Antidumping Perlindungan Hukum Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Asean China Free Trade Agreement (ACFTA)

2. Antidumping

Dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga yang kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah dari harga barang tersebut di negerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya. Praktik dumping ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor. 112 Pengaturan masalah dumping yang berlaku dalam perdagangan internasional saat ini adalah peraturan yang tertuang dalam Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994 dan peraturan antidumping dari masing-masing negara. 113 Pengaturan antidumping ini merupakan instrumen penting bagi pengamanan industri dalam negeri suatu negara anggota WTO dari praktek perdagangan tidak adil Unfair Tade. Dalam kesepakatan ACFTA tindakan pengamanan industri dalam negeri mengenai anti-dumping ini diatur dalam Article 3 8 g Trade In Goods Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Beetween the Association of South Asian Nations and the People’s Republic of China”. 114 Adapun pengaturan hukum mengenai antidumping di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Ketentuan tentang antidumping tercantum dalam bab IV bagian pertama pasal 18 sampai dengan pasal 20, sedangkan pasal 21 sampai dengan pasal 23 mengatur tentang bea masuk 112 AF. Elly Erawati dan J.S. Badudu dikutip dalam Yulianto Syahyu, Hukum Antidumping Di Indonesia Analisis dan Panduan Praktis, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 32. 113 Ibid., hlm. 41. 114 Article 3 8 f Trade In Goods Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Beetween the Association of South Asian Nations and the People’s Republic of China. Universitas Sumatera Utara imbalan. Ketentuan ini yang menjadi dasar bagi pembuatan peraturan pelaksana tentang antidumping Indonesia. 115 Adapun lembaga yang dibentuk pemerintah untuk melaksanakan instrumen antidumping ini adalah KADI Komite Anti Dumping Indonesia. Berdasarkan isi pasal 18 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah dirubah melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan tersebut, terhadap tindakan dumping dikenakan sanksi berupa Bea Masuk Anti Dumping BMAD. Adapun syarat dikenakannya Bea Masuk Anti Dumping adalah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, yaitu: 116 Bea Masuk Antidumping dikenakan terhadap barang impor dalam hal: a. Harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya; dan b. Impor barang tersebut: 1. Menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang yang sejenis dengan barang tersebut; 2. Mengecam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang yang sejenis dengan barang tersebut; dan 3. Menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri. Adapun mengenai kerugian terhadap industri dalam negeri sebagaimana yang dimaksud dalam hal ini adalah kerugian yang diderita oleh industri dalam negeri yang mana faktor-faktor ekonomi dari perusahaan negara pengimpor mengalami kerugian secara materiil akibat tindakan dumping. Misalnya terjadi penurunan penjualan, keuntungan, pangsa pasar, produktivitas, return on investment, atau utilitasi 115 Yulianto Syahyu, loc. cit., hlm. 95. 116 Pasal 18 Undang-Undang Nomo 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Universitas Sumatera Utara kapasitas; faktor-faktor yang mempengaruhi dalam negeri; margin dumping, pengaruh negatif pada arus kas, persediaan, tenaga kerja, upah, pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal, atau investasi. 117 Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk mengetahui terjadinya kerugian secara materil. Pada dasarnya dumping dilarang karena dianggap selalu dapat merugikan negara. Akan tetapi, tidak semua tindakan dumping merugikan negara importir dan menguntungkan negaranya. Oleh karena itu, harus dapat dibuktikan adanya hubungan sebab akibat antara kerugian materiil yang dialami industri domestic negara pengimpor yang disebabkan oleh produk impor yang dijual dengan harga dumping atau karena faktor lain. Pengungkapan hubungan kausalitas antara impor melalui praktik dumping dengan kerugian industri dalam negeri dapat diketahui dengan cara menganalisa volume dan pengaruh impor melalui praktik dumping pada harga produk industri dalam negeri di pasar domestik untuk produk sejenis. Apabila volume impor melalui praktik dumping mengalami peningkatan, sedangkan pangsa pasar produk industri dalam negeri di pasar domestik semakin menurun, volume impor dumping tersebut secara langsung turut mempengaruhi berkurangnya pangsa pasar produk industri dalam negeri. Selain itu, jika harga impor melalui dumping berada dibawah harga produk industri dalam negeri, dan atau harga produk industri dalam negeri mempunyai kecenderungan menurun secara terus-menerus selama periode tiga tahun 117 Christhophorus Barutu, loc.cit., hlm. 45. Universitas Sumatera Utara karena tekanan harga impor dumping tersebut, dan atau produk industri dalam negeri tidak dapat terjual dengan harga di atas biaya produksi, maka harga impor melalui dumping tersebut secara langsung mempengaruhi harga produk industri dalam negeri. 118

3. Countervailing