1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan guru di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat akhir-akhir
ini sering mendapat sorotan tajam, setidaknya seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Fuad Hasan dalam satu dialog interaktif TVRI bahwa hanya 30 guru-
guru masa kini yang layak mengajar www.mentawai.org. Terlepas dari pro dan kontra terhadap kebenaran hasil penelitian tersebut, bahwa eksistensikeberadaan
dan keprofesionalan guru di sekolah dalam mengajar telah dipertanyakan, lebih- lebih jika dihubungkan dengan kualitas pendidikan nasional kita yang dirasakan
hampir setiap lini pendidikan. Merosotnya Kualitas pendidikan nasional kita menjadi salah satu dampak dari rendahnya motivasi guru dalam mengajar.
Penurunan gairah dan kemauan guru mengajar akan berdampak terhadap hasil pendidikan, hal ini akibat dari dampak krisis ekonomi, krisis politik, krisis
kepercayaan yang melanda bangsa kita sejak tahun 1997 lalu, yang hingga saat ini belum menunjukan tanda-tanda pulih. Reformasi juga telah menggeliatkan
guru melalui demonstrasi besar-besaran menuntut pemerintah agar memperbaiki nasib dan kesejahteraan guru. Namun demikian, pemerintah lebih banyak diam
ketimbang memperhatikan aspirasi guru. Sikap kurang tanggapnya pihak-pihak terkait terhadap nasib guru tentu akan mendorong timbulnya krisis motivasi guru
dalam mengajar.
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Selain itu ada beberapa faktor lain yang di duga menjadi penyebab: 1 gaji guru yang rata-rata rendah dan belum memadai, akibatnya guru mencari alternatif
sumber penghasilan lain, 2 kejenuhan birokrasi mengurus pindah tugas, berhubungan dengan penempatan guru di daerah, 3 peluang kecil bagi
peningkatan karir, 4 kecenderungan mengambil kredit cicilan di bank sehingga gaji yang diterima tiap bulannya relatif kecil, dan 5 kekurangan kepala sekolah
untuk menjadi teladanpanutan www.mentawai.org. Dalam kehidupan sehari-hari, semua manusia pasti akan melakukan sesuatu
yang berguna bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya. Karena itu, manusia harus berusaha dan bekerja keras agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Guru,
yang adalah manusia juga demikian. Salah satu usaha yang dilakukannya adalah dengan melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru, yakni mengajar.
Kehidupan seorang guru dalam kesehariannya secara umum tidak jauh berbeda dengan manusia lainnya yang tidak menjadi guru.
Di Indonesia, gaji guru sudah diatur berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 2001, tanggal 18 Mei 2001. Artinya semua guru memperoleh
gaji yang sama sesuai dengan golongan kepangkatan, masa kerja, tempat bertugas, dan statusnya. Demikian pula tunjangan profesi diberikan berdasarkan
fungsi jabatannya. Berbicara lebih jauh mengenai gaji yang diterima oleh guru, misalnya yang
diterima berjumlah relatif kecil, maka dapat kita perkirakan atau pastikan bahwa dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya guru akan melakukan usaha lain. Ini
3
ditempuh oleh sebagian guru yang merasa bahwa gajinya sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Meskipun hak dan kewajiban guru telah diatur dalam undang-undang, namun dalam pelaksanaannya kadang terjadi penyimpangan. Misalnya, kenaikan
pangkat yang terlambat kasus Mahsum, Kompas, 27 Agustus 2002, insentif guru dimanipulasi Rakyat Bengkulu, 13 Agustus 2002, tuntutan kenaikan
tunjangan guru Kompas, 14 Agustus 2001. Menurut Ellis 1994: 2-3, hak dan kewajiban guru bersifat fungsional. Hal ini berarti bahwa bila hak yang diperoleh
guru memenuhi kepuasan, maka ia akan memenuhi kewajibannya dengan baik. Sebaliknya, bila hak tidak sesuai dengan harapannya, maka kewajiban yang
dilaksanakan menjadi kurang optimal. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kualitas kinerja guru dan hasil belajar sisiwa.
Sehubungan dengan penempatan guru, ada kenyataan bahwa terjadi kecenderungan penempatan guru di desa tidak merata. Artinya, penempatan guru
di daerah perkotaan lebih banyak dari pada di pedesaan. Selain itu, di pedesaan sering ditemui kasus guru PNS yang hanya muncul beberapa kali sebulan untuk
mengambil gaji karena mereka tinggal di kota atau tempat lain untuk “nyambi” usaha Kompas, 20 Juli 2004. Kondisi yang demikian tentu akan berdampak
pada terabaikannya tugas utama yang harus diemban oleh guru. Guru menjadi malas atau tidak ada motivasi mengajar, dengan alasan lokasi sekolah jauh dari
tempat tinggal guru yang bersangkutan. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengusahakan berbagai upaya, salah satunya dengan membangun
perumahan bagi guru di sekitar lokasi sekolah. Apakah usaha pemerintah ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berhasil? Kenyataan yang terjadi sepertinya masih belum. Alasannya adalah sarana dan prasarana perumahan atau tempat tinggal yang difasilitasi oleh
pemerintah tersebut dinilai tidak memadai. Para guru lebih cenderung untuk tinggal di rumah sendiri, yang kebanyakan letaknya berada jauh dari lokasi
sekolah. Berdasarkan uraian dan beberapa kasus yang disebutkan di atas, dapat kita
tarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi mengajar guru. Namun demikian, tinggi rendahnya pengaruh faktor-faktor yang
dimaksud terhadap motivasi mengajar guru belum bisa dipastikan. Oleh karena
itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Besarnya Gaji, Beban Pengeluaran Keluarga, dan Jarak Tempat Tinggal terhadap Motivasi
Mengajar Guru.
B. Identifikasi Masalah