3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan library research untuk mendapatkan konsepsi teori
atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-
undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.
4. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dimana seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini, dikumpulkan
dengan mempergunakan studi dokumen. Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data dan atau
dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah
ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah dipilih.
38
5. Analisis Data
Dilakukan secara kualitatif, yakni suatu bentuk analisa yang tidak bertumpu pada angka-angka melainkan pada kalimat-kalimat. Bahan hukum yang diperoleh
akan dipilah-pilah, dikelompokkan dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu rangkaian yang sistematis yang akan dipergunakan untuk membedah dan
38
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007, hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
menganalisis permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini melalui interpretasi dan abstraksi bahan-bahan hukum yang tersedia.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai
titik tolak untuk melakukan penelitian. Dengan demikian teori digunakan sebagai alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak
langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah dalam perlindungan hukum terhadap industri dalam negeri dalam ACFTA.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI
DALAM RANGKA ASEAN CHINA FREE TRADE AGREEMENT ACFTA
Arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan perdagangan telah membawa dampak
yang cukup luas pada perekonomian Indonesia. Dampak dari arus globalisasi ekonomi ini lebih terasa lagi setelah dikembangkannya prinsip liberalisasi
perdagangan trade liberalization yang telah diupayakan dan didukung secara bersama-sama oleh negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi
regional.
39
ASEAN yang merupakan salah satu kerjasama regional merupakan bentuk kekuatan baru di benua Asia, karena menjadi salah satu kawasan dengan jumlah
potensi pasar terbesar di dunia. Hal ini tentunya menarik minat negara-negara lain yang ingin
mengembangkan potensi kerjasama mereka di wilayah Asia. Terlebih lagi rencana terbesar ASEAN yang akan membentuk ASEAN Economic Community AEC yang
membawa kerjasama ekonomi ke arah yang lebih luas yaitu dalam satu kerangka komunitas ASEAN. Salah satu negara besar yang menunjukkan komitmen
kerjasamanya sebagai mitra ASEAN adalah negara China, yang secara konkrit diimplementasikan dalam Perjanjian Kerjasama Perdagangan Bebas antara ASEAN
dengan China.
40
39
Bismar Nasution, op. cit., hlm. 7.
40
Saepudin, “Analisis Peluang dan Tantangan Serta Langkah Pemerintah Indonesia Terhadap Implementasi Penuh ASEAN-China FTA”, http:saepudinonline.wordpress.com20110325analisis-
Universitas Sumatera Utara
A. Kesepakatan ASEAN China Free Trade Agreement ACFTA
1. Latar Belakang ACFTA
Sejak didirikan pada tahun 1967, ASEAN memang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara. Untuk tujuan tersebut, negara-negara anggota ASEAN telah berusaha untuk saling membantu dalam usaha-usaha yang menjadi
perhatian dan kepentingan bersama dari negara-negara anggota ASEAN, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan termasuk masalah-masalah sosial, kebudayaan
dan ilmu pengetahuan antara lain dengan memanfaatkan secara efektif berbagai sektor seperti pertanian dan industri serta memperluas perdagangan mereka, termasuk
perdagangan komoditi internasional.
41
Negara-negara anggota ASEAN juga bertekad untuk memerangi kemelaratan, kelaparan, penyakit dan buta huruf sebagai perhatian utama bagi negara-negara
anggotanya. Untuk itu, ASEAN telah berusaha mengadakan kerjasama secara intensif di bidang ekonomi dan pembangunan sosial dengan mengutamakan peningkatan
sosial dan perbaikan tingkat kehidupan rakyat di kawasan Asia Tenggara. Dalam KTT ASEAN di Bali tahun 1976 khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan
peluang-dan-tantangan-serta-langkah-pemerintah-indonesia-terhadap-implementasi-penuh-asean- china-fta, diakses tanggal 14 Mei 2011.
41
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum internasional, Jakarta: PT. Tatanusa, 2007, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
telah ditetapkan suatu program aksi sebagai kerangka untuk kerja sama ASEAN antara lain:
42
a. Kerjasama mengenai komoditi dasar, khususnya makanan dan energi b.
Kerjasama di bidang industri c.
Kerjasama di bidang perdagangan d.
Pendekatan bersama dalam menghadapi masalah komoditi internasional dan masalah ekonomi dunia lainnya
e. Mekanisme untuk kerjasama ekonomi.
Lingkungan ekonomi baik domestik maupun internasional telah mengalami perubahan yang cepat dan telah menimbulkan tantangan-tantangan bagi ASEAN.
Walaupun sistem perdagangan global masih terbuka, kecenderungan timbulnya hambatan-hambatan tetap merupakan tantangan bagi ASEAN. Terlebih dengan
semakin banyaknya pengelompokan-pengelompokan ekonomi secara cepat menyebar, seperti Pasaran Tunggal Eropa dan NAFTA. Hal ini jelas mempengaruhi
sistem perdagangan internasional karena pengelompokan semacam itu bertujuan untuk meningkatkan rejim ekonomi internasional yang terbuka, yang hanya akan
mendorong kerja sama ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Perjanjian perdagangan regional RTA ini tumbuh karena bersifat lebih
mudah dan aplikatif karena tidak melibatkan terlalu banyak negara serta kepentingannya seperti yang terjadi di WTO. Kesulitan yang dihadapi untuk
menciptakan sistem perdagangan multilateral tersebutlah yang mendasari ketentuan pasal 24 ketentuan GATT tentang diperbolehkannya pembentukkan kerjasama-
42
Joint Communique Meeting of the second ASEAN economic Government, Bali 23-24 February 1976, sebagaimana dikutip dalam Sumaryo Suryokusumo, ibid.
Universitas Sumatera Utara
kerjasama regional di bidang perdagangan. Ketentuan Pasal 24 GATT memberi persyaratan bahwa pembentukan perjanjian perdagangan regional Regional Trade
Agreement RTA tersebut tidak menjadi rintangan bagi perdagangan multilateral.
43
Hal inilah yang mendasari ASEAN mengambil langkah-langkah baru untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan industri yaitu dengan mencari
mekanisme-mekanisme baru ke arah tercapainya harmonisasi dan integrasi ekonomi yang dapat menjamin lancarnya perdagangan dan investasi ASEAN.
44
Pada tahun 1991 para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN atau yang dikenal dengan AFTA yang pembentukannya
berlangsung selama 10 sepuluh tahun. Sebuah lembaga setingkat menteri dibentuk untuk mengawasi, mengkoordinasikan, dan mengkaji pelaksanaan program menuju
AFTA. Adapun isi persetujuannya berupa kerangka dalam meningkatkan kerja sama ekonomi ASEAN Framework Agreement on Exchanging ASEAN Economic
Coorporation- FAEAEC yang ditandatangani presiden dan perdana menteri tiap-tiap negara ASEAN pada bulan Januari 1992.
45
Kelahiran AFTA ini merupakan upaya dari ASEAN untuk melindungi kepentingan negara anggota dalam perdagangan multilateral yang didominasi oleh
negara-negara maju. Berdasarkan kesadaran tersebut, maka terkesan bahwa AFTA
43
Saepudin, “Perjanjian Perdagangan Regional RTA Dalam Kerangka World Trade Organization WTO: Studi Kasus ASEAN Free Trade Area AFTA”,
http:saepudinonline.wordpress.com20110505perjanjian-perdagangan-regional-rta-dalam- kerangka-world-trade-organization-wto-studi-kasus-asean-free-trade-area-afta, diakses tanggal 20
Juni 2011.
44
Sumaryo Suryokusumo, op. cit., hlm. 15-16.
45
R. Hendra Halwani, loc.cit., hlm. 214.
Universitas Sumatera Utara
merupakan usaha ASEAN melakukan proteksi terhadap pasar regionalnya. Kesan- kesan tersebut juga timbul atas perjanjian perdagangan regional yang lainnya.
46
AFTA merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya
saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia. Tujuan lain adalah menciptakan pasar regional bagi 500 juta
penduduknya.
47
Persetujuan induk itu merupakan payung dari seluruh kerangka kerja sama ekonomi ASEAN. Jalan menuju AFTA ditempuh melalui mekanisme yang disebut
CEPT Common Effective Prefenrential Tariff. Setiap negara akan menurunkan tarif bea masuk atau mengurangi restriksi non tarif bagi sesama negara ASEAN,
khususnya untuk produk yang masuk dalam kesepakatan yang berlaku di ASEAN.
48
Skema CEPT merupakan skema untuk satu tujuan yaitu mewujudkan AFTA melalui: penurunan tarif hingga menjadi 0-5, penghapusan pembatasan kwantitatif dan
hambatan-hambatan non tarif lainnya.
49
Target AFTA adalah pengurangan tarif, bahkan menuju zero tariffs rate sebelum tahun 2003. Pemberlakuan kesepakatan AFTA terhadap enam negara
penandatangan secara serentak akan efektif pada tahun 2010 sedangkan untuk
46
Saepudin, loc.cit.
47
Noviansyah Manap dikutip dari Martin Khor, Memperdagangkan Kedaulatan: Free Trade Agreement dan Nasib Bangsa, Yogyakarta: Insist Press, 2010, hlm. 209.
48
Ibid.
49
Adminiatrator, “AFTA dan Implementasinya”, http:www.depdag.go.idfilespublikasidjkipiafta.htm, diakses tanggal 20 Juni 2011.
Universitas Sumatera Utara
Vietnam tahun 2013, Laos dan Myanmar 2015, dan kamboja pada tahun 2017. Pada waktu yang ditentukan tersebut semua produk harus masuk ke dalam skema CEPT.
50
Belakangan, persyaratan sistem perdagangan bebas dunia barat terasa memberatkan negara ASEAN dan di sisi lain, dunia barat merasakan ASEAN
menjadi pesaing tangguh di dunia, terutama di tahun 1980-an dan 1990-an. Bank Dunia kemudian menyebutnya sebagai ‘macan-macan ekonomi’ atau dikenal juga
dengan sebutan ‘Asia Four Dragon’. Bank Dunia menyatakan bahwa kemajuan ekonomi Asia Tenggara dengan cepat dapat menjadi ekonomi maju. Para pemimpin
negara-negara Asia menjelaskan bahwa keberhasilan ekonomi yang sangat mengesankan tersebut berakar dalam nilai-nilai Asia yang sangat berbeda dengan
nilai-nilai dunia Barat.
51
Pada tahun 1996, China secara resmi menjadi salah satu dialog partner serta mitra strategis bagi ASEAN, dan pada bulan November tahun 2000 bertepatan
dengan diadakan KTT ASEAN-China, seluruh kepala negara menyepakati gagasan pembentukan ACFTA yang dilanjutkan dengan pembentukan ASEAN-China
Economic Expert Group pada bulan Maret 2001. Kerjasama dengan China tidak dipungkiri merupakan potensi pengembangan pasar yang sangat besar bagi kurang
lebih 1,3 milyar penduduk China yang merupakan potensi sebagai FTA terbesar didunia secara populasi dan terbesar ketiga di dunia secara ekonomi tersebut
membuat kepala negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk menandatangani
50
Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 152.
51
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between ASEAN and The PRC pada bulan November tahun 2002, yang diratifikasi oleh pemerintah
pada tahun 2004 dalam bentuk Keppress yaitu Keppres Nomor 48 Tahun 2004 tentang Persetujuan Kerangka Kerja Mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh
Antara Negara-negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Republik Rakyat China, dalam hal ini negara Indonesia diwakili oleh Presiden Megawati
Sukarnoputri.
52
Selama 2 dua tahun perundingan berjalan, akhirnya kesepakatan ACFTA pun disepakati dan ditandai dengan adanya penandatanganan Agreement on Trade in
Goods pada bulan November tahun 2004, Indonesia pada saat itu diwakili oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.
53
Terdapatnya perbedaan dalam tingkat perkembangan ekonomi di kalangan negara sekawasan, selamanya merupakan kendala utama dalam usaha mewujudkan
Wilayah Perdagangan Bebas yang mengharuskan dihapuskannya semua hambatan perdagangan, terutama bea masuk antara anggota untuk menggalakkan perdagangan
intra-regional.
54
Interaksi ekonomi antarnegara pasca-Perang Dunia II mengalami perubahan yang cukup berarti. Interaksi ekonomi dulu hanya sekedar didasari aspek kebutuhan
52
Andri Gilang Nugraha, “Tantangan dan Peluang serta Langkah-Langkah yang Dilakukan Pemerintah Indonesia Terhadap Implementasi Penuh ASEAN-China Free Trade Agreement
ACFTA”, http:ditjenkpi.depdag.go.idUmumSetditjenBuletin202010Full2002.pdf, diakses tanggal 9 Juni 2011.
53
Ibid.
54
M. Sabir, ASEAN Harapan dan Kenyataan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992, hlm. 230-231.
Universitas Sumatera Utara
akan adanya barang dari suatu negara terhadap negara lain, tetapi sekarang lebih dari sekedar itu, yakni adanya aspek persaingan antara satu negara dan negara lain. Aspek
persaingan inilah yang nantinya akan menentukan apakah negara tersebut mampu mengambil keuntungan ataukah tidak.
55
2. Isi Kesepakatan ACFTA