air. Hal ini disebabkan dalam lembaga terdapat banyak kandungan lemak yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan air. Proses
pengadukan dilakukan selama pencucian agar bahan campuran yang akan dibuang tidak terendap dalam tumpukan grits. Kemudian grits ditiriskan
selama ± 2 jam. Endosperm yang sudah dipisahkan kemudian digiling menggunakan
disc mill yang bertujuan untuk memperhalus ukuran grits menjadi tepung.
Tepung yang dihasilkan masih berupa tepung kasar yang belum terpisahkan berdasarkan ukurannya. Untuk menghasilkan tepung jagung yang halus dan
homogen, maka dilakukan pengayakan menggunakan vibrating screen dengan ukuran mesh 100. Tepung ukuran 100 mesh kemudian dioven 60
o
C selama 2 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan sebagian besar air pada
tepung sehingga tepung jagung lebih tahan lama ketika penyimpanan.