Posisi Indonesia dalam ACFTA

perdagangan ASEAN itu harus sama homogen. Pasal itu menjadi landasan bagi ASEAN untuk melakukan perdagangan bebas dengan negara-negara di luar kawasan. 88

C. Posisi Indonesia dalam ACFTA

Perdagangan bebas menyatukan dunia dalam distribusi barang. Tidak ada diskriminasi antara barang impor dengan produk domestik. Sebelum penerapan perdagangan bebas, barang impor akan dikenai pungutan negara berupa bea masuk. Pengenaan bea masuk ini menjadikan barang impor mengalami kenaikan harga. ACFTA yang merupakan persetujuan antara negara-negara anggota ASEAN dan China merupakan kesepakatan yang bersifat regional. Oleh karena itu, dengan ikut menandatangani kesepakatan tersebut, maka Indonesia terikat dalam sebuah perjanjian internasional yang tentunya harus dilaksanakan. Meskipun, ternyata dalam implementasinya telah memberikan dampak yang tidak baik bagi beberapa sektor industri nasional. 89 Indonesia semestinya lebih matang mempertimbangkan keputusan untuk menyetujui kesepakatan ACFTA tersebut yaitu pada tahun 2002 yang lalu saat 88 Salamuddin Daeng dikutip dalam Administrator, “UU Ratiifikasi Piagam ASEAN Diuji ke MK”, http:hukumonline.comberitabacalt4dc2cf078aa3euu-ratifikasi-piagam-asean-diuji-ke-mk-, diakses tanggal 26 Mei 2011. 89 Dampak negatif dalam pelaksanaan ACFTA yang dimaksud adalah terhadap sektor-sektor industri yang tidak mampu bersaing dengan produk China. Sektor-sektor industri tersebut khusnya adalah bidang sektor industri manufaktur atau sektor non migas. Hal ini disebabkan karena produk impor China memiliki similaritas dengan produk industri nasional sehingga dengan membanjirnya produk impor China yang lebih murah daripada produk industri nasional mengakibatkan produk industri nasional kalah bersaing bahkan untuk pasar domestik. Universitas Sumatera Utara kesepakatan tersebut ditandatangani. Sebab pada kenyataannya China adalah pemain global yang sangat kuat saat ini. Ditengah dunia digempur krisis keuangan global, China justru mengalami kelebihan devisa yang luar biasa yang diperoleh dari surplus perdagangannya. Tahun-tahun kedepan China akan mengalami surplus perdagangan yang lebih besar lagi khususnya terhadap ASEAN dan Indonesia. Diperkirakan angka impor Indonesia akan mencapai 104,038 miliar dollar AS dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya sebesar 68,6 miliar dollar AS. Sebab pada tahun 2004 hingga tahun 2008 neraca perdagangan tumbuh negatif dengan rata-rata pertumbuhan -17,96 dimana sektor manufaktur berkontribusi paling besar terhadap defisit tersebut dengan pertumbuhan -11,69. Sedangkan pertumbuhan ekspor rata- rata hanya mencapai 17,18, berada jauh dibawah rata-rata pertumbuhan impor yang mencapai 25,83. Hal ini berpotensi menjadikan Indonesia sebagai negara net importer. 90 Adapun faktor yang menjadi keunggulan Indonesia dalam ACFTA adalah ekspor yang berbasis kepada sumber daya alam dan bukan produk manufaktur. Sebaliknya, China sangat unggul dalam ekspor produk olahan dan barang jadi. Berdasarkan hal ini, tampak bahwa ACFTA merupakan ancaman bagi industri manufaktur di Indonesia sebab produk impor China yang masuk ke Indonesia memiliki similaritas dengan produk hasil industri dalam negeri. 90 Rully Indrawan, Percepatan Reformasi Birokrasi Dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa Di Era ACFTA, disampaikanpada pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXVIII, LAN, 14 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara Jika dicermati, kedudukan Indonesia dalam kesepakatan ACFTA bila dilihat dari dalam pertumbuhan industri bahkan ketahanan terhadap dampak negatif pemberlakuan ACFTA tidaklah pada posisi yang kuat. Bahkan lebih lemah dibanding dengan negara-negara tetangga Indonesia sendiri seperti Singapura, Malaysia, Filiphina bahkan Thailand. Dalam kerangka ACFTA, terlihat bahwa industri dalam negeri khusnya sektor manufaktur dirugikan sebab tidak memiliki daya saing. 91 Pelaksanaan ACFTA sejak satu tahun yang lalu memperlihatkan ketidaksiapan Indonesia dalam pemberlakuan ACFTA ini.

D. Aspek Hukum Perlindungan Industri Dalam Negeri dalam Kerangka