Perlindungan Pasar dan Produk Industri Dalam Negeri

Pembahasan sektoral ini bertujuan untuk memetakan kondisi masing-masing sektor secara akurat, mengidentifikasikan permasalahan secara jelas, dan menyusun rekomendasi kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi sektor yang bersangkutan. Tim teknis yang dibentuk fokus kepada penguatan daya saing global, pengamanan pasar domestik, serta penguatan ekspor. 193 Kebijakan pemerintah dalam upaya melindungi industri dalam negeri dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Perlindungan Pasar dan Produk Industri Dalam Negeri

Mekanisme perlindungan pasar dan produk industri dalam negeri dilakukan dalam rangka melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk impor China melalui serangkaian tindakan sebagaimana diatur dalam ketentuan ACFTA. Tindakan pengamanan pasar domestik tersebut berupa: a. Tindakan Pengamanan Safeguard Dengan dampak kerugian yang nyata bagi Indonesia akibat ACFTA dengan membanjirnya produk impor China maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Safeguard, yakni pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan BMTP. Ada 7 produk yang dikenakan safeguard, produk-produk tersebut yaitu: 1. Produk keramik untuk sajian makan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01PMK.0102006 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Keramik Tableware; 193 Ibid. Universitas Sumatera Utara 2. Dekstos mono hidrad yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 133Pmk.0112009 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Dextrose Monohydrate; 3. Kawat bindrat, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57PMK.0112011 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Kawat Bindrat; 4. Kawat seng, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56PMK.0112011 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Kawat Seng; 5. Kawat baja dua jenis, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 54PMK.0112011 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Tali Kawat Baja Steel Wire Ropes Dengan Pos Tarif 7312.10.90.00 dan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 55PMK.0112011 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Tali Kawat Baja Steel Wire Ropes Dengan Pos Tarif Ex 7312.10.10.00; 6. Dan kain tenun dari kapas, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58PMK.0112011 Tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Produk Berupa Kain Tenunan Dari Kapas Yang Dikelantang Universitas Sumatera Utara Dan Tidak Dikelantang Woven Fabrics Of Cotton, Bleached And Unbleached. 194 b. Pengawasan Dumping Hasil survei Kementerian Perindustrian terhadap setahun pelaksanaan ACFTA menemukan praktik dumping puluhan produk impor China, terdapat 190 barang impor China, sebanyak 38 produk harga jualnya di Indonesia lebih murah dibanding harga jual di pasar domestik China sendiri. 195 Meskipun demikian penegakkan instrumen antidumping yang dilakukan pemerintah terhadap produk- produk tersebut tampak kurang optimal. Sebab hanya ada 3 produk saja yang baru dikenakan Biaya Masuk Anti Dumping melalui Peraturan Menteri Keuangan. Ketiga produk tersebut yaitu: Hot Rolled Coil yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39.1Pmk.0112008 Tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Hot Rolled Coil Dari Negara China, India, Taiwan, Dan Thailand; Baja China, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 195PMK.0112010 Tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor H Section Dan I Section Dari Negara Republik Rakyat Tiongkok; dan Polyester Staple Fiber yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 196PMK.0112010 Tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping 194 Yudho Winarto, “Dampak ACFTA Mendag: Masih Banyak Pekerjaan Rumah Terkait Pengamanan Produk Dalam Negeri”, http:nasional.kontan.co.idv2read130262082064709Mendag-Masih-banyak-pekerjaan-rumah- terkait-pengamanan-produk-dalam-negeri, diakses tanggal 23 Juni 2011. 195 Administrator, “Dumping China, Pemerintah Siapkan Sejumlah Aksi Hadapi Dumping China”, http:lifestyle.kontan.co.idv2read130157492863594Pemerintah-siapkan-sejumlah-aksi- hadapi-dumping-China, diakses tanggal 23 Juni 2011. Universitas Sumatera Utara Terhadap Impor Polyester Staple Fiber Dari Negara India, Republik Rakyat Tiongkok, Dan Taiwan. Selain itu, kekurangoptimalan pemerintah juga tampak dari kebijakan pemerintah menerapkan Bea Masuk Anti-Dumping melalui Peraturan Menteri Keuangan sering kurang cermat sehingga justru menambah kesulitan bagi pelaku usaha di sektor tertentu seperti dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39.1PMK.0112008 Tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Hot Rolled Coil Dari Negara China, India, Taiwan, Dan Thailand, dimana pemerintah menetapkan bea masuk anti dumping untuk China dan India terlalu umum atau kurang spesifik sehingga mengakibatkan produk yang belum dapat diproduksi dalam negeri akan kena biaya tambahan akibat Bea Masuk Anti Dumping. 196 c. Penerapan Wajib Standarisasi SNI Standarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus perdagangan, melindungi kepentingan masyarakat luas, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri. Peran standarisasi menjadi semakin nyata setelah liberalisasi dalam perdagangan menjadi bagian tak terhindarkan dari perkembangan perekonomian dunia. 197 Saat ini jumlah SNI yang diberlakukan secara wajib 196 Nugraha Soekmawidjaja dalam Administrator, “Kadin Nilai BM Baja Ganggu Industri Hilir”, http:202.52.131.11node564064, diakses tanggal 7 Juli 2011. 197 Eddy Herjanto, “Standarisasi: Peran dan Perkembangannya Dalam Memfasilitasi Perdagangan Di Indonesia”, http:pascasarjana.esaunggul.ac.idindex.php?option=com_contentview=articleid=149:standaris asi-peran-dan-perkembangannya-dalam-memfasilitsi-perdagangan-di- indonesiacatid=57:artikelItemid+80, diakses tanggal 23 Juni 2011. Universitas Sumatera Utara berjumlah 211 standar, yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian 72 standar, Menteri Pertanian 121 standar dan Menteri ESDM 18 standar. Namun dari hasil evaluasi lebih lanjut lebih dari setengahnya tidak layak dijadikan peraturan teknis karena berupa metoda uji, proses, atau merupakan produk usaha kecil pertanianperikanan yang tidak mungkin diatur penerapannya, sehingga diperlukan revisi terhadap peraturan teknis terkait. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan negara lain pada umumnya. 198

2. Penguatan Daya Saing Produk Industri Dalam Negeri