berjumlah 211 standar, yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian 72 standar, Menteri Pertanian 121 standar dan Menteri ESDM 18
standar. Namun dari hasil evaluasi lebih lanjut lebih dari setengahnya tidak layak dijadikan peraturan teknis karena berupa metoda uji, proses, atau merupakan produk
usaha kecil pertanianperikanan yang tidak mungkin diatur penerapannya, sehingga diperlukan revisi terhadap peraturan teknis terkait. Jumlah ini jauh lebih rendah
dibandingkan negara lain pada umumnya.
198
2. Penguatan Daya Saing Produk Industri Dalam Negeri
Dalam ACFTA persoalan pokok industri dalam negeri adalah daya saing. Oleh karena itu beberapa langkah telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
daya saing produk industri dalam negeri. Sejumlah langkah peningkatan daya saing produk industri dalam negeri tersebut adalah:
a. Pembangunan infrastruktur
Salah satu masalah yang mengakibatkan rendahnya daya saing produk industri dalam negeri adalah infrastruktur yang buruk seperti pelabuhan, persoalan
kurangnya cadangan energi berupa pasokan listrik, jalan, jembatan, dan bandara. Padahal infrastruktur merupakan faktor yang sangat penting bagi perindustrian untuk
dapat bersaing diperdagangan internasional. Hal ini sesuai dengan pertimbangan dalam Perpres Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang menyatakan “ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan kebutuhan mendesak untuk
198
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta untuk meningkatkan daya saing
Indonesia dalam pergaulan global;”.
199
Salah satu upaya pemerintah terkait pembangunan infrastruktur adalah melakukan kerja sama dengan Jepang dalam pembangunan enam kawasan ekonomi
koridor, yaitu di kawasan Sumatera Timur, Pantai Utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat NTB, serta Papua.
200
Pemerintah juga akan melakukan terobosan groundbreaking 16 proyek infrastruktur dalam
Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI pada semester kedua tahun 2011. Keenambelas proyek tersebut diantaranya, jalan tol Nusa Dua-
Benoa Bali, proyek pengolahan air minum di Kabupaten Tangerang, Instalasi Pengolahan Air di Banjarmasin, jalan tol lingkar luar Jakarta JORR West 2, dan
proyek jalan tol Cikampek-Palimanan, dan Proyek jalan tol Pejagan-Malang.
201
Apabila dicermati, tampak bahwa pemerintah tidak optimal dalam mendorong pembangunan infrastruktur. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa pemerintah baru
sekarang ini membenahi persoalan infrastruktur. Padahal infratruktur merupakan tonggak penting bagi peningkatan daya saing industri dalam negeri. Sebab
199
Salah satu pertimbangan dalam Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
200
Administrator, “Pembangunan Infrastruktur Dinilai Hanya Memfasilitasi Investor”, http:hukumonline.comberitabacalt4b601323b858apembangunan-infrastruktur-dinilai-hanya-
memfasilitasi-investor, diakses tanggal 26 Mei 2011.
201
Petrus Dabu, “Proyek MP3EI Semester Kedua, 16 Proyek infrastruktur Dalam MP3EI Siap Dikerjakan”, http:peluangusaha.kontan.co.idv2read131150936573608Semester-kedua-16-proyek-
infrastruktur-dalam-MP3EI-siap-dikerjakan, diakses tanggal 10 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
infratruktur yang baik akan menarik banyak investasi masuk ke Indonesia yang tentunya sangat mendukung pembangunan industri dalam negeri.
b. Penurunan Tarif Bea Masuk
Penurunan tarif Bea Masuk ini dilakukan oleh Kementrian Keuangan untuk kelompok barang baku dan barang modal dari 5 menjadi 0. Tujuan dari kebijakan
menurunkan tarif bea masuk atas produk kelompok bahan baku dan bahan modal ialah agar industri hilir yang menggunakan bahan baku dan bahan modal tersebut
dalam berproduksi dapat menghasikan produk-produk jadi yang berdaya saing. Rincian kelompok bahan baku dan barang modal tersebut antara lain:
202
1. Industri kimia dasar sebanyak 59 pos tarif yang terdiri dari produk bahan baku plastik, bahan baku kosmetik, bahan baku obat, bahan baku pestisida
dan bahan pewarna tekstil. 2. Industri makanan sebanyak 1 pos tarif, yakni minyak kacang kedelai.
3. Industri mesin sebanyak 16 pos tarif. 4. Industri perkapalan sebanyak 13 pos tarif dalam rangka program pemutihan
1000 kapal guna memenuhi asas cabotage. c. Lisensi perdagangan secara online
d. Pelayanan Satu Atap National Single Window Semakin maju industri di suatu negara, semakin banyak jumlah cabang-
cabang industri yang dapat melangsungkan proses-proses explosive dan implosive dalam keseluruhan mata rantai produksi. Seperti industri mobil sebagai contoh.
Industri mobil memerlukan banyak industri di belakangnya dari hulu hingga hilir yang memasok segala macam input; jadi memerlukan proses-proses produksi
202
Lavinda, “Tingkatkan Daya Saing Produk Lokal, Menkeu Turunkan Tarif Bea Masuk”, http:www.today.co.idread2011042727773tingkatkan_daya_saing_produk_lokal_menkeu_turunk
an_tarif_bea_masuk, diakses tanggal 8 Mei 2011.
Universitas Sumatera Utara
explosive dan implosive seperti pengolahan logam dan komponen-komponen dari logam.
Kelemahan industri dalam negeri Indonesia seperti juga dialami oleh negara sedang berkembang lainnya adalah masih lemahnya industri-industri pendukung
mulai dari pembuatan mesin hingga sejumlah komponen untuk satu produk jadi seperti mobil. Karena pada umumnya sifat dari proses-proses produksi di kelompok
industri-industri berat seperti pengolahan logam hingga mesin-mesin dangat kompeks dan memerlukan sumber daya manusia dengan ketrampilan tinggi, teknologi, serta
modal yang tentunya lebih tinggi dibandingkan industri-industri ringan, meskipun di dalam beberapa hal, proses produksi implosive di subsektor industri berat untuk jenis
industri-industri mesin dapat dilakukan lebih efisien dengan menggunakan teknologi yang relatif padat karya.
203
Prioritas arah kebijakan perdagangan luar negeri dalam lima tahun ke depan adalah “Meningkatkan daya saing produk ekspor nonmigas untuk mendorong
peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor serta peningkatan keberagaman, kualitas, dan citra produk ekspor”.
Berdasarkan hal tersebut, maka strategi yang dilakukan oleh kementerian perdagangan dalam pembangunan perdagangan luar negeri selama periode tahun
2010-2014 adalah:
204
203
Tulus Tambunan, Perkembangan Industri Nasional Sejak Orde Baru Hingga Pascakrisis, Op.Cit., hlm. 56-57.
204
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Rencana Strategis Kementrian Perdagangan Periode 2010-2014, hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
1. Meningkatkan produk ekspor bernilai tambah tinggi, terutama untuk produk-produk yang berbasis pada sumber daya alam serta memanfaatkan
teknologi tingkat menengah. 2. Mendorong ekspor produk kreatif dan jasa yang terutama dihasilkan oleh
usaha kecil menengah UKM. 3. Mengupayakan diversifikasi pasar ekspor agar tidak bergantung pada
negara tertentu dan mengupayakan melakukan ekspor pada negara tujuan akhir dimana produk akan dikonsumsi.
4. Mendorong pemanfaatan berbagai skema preferensi perdagangan dan kerjasama perdagangan internasional yang lebih menguntungkan
kepentingan nasional. 5.
Mendorong pengembangan ekspor wilayah perbatasan yang dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan
dengan negara tetangga. 6. Memperkuat kelembagaan perdagangan luar negeri yang mendorong
efektivitas pengembangan ekspor nonmigas. Dalam pengembangan UMKM terdapat beberapa aspek kunci yang harus
diperhatikan. Aspek-aspek kunci tersebut merupakan kristalisasi dari pembahasan ekonomi rakyat selama ini. Aspek-aspek kunci tersebut yakni pemerintah harus
membantu pengembangan UMKM dalam bentuk pelayanan di bidang hukum, misalnya atas kepemilikan aset produktif. Sebab selama ini kegiatan dan pelaku
UMKM hampir selalu berada pada urutan terbawah dalam prioritas penegakkan perlindungan atas aset produktif. Padahal sektor UMKM ini adalah sektor industri
yang paling banyak di Indonesia dan menampung sebahagian besar tenaga kerja. Kepastian hukum pada layanan perizinan untuk menjalankan usaha menjadi
sangat penting dalam mendukung aset produktif rakyat.
205
Oleh karena itu, pemberian izin usaha yang cepat, transparan, murah, dan pasti merupakan aspek
kunci berikutnya yang harus ada dalam setiap usaha pengembangan UMKM. Selain
205
Ahmad Erani Yustika, Perekonomian Indonesia “Deskkripsi, Preskripsi, dan Kebijakan”, Malang: Bayumedia, 2005, hlm. 59.
Universitas Sumatera Utara
itu, juga harus tersedia sistem pembiayaan yang sesuai dengan karakter usaha UMKM. Artinya, perbankan juga harus mendukung dalam memberikan kredit bagi
UMKM, sebab perbankan di tanah air sampai saat ini justru memberikan bunga kredit yang tinggi yaitu sekitar 11-13.
206
Negara memiliki peran sentral untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam rangka pembangunan hukum ekonomi yang mampu menampung kepentingan
stakeholder dan memberikan keseimbangan antara 2 kepentingan eksternal dan internal, yaitu kepentingan dalam hubungan internasional dan kepentingan nasional
yang dalam hal ini adalah industri dalam negeri.
206
Administrator, “ACFTA Zona Pasar Liberalisasi”, http:www.majalahopini.com20110514acfta-zona-pasar-liberalisasi, diakses tanggal 7 Juni 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAMBATAN TERHADAP PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI
DALAM RANGKA ACFTA
ACFTA yang telah berjalan penuh sejak tahun 2010 yang lalu telah menyebabkan keadaan kondisi perekonomian Indonesia ibarat pisau bermata dua,
pada satu sisi berpeluang untuk mendatangkan keuntungan yang berlipat bagi perekonmian bangsa, tetapi di sisi lain memberikan ancaman bagi perindustrian
dalam negeri yang produknya bersaing dengan produk-produk impor. Faktanya, jumlah barang impor beredar di Indonesia menunjukkan
peningkatan angka yang cukup signifikan sejak tahun 2000 hingga 2009. Bahkan pada tahun 2010, sekitar 75 dari produk yang beredar di Indonesia adalah produk
impor yang sebagian besar berasal dari China. Hal ini menandakan bahwa produk impor masih menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
207
Selain itu peningkatan kinerja sektor perdagangan sejak tahun 2001 hingga tahun 2008 tidak dibarengi dengan peningkatan kinerja industri pengolahan. Kondisi
ini jelas menandakan bahwa Indonesia masih mengalami keterbatasan dan hambatan dalam membangun sektor industri yang seharusnya menjadi penopang pertumbuhan
perekonomian negara. Pembangunan sektor industri sebagai motor pertumbuhan ekonomi sangat
penting untuk menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pengalaman dari beberapa negara maju menunjukkan peran sektor industri yang besar dalam
207
Administrator, “Kebangkitan Industri Nasional”, Media Industri Kementrian Perindustrian, No. 1, 2011.
Universitas Sumatera Utara
memajukan perekonomian negara-negara tersebut. Dalam struktur ekonomi Indonesia, sektor ini merupakan sektor yang sangat penting. Pentingnya sektor ini
terlihat dari perannya terhadap ekspor, penyerapan tenaga kerja dan juga keterkaitannya yang cukup luas dengan sektor-sektor lainnya di dalam perekonomian.
Untuk itu, perkembangan sektor ini menjadi sangat menentukan gerak dinamika perekonomian Indonesia ke depan.
Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas mendorong produk industri dalam negeri untuk mampu bersaing dengan produk impor, baik di dalam
negeri sendiri maupun di pasar ekspor. Hal ini merupakan problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas
masih lemah. Salah satu permasalahan yang dialami Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas adalah sulitnya membendung terjadinya lonjakan produk impor,
sehingga mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, dan selanjutnya akan muncul dampak
lanjutannya. Pemberlakuan ACFTA dengan penurunan tarif bea masuk impor hingga 0
telah mengakibatkan banjirnya produk impor China sehingga mengenyampingkan produk industri dalam negeri. Braadbaart mengamati industri dalam negeri Indonesia,
mengidentifikasi sejumlah kendala yang dihadapi industri dalam negeri Indonesia menghadapi perdagangan bebas yakni:
208
208
Braadbaart dalam Ramziati, loc.cit., hlm. 54.
Universitas Sumatera Utara
a. Lemahnya kemampuan menganalisa secara baik tingkat kemampuan teknologi
yang dimiliki dengan rencana pengembangan usaha; b.
Belum maraknya jaringan industri baik antara industri dalam negeri dengan pelaku pasar Internasional maupun antara industri dalam negeri berskala besar
dengan industri mikro, kecil, dan menengah; c.
Kurangnya pengetahuan pelaku industri dalam negeri; d.
Peraturan pemerintah yang sering tidak konsisten; e.
Banyaknya terjadi distorsi ekonomi yang menyebabkan bahan baku bagi indutri dalam negeri menjadi mahal dan tidak jarang mengalami kelangkaan;
f. Sikap mental pelaku industri domestik.
Mengingat kendala-kendala yang dihadapi industri dalam negeri, maka penting dilakukan upaya-upaya untuk melindungi industri dalam negeri. Namun
demikian, upaya-upaya perlindungan tersebut harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan kewajiban Indonesia berdasarkna kesepakatan
internasional dalam hal ini adalah ketentuan dalam ACFTA. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab penghambat perlindungan bagi
industri dalam negeri dalam ACFTA, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan Penggunaan Instrumen Pengamanan Perdagangan