karena tekanan harga impor dumping tersebut, dan atau produk industri dalam negeri tidak dapat terjual dengan harga di atas biaya produksi, maka harga impor melalui
dumping tersebut secara langsung mempengaruhi harga produk industri dalam negeri.
118
3. Countervailing
Subsidi
119
banyak digunakan pemerintah suatu negara sebagai instrumen dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, baik dalam rangka pengembangan
suatu industri maupun meningkatkan daya saing ekspor. Secara teoritis memang subsidi adalah the second alternatif, setelah tarif, sebagai suatu instrumen
kebijaksanaan perdagangan luar negeri. Namun pemberian subsidi kepada suatu idustri dalam negeri dapat mengurangi daya saing barang impor sejenis yang
kemungkinan bisa berasal dari industri yang sebenarnya lebih efisien. Di samping itu, subsidi yang diberikan untuk meningkatkan daya saing suatu barang ekspor akan
mepengaruhi daya saing barang sejenis yang dihasilkan dari negara pengimpor.
120
Dengan demikian subsidi menerapkan tindakan yang dapat berdampak negatif terhadap efisiensi perdagangan internasional. Karena itu GATT mengatur bentuk
subsidi yang diperbolehkan, serta mengatur tata cara untuk melakukan investigasi dan
118
Ibid., hlm. 45-46.
119
Pengaturan hukum mengenai Subsidi ini terdapat dalam Artikel VI ketentuan GATTWTO. Dalam ACFTA, hal mengenai subsidi ini diatur dalam Pasal 3angka 8 g Keppres
Nomor 48 Tahun 2004.
120
Erwan Suherwana, “Pengantar Mengenai Subsidi dan Countervailing Di Dalam Perdagangan”,
http:erwan29680.wordpress.com20100410pengantar-mengenai-subsidi-dan- contervailling-di-dalam-perdagangan, diakses tanggal 27 Juni 2011.
Universitas Sumatera Utara
menemukan aturan main untuk menangkal impor barang yang menerima jenis subsidi yang melanggar aturan GATT.
121
Dalam GATT terdapat aturan permainan yang mengatur disiplin di bidang subsidi karena subsidi dalam bentuk tertentu langsung mempunyai dampak langsung
terhadap pola persaingan dan dapat menimbulkan keadaan yang tidak adil.
Berkaitan dengan tindakan subsidi yang merugikan industri dalam negeri pengimpor maka tersedia upaya countervailing
122
sebagai tindakan konkret untuk mengkompensasikan dampak dari subsidi yang dilakukan oleh negara pengekspor
terhadap barang yang diekspor. Penerapan contervailing duty, seperti juga halnya anti-dumping terhadap duty yang diterapkan dumping, ditujukan terhadap produk
yang memperoleh unfair advantage. Countervailing Duties tidak dapat diterapkan kecuali apabila terbukti impor barang yang disubsidi tersebut menimbulkan atau
ditafsirkan akan menimbulkan kerugian bagi industri dalam negeri dari negara pengimpor.
123
Sebagai konsekuensi, inside dari tindakan balasan tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang memperoleh subsidi karena countervail yang dikenakan akan
mempunyai dampak langsung terhadap perusahaan yang memperoleh subsidi.
121
Ibid.
122
Pengaturan Hukum tentang Countervailing terdapat dalam Artikel VI Ketentuan GATTWTO, sedangkan dalam ACFTA hal ini diatur dalam pasal 3 angka 8 g Keppres Nomor 48
Tahun 2004.
123
Erwan Suherwana, op. cit.
Universitas Sumatera Utara
Dibandingkan tindakan antidumping, tindakan countervailing jarang dilakukan karena negara-negara anggota WTO pada umumnya tidak lagi memberikan
subsidi ekspor pada industri. Subsidi saat ini sangat banyak diberikan pada sektor- sektor pertanian yang sifatnya green subsidies dan juga untuk tujuan tertentu saja
seperti untuk lingkungan hidup, penelitian, dan upaya mendorong pembangunan di daerah terpencil.
124
4. Negosiasi