Aspek Hukum Perlindungan Industri Dalam Negeri dalam Kerangka

Jika dicermati, kedudukan Indonesia dalam kesepakatan ACFTA bila dilihat dari dalam pertumbuhan industri bahkan ketahanan terhadap dampak negatif pemberlakuan ACFTA tidaklah pada posisi yang kuat. Bahkan lebih lemah dibanding dengan negara-negara tetangga Indonesia sendiri seperti Singapura, Malaysia, Filiphina bahkan Thailand. Dalam kerangka ACFTA, terlihat bahwa industri dalam negeri khusnya sektor manufaktur dirugikan sebab tidak memiliki daya saing. 91 Pelaksanaan ACFTA sejak satu tahun yang lalu memperlihatkan ketidaksiapan Indonesia dalam pemberlakuan ACFTA ini.

D. Aspek Hukum Perlindungan Industri Dalam Negeri dalam Kerangka

ACFTA Semangat yang dimiliki Indonesia dan negara berkembang lainnya dalam mengikutsertakan dirinya dalam WTO sebagai organisasi perdagangan dunia didasarkan antara lain oleh harapan untuk mendorong terciptanya perdagangan dunia yang bebas dari hambatan secara menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut, tanpa adanya perjanjian yang mengikat secara multilateral, dalam keadaan dan juga kenyataan bahwa semua negara di dunia menerapkan berbagai macam kebijakan untuk 91 Kerugian industri nasional akibat implementasi ACFTA tampak dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Institute for Global Justice. Menurut hasil penelitian Institute for Global Justice, sepanjang tahun 2006-2008 tercatat 1.650 industri nasional mengalami kebangkrutan akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor China dan sebanyak 140.584 tenaga kerja terpaksa kehilangan pekerjaan karena perusahaan gulung tikar, lihat. Administrator, “Minta ACFTA Distop Untuk Sementara”, http:bataviase.co.idnode644345, diakses tanggal 22 Juni 2011. Universitas Sumatera Utara melindungi negaranya masing-masing dari gejolak pasar dunia sampai saat ini, tatanan perdagangan yang tanpa distorsi mustahil tercapai. 92 Dalam hal ini negara berkembang menyadari bahwa tingkat kematangan ekonomi dan pertumbuhan pembangunan antar negara anggota tidaklah sama. Berkaitan dengan hal ini, berbagai pasal dan ayat dalam dokumen perundingan, mengakui adanya perbedaan antar negara sehingga negara berkembang sebetulnya berhak mendapatkan berbagai pengecualian-pengecualian. Ini tampak dalam Pasal XXXVI GATT 1994 ayat 3 yang menyebutkan perlunya upaya-upaya positif yang ditujukan untuk menjamin negara berkembang mendapat bagian yang pasti dalam pertumbuhan perdagangan internasional bersamaan dengan pembangunan perekonomian. 93 Hal inilah yang melatarbelakangi pengaturan mekanisme perlindungan industri dalam negeri dalam ketentuan GATTWTO. Dengan perkiraan jumlah penduduk yang mencapai 1,7 miliar jiwa, secara populasi ACFTA merupakan FTA terbesar di dunia. Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN dengan penduduk paling besar tentu akan menjadi sasaran utama bagi ekspansiperluasan produk-produk China. Terlebih dengan meningkatnya proteksionisme pada sejumlah negara-negara mitra dagang utama China, Amerika Serikat, Jepang dan Eropa, Rusia serta beberapa negara lain, mengakibatkan volume 92 Budiman Hutabarat dan Bambang Rahmanto, “Aturan Dan Mekanisme Perlindungan Terhadap Dampak Liberaslisasi Perdagangan Untuk Siapa?”, http:pse.litbang.deptan.go.idindpdffilesFAE25-1e.pdf, diakses tanggal 22 Juni 2011. 93 Ibid. Universitas Sumatera Utara perdagangan China mengalami kemerosotan. ACFTA menjadi momentum bagus bagi China mengembalikan surplus perdagangan luar negerinya. 94 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa ACFTA merupakan salah satu produk kapitalisme. Maka, sesungguhnya kesepakatan tersebut juga sama dengan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas lainnya yang lebih mengakomodir kepentingan pihak yang kuat, yaitu negara- negara maju yang dalam hal ini adalah negara China, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Sebagaimana dalam perjanjian-perjanjian perdagangan bebas lainnya, pihak yang lemah cenderung dirugikan akibat dampak negatif dari pemberlakuan kesepakatan perdagangan bebas tersebut. Berkaitan dengan pemberlakuan ACFTA di Indonesia, tampak jelas bahwa industri dalam negeri semakin terpuruk akibat membanjirnya produk China. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan bagi industri dalam negeri yang terkena dampak negatif pemberlakuan ACFTA. Berdasarkan hal tersebut, konsep perlindungan yang dimaksud disini adalah menyangkut perlindungan hukum yang diberikan negara dalam melindungi industri dalam negerinya dari dampak negatif pelaksanaan kesepakatan ACFTA. Pengaturan hukum mengenai perlindungan industri dalam negeri dalam ACFTA diatur dalam Article 3 8 f and g Trade In Goods Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Beetween the Association of South Asian Nations and the People’s Republic of China yang diratifikasi dalam Keppres Nomor 94 Edy Burmansyah, “ACFTA dan Perlindungan Industri Nasional-Bagian 1”, http:www.theglobal-review.comcontent_detail.php?lang=idid=1568type=4, diakses tanggal 24 April 2011. Universitas Sumatera Utara 48 Tahun 2004 Tentang Persetujuan Kerangka Kerja Mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh Antara Negara-Negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan Republik Rakyat China, Pasal 3 angka 8 f. Tindakan-tindakan dalam upaya perlindungan hukum yang diperbolehkan bagi industri dalam negeri tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Safeguard Pengamanan Perdagangan.