Pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru : studi kasus pada guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landok, Kalimantan Barat.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH BESARNYA GAJI, BEBAN PENGELUARAN KELUARGA, DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP

MOTIVASI MENGAJAR GURU

Studi Kasus pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat

Gregorius Kia Labaketoy Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru; (2) pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru; (3) pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru; dan (4) pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru

Penelitian ini dilaksanakan pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat pada bulan Juni 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 211 orang. Jumlah sampel adalah 165 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi linear sederhana dan regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru (r = 0,090; ρ = 0,251 > α = 0,050); (2) tidak ada pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru (r = 0,033; ρ = 0,673 > α = 0,050); (3) tidak ada pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru (r = 0,017; ρ = 0,831 > α = 0,050); dan (4) tidak ada pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru (R = 0,102; ρ = 0,641 > α = 0,050).


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SALARY EARNED, FAMILY EXPENSES, AND THE DISTANCE OF LIVING TOWARD TEACHER’S MOTIVATION

A Case Study on Teachers of State Elementary School in Mandor District, Landak Regency, West Kalimantan

Gregorius Kia Labaketoy Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of this research are to know the effect of: (1) the salary earned toward teacher’s motivation; (2) family expenses toward teacher’s motivation; (3) the distance of living toward teacher’s motivation; and (4) the salary earned, family expenses, and the distance of living toward teacher’s motivation.

This research done on Teachers of State Elementary Schools in Mandor District, Landak Regency, West Kalimantan in June 2007. The population of the research was 211 people. The samples were 165 people. The samples taken by purposive sampling technique. The technique of collecting the data was questionnaire. The techniques of analyzing the data were simple linear regression equation model and multiple linear regression equation model.

The result of the research shows that: (1) how much the salary earned doesn’t influence the motivation of the teachers (r = 0,090; ρ = 0,251 > α = 0,050); (2) family expenses do not influence the motivation of the teachers (r = 0,033; ρ = 0,673 > α = 0,050); (3) the distance of living doesn’t influence the motivation of the teachers (r = 0,017; ρ = 0,831 > α = 0,050); (4) how much the salary earned, family expenses, and the distance of living do not influence the motivation of the teachers (R = 0,102; ρ = 0,641 > α = 0,050).


(3)

PENGARUH BESARNYA GAJI, BEBAN PENGELUARAN

KELUARGA, DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP

MOTIVASI MENGAJAR GURU

Studi Kasus pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh: Gregorius Kia Labaketoy

NIM: 021334078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007


(4)

(5)

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Non Scholae, sed Vitae Discimus”

(Seneca)

Semua kupersembahkan untuk-Mu dan untuk

Semua Yang Berkepentingan ...


(7)

(8)

ABSTRAK

PENGARUH BESARNYA GAJI, BEBAN PENGELUARAN KELUARGA, DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP

MOTIVASI MENGAJAR GURU

Studi Kasus pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat

Gregorius Kia Labaketoy Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru; (2) pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru; (3) pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru; dan (4) pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru

Penelitian ini dilaksanakan pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat pada bulan Juni 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 211 orang. Jumlah sampel adalah 165 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi linear sederhana dan regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru (r = 0,090; ρ = 0,251 > α = 0,050); (2) tidak ada pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru (r = 0,033; ρ = 0,673 > α = 0,050); (3) tidak ada pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru (r = 0,017; ρ = 0,831 > α = 0,050); dan (4) tidak ada pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru (R = 0,102; ρ = 0,641 > α = 0,050).


(9)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SALARY EARNED, FAMILY EXPENSES, AND THE DISTANCE OF LIVING TOWARD TEACHER’S MOTIVATION

A Case Study on Teachers of State Elementary School in Mandor District, Landak Regency, West Kalimantan

Gregorius Kia Labaketoy Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of this research are to know the effect of: (1) the salary earned toward teacher’s motivation; (2) family expenses toward teacher’s motivation; (3) the distance of living toward teacher’s motivation; and (4) the salary earned, family expenses, and the distance of living toward teacher’s motivation.

This research done on Teachers of State Elementary Schools in Mandor District, Landak Regency, West Kalimantan in June 2007. The population of the research was 211 people. The samples were 165 people. The samples taken by

purposive sampling technique. The technique of collecting the data was questionnaire. The techniques of analyzing the data were simple linear regression equation model and multiple linear regression equation model.

The result of the research shows that: (1) how much the salary earned doesn’t influence the motivation of the teachers (r = 0,090; ρ = 0,251 > α = 0,050); (2) family expenses do not influence the motivation of the teachers (r = 0,033; ρ = 0,673 > α = 0,050); (3) the distance of living doesn’t influence the motivation of the teachers (r = 0,017; ρ = 0,831 > α = 0,050); (4) how much the salary earned, family expenses, and the distance of living do not influence the motivation of the teachers (R = 0,102; ρ = 0,641 > α = 0,050).


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena

berkat rahmat dan lindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul “PENGARUH BESARNYA GAJI, BEBAN PENGELUARAN KELUARGA, DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR GURU”, studi kasus pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, khususnya

Pendidikan Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan

hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak

memberikan petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar

selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan, dan masukan dalam

penulisan skripsi ini.


(11)

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., yang telah bersedia menyumbangkan

saran dan masukan yang berarti kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya, dan

Fakultas KIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta umumnya, yang telah

membimbing, mendidik, dan bekerjasama dengan baik selama penulis belajar di

kampus tercinta ini.

7. Bapak Drs. Lukas Kanoh, M.M., selaku Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Landak, Kalimantan Barat, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian pada Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

8. Seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak,

Kalimantan Barat, yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian guna kepentingan penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Guru Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mandor, Kabupaten

Landak, Kalimantan Barat, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi

kuesioner penelitian dalam penulisan skripsi ini.

10.Apa’ku man Uwe’ku (Bapak dan Ibu), terima kasih karena telah merawat,

mendidik, dan selalu memperhatikan penulis sampai detik ini.

11.Adikku Mandus, terima kasih karena selalu mendukungku. May God Bless You...

12.Ene’ Laki, Ene’ Bini, Ene’ Janggut, man Ene’ Panjang (Alm.), terima kasih

karena selalu mendoakanku.

13.Sepupuku: Figo & Aldi, Ari & Indri, Eta & Ema, Wewen & Ria, Sisko, Cosmas,

Aan, & Piyok. Kalian selalu membuatku penuh harapan.


(12)

(13)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Teoritik ... 8

1. Motivasi ... 8

a. Beberapa Pengertian ... 8

b. Perspektif-perspektif historis tentang motivasi ... 10

c. Perspektif-perspektif kepuasan tentang motivasi ... 11

d. Pendekatan hierarki kebutuhan (Maslow) ... 12

e. Teori ERG atas motivasi (Clayton Alderfer) ... 15


(14)

f. Teori dua-faktor (Herzberg) ... 15

g. Kebutuhan-kebutuhan manusia secara individual (McClelland) ... 16

h. Teori X dan teori Y (McGregor) ... 17

i. Bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi kerja? ... 18

2. Gaji ... 20

3. Beban Pengeluaran Keluarga ... 21

4. Jarak Tempat Tinggal ... 21

B. Kerangka Berpikir/Rasionalitas Penelitian ... 22

1. Pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru ... 22

2. Pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru ... 24

3. Pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru . 25 C. Paradigma Penelitian... 26

D. Hipotesis Penelitian... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

1. Tempat Penelitian ... 28

2. Waktu Penelitian ... 28

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28

1. Subyek Penelitian ... 28

2. Obyek Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi Penelitian ... 29

2. Sampel Penelitian ... 29

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 30

1. Variabel Penelitian ... 30

2. Pengukuran Variabel ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33


(15)

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 34

1. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 34

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 35

H. Teknik Analisis Data... 37

1. Analisis Deskriptif ... 37

2. Analisis Statistik ... 37

a. Pengujian Prasyarat Analisis ... 37

1). Uji Normalitas ... 37

2). Uji Linearitas ... 38

b. Pengujian Hipotesis ... 38

1). Pengujian Hipotesis I ... 38

2). Pengujian Hipotesis II ... 40

3). Pengujian Hipotesis III ... 41

4). Pengujian Hipotesis IV ... 42

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Data ... 45

1. Deskripsi Responden ... 45

a. Jenis Kelamin Guru ... 45

b. Tingkat Pendidikan Guru ... 46

c. Lama Mengajar ... 46

2. Deskripsi Data ... 47

a. Besarnya Gaji ... 47

b. Beban Pengeluaran Keluarga ... 48

c. Jarak Tempat Tinggal ... 50

d. Motivasi Mengajar ... 51

B. Analisis Data ... 53

1. Uji Prasyarat Analisis ... 53

a. Uji Normalitas ... 53

b. Uji Linearitas ... 54

2. Pengujian Hipotesis ... 55


(16)

a. Pengujian hipotesis I ... 55

b. Pengujian hipotesis II ... 56

c. Pengujian hipotesis III ... 58

d. Pengujian hipotesis IV ... 60

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

1. Pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru ... 62

2. Pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru ... 65

3. Pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru . 67 4. Pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru ... 69

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Keterbatasan ... 72

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77


(17)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 32

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Motivasi Mengajar ... 35

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 36

Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 44

Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin Guru ... 45

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Pendidikan Guru ... 46

Tabel 4.4 Deskripsi Lama Mengajar Guru ... 46

Tabel 4.5 Kategori dan Interpretasi Variabel Besarnya Gaji ... 48

Tabel 4.6 Kategori dan Interpretasi Variabel Beban Pengeluaran Keluarga ... 49

Tabel 4.7 Kategori dan Interpretasi Variabel Jarak Tempat Tinggal ... 50

Tabel 4.8 Kategori dan Interpretasi Variabel Motivasi Mengajar ... 52

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Normalitas Data ... 53

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Linearitas Data ... 54


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 77

Lampiran 2 Input Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 85

Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 87

Lampiran 4 Data Penelitian ... 90

Lampiran 5 Output Deskripsi Responden ... 95

Lampiran 6 Input Pengolahan Data ... 97

Lampiran 7 Output Deskripsi Data ... 102

Lampiran 8 Pedoman Deskripsi Data Penelitian ... 112

Lampiran 9 Output Uji Normalitas ... 114

Lampiran 10 Output Uji Linearitas ... 115

Lampiran 11 Output Uji Hipotesis (Regresi Sederhana dan Regresi Ganda) . 116 Lampiran 12 Tabel Statistik ... 122

Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian ... 133


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan guru di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat akhir-akhir

ini sering mendapat sorotan tajam, setidaknya seperti yang diungkapkan oleh

Prof. DR. Fuad Hasan dalam satu dialog interaktif TVRI bahwa hanya 30%

guru-guru masa kini yang layak mengajar (www.mentawai.org). Terlepas dari pro dan

kontra terhadap kebenaran hasil penelitian tersebut, bahwa eksistensi/keberadaan

dan keprofesionalan guru di sekolah dalam mengajar telah dipertanyakan,

lebih-lebih jika dihubungkan dengan kualitas pendidikan nasional kita yang dirasakan

hampir setiap lini pendidikan. Merosotnya Kualitas pendidikan nasional kita

menjadi salah satu dampak dari rendahnya motivasi guru dalam mengajar.

Penurunan gairah dan kemauan guru mengajar akan berdampak terhadap

hasil pendidikan, hal ini akibat dari dampak krisis ekonomi, krisis politik, krisis

kepercayaan yang melanda bangsa kita sejak tahun 1997 lalu, yang hingga saat

ini belum menunjukan tanda-tanda pulih. Reformasi juga telah menggeliatkan

guru melalui demonstrasi besar-besaran menuntut pemerintah agar memperbaiki

nasib dan kesejahteraan guru. Namun demikian, pemerintah lebih banyak diam

ketimbang memperhatikan aspirasi guru. Sikap kurang tanggapnya pihak-pihak

terkait terhadap nasib guru tentu akan mendorong timbulnya krisis motivasi guru

dalam mengajar.


(20)

Selain itu ada beberapa faktor lain yang di duga menjadi penyebab: (1) gaji

guru yang rata-rata rendah dan belum memadai, akibatnya guru mencari alternatif

sumber penghasilan lain, (2) kejenuhan birokrasi mengurus pindah tugas,

berhubungan dengan penempatan guru di daerah, (3) peluang kecil bagi

peningkatan karir, (4) kecenderungan mengambil kredit cicilan di bank sehingga

gaji yang diterima tiap bulannya relatif kecil, dan (5) kekurangan kepala sekolah

untuk menjadi teladan/panutan (www.mentawai.org).

Dalam kehidupan sehari-hari, semua manusia pasti akan melakukan sesuatu

yang berguna bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya. Karena itu, manusia

harus berusaha dan bekerja keras agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Guru,

yang adalah manusia juga demikian. Salah satu usaha yang dilakukannya adalah

dengan melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru, yakni mengajar.

Kehidupan seorang guru dalam kesehariannya secara umum tidak jauh berbeda

dengan manusia lainnya yang tidak menjadi guru.

Di Indonesia, gaji guru sudah diatur berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 64 Tahun 2001, tanggal 18 Mei 2001. Artinya semua guru memperoleh

gaji yang sama sesuai dengan golongan kepangkatan, masa kerja, tempat

bertugas, dan statusnya. Demikian pula tunjangan profesi diberikan berdasarkan

fungsi jabatannya.

Berbicara lebih jauh mengenai gaji yang diterima oleh guru, misalnya yang

diterima berjumlah relatif kecil, maka dapat kita perkirakan atau pastikan bahwa


(21)

ditempuh oleh sebagian guru yang merasa bahwa gajinya sudah tidak bisa

mencukupi kebutuhan hidupnya.

Meskipun hak dan kewajiban guru telah diatur dalam undang-undang,

namun dalam pelaksanaannya kadang terjadi penyimpangan. Misalnya, kenaikan

pangkat yang terlambat (kasus Mahsum, Kompas, 27 Agustus 2002), insentif

guru dimanipulasi (Rakyat Bengkulu, 13 Agustus 2002), tuntutan kenaikan

tunjangan guru (Kompas, 14 Agustus 2001). Menurut Ellis (1994: 2-3), hak dan

kewajiban guru bersifat fungsional. Hal ini berarti bahwa bila hak yang diperoleh

guru memenuhi kepuasan, maka ia akan memenuhi kewajibannya dengan baik.

Sebaliknya, bila hak tidak sesuai dengan harapannya, maka kewajiban yang

dilaksanakan menjadi kurang optimal. Hal ini akan berdampak negatif terhadap

kualitas kinerja guru dan hasil belajar sisiwa.

Sehubungan dengan penempatan guru, ada kenyataan bahwa terjadi

kecenderungan penempatan guru di desa tidak merata. Artinya, penempatan guru

di daerah perkotaan lebih banyak dari pada di pedesaan. Selain itu, di pedesaan

sering ditemui kasus guru PNS yang hanya muncul beberapa kali sebulan untuk

mengambil gaji karena mereka tinggal di kota atau tempat lain untuk “nyambi”

usaha (Kompas, 20 Juli 2004). Kondisi yang demikian tentu akan berdampak

pada terabaikannya tugas utama yang harus diemban oleh guru. Guru menjadi

malas atau tidak ada motivasi mengajar, dengan alasan lokasi sekolah jauh dari

tempat tinggal guru yang bersangkutan. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah

telah mengusahakan berbagai upaya, salah satunya dengan membangun


(22)

berhasil? Kenyataan yang terjadi sepertinya masih belum. Alasannya adalah

sarana dan prasarana perumahan atau tempat tinggal yang difasilitasi oleh

pemerintah tersebut dinilai tidak memadai. Para guru lebih cenderung untuk

tinggal di rumah sendiri, yang kebanyakan letaknya berada jauh dari lokasi

sekolah.

Berdasarkan uraian dan beberapa kasus yang disebutkan di atas, dapat kita

tarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi

mengajar guru. Namun demikian, tinggi rendahnya pengaruh faktor-faktor yang

dimaksud terhadap motivasi mengajar guru belum bisa dipastikan. Oleh karena

itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Besarnya Gaji, Beban Pengeluaran Keluarga, dan Jarak Tempat Tinggal terhadap Motivasi Mengajar Guru.

B. Identifikasi Masalah

Hal-hal yang terjadi, yang dapat menyebabkan rendahnya motivasi

mengajar guru antara lain adalah sebagai berikut:

1. Besarnya gaji yang diterima dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya

motivasi mengajar guru.

2. Beban/tanggungan hidup yang besar menjadi penyebab guru melakukan

usaha lain sehingga tugas pokoknya terabaikan.

3. Jarak tempat tinggal yang jauh dengan lokasi sekolah mempengaruhi


(23)

4. Motivasi mengajar guru menjadi kurang karena atasan (Kepala Sekolah)

kuarang bisa menjadi teladan.

5. Kesulitan pengurusan birokrasi untuk pindah ke tempat lain yang lebih

menarik juga mempengaruhi motivasi mengajar guru.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tiga masalah, yakni:

1. Besarnya gaji yang diterima dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya

motivasi mengajar guru.

2. Beban/tanggungan hidup yang besar menjadi penyebab guru melakukan

usaha lain sehingga usaha pokoknya terabaikan.

3. Jarak tempat tinggal yang jauh dengan lokasi sekolah mempengaruhi

rendahnya motivasi mengajar guru.

D. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh besarnya gaji yang diterima terhadap motivasi

mengajar guru?

2. Apakah ada pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi

mengajar guru?

3. Apakah ada pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru?

4. Apakah ada pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak


(24)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui pengaruh besarnya gaji yang diterima terhadap motivasi

mengajar guru.

2. Ingin mengetahui pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi

mengajar guru.

3. Ingin mengetahui pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar

guru.

4. Ingin mengetahui pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan

jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Negara (Departemen Pendidikan Nasional)

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan

yang terkait dengan pendidikan di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan

kebijakan tentang gaji, tunjangan, dan penempatan guru.

2. Bagi Dosen dan Mahasiswa, Khususnya FKIP-USD

Dapat menambah wawasan pengetahuan terutama mengenai keadaan guru di

Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan


(25)

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat mendorong pemikiran-pemikiran kritis dalam bentuk

penelitian-penelitian pengembangan sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran

yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik 1. Motivasi

a. Beberapa pengertian 1). Motif

Istilah motif sama dengan kata motive, motip, dorongan, alasan, dan

driving force. Motif adalah tenaga pendorong yang mendorong

manusia untuk bertindak, atau suatu tenaga di dalam diri manusia

yang menyebabkan manusia bertindak (Manullang & Manullang,

2004: 165). Dalam perspektif yang relatif sama, motif juga dapat

diartikan sebagai suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang

berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu (Handoko,

2006: 9).

2). Motivasi

a). Motivasi menurut Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling berarti

variabel yang berpengaruh untuk menimbulkan, mendorong, dan

mengarahkan tingkah laku mencapai tujuan (Rahmatsyah, 2005:

73).

b). Motivasi (motivation) adalah pemberian motif, penimbulan motif,

atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang

menimbulkan dorongan (Manullang & Manullang, 2004: 165).


(27)

c). Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam

diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan

mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 2006: 9).

d). Motivasi adalah sekelompok faktor yang menyebabkan individu

berperilaku dalam cara-cara tertentu (Griffin, 2002: 38).

e). Motivasi dapat juga diartikan sebagai perubahan tenaga di dalam

seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi

untuk mencapai tujuan (Donald dalam Wasty Sumanto, 1998:

203). Berdasarkan pengertian motivasi ini, tampak 3 (tiga) hal,

yaitu: (1) motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam

diri seseorang, (2) motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif

yang kadang tampak dan kadang sulit diamati, (3) motivasi

ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

f). Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang

anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan

(dalam bentuk keahliah atau keterampilan), tenaga, dan waktunya

untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka

pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah

ditentukan sebelumnya (Siagian, 1989: 138). Berdasarkan

pengertian motivasi ini, tampak 3 (tiga) hal, yaitu: (1) pemberian

motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan


(28)

keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu, dan (3)

motivasi juga terkait dengan kebutuhan (keadaan internal

seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi

menarik).

3). Motivasi kerja

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau

semangat kerja. Pendeknya, motivasi kerja adalah pendorong

semangat kerja (Manullang & Manullang, 2004: 166).

4). Incentive

Istilah incentive (insentif) dapat diartikan sebagai alat motivasi, sarana

motivasi, sarana penimbulan motif, atau sarana yang menimbulkan

dorongan (Manullang & Manullang, 2004: 166).

b. Perspektif-perspektif historis tentang motivasi

Untuk mengetahui lebih dalam tentang motivasi, ada baiknya kita

melihat beberapa pendekatan yang terkait dengan motivasi itu sendiri.

Pendekatan-pendekatan itu antara lain adalah: (1) pendekatan tradisional,

(2) pendekatan hubungan manusia, dan (3) pendekatan sumber daya

manusia (Griffin, 2002: 39).

1). Pendekatan tradisional

Asumsi dalam pendekatan ini adalah pekerjaan itu sendiri tidak

menyenangkan bagi sebagian besar orang dan uang yang mereka


(29)

pekerjaan yang mereka lakukan. Karenanya, individu bisa diandalkan

untuk melakukan pekerjaan jenis apa pun jika dibayar cukup tinggi.

2). Pendekatan hubungan manusia

Penekanan pada proses ini terletak pada peranan dari proses-proses

sosial di lingkungan kerja. Asumsi-asumsi yang ada pada pendekatan

ini adalah bahwa karyawan ingin merasa berguna dan penting, bahwa

karyawan memiliki kebutuhan-kebutuhan sosial yang kuat, dan bahwa

kebutuhan-kebutuhan ini lebih penting dari uang dalam memotivasi

karyawan.

3). Pendekatan sumber daya manusia

Pendekatan sumber daya manusia tentang motivasi membawa

konsep-konsep kebutuhan dan motivasi selangkah lebih jauh. Pendekatan

sumber daya manusia mengasumsikan bahwa pekerja/karyawan

berkeinginan dan mampu menyediakan kontribusi-kontribusi yang

bermanfaat, sehingga dapat berguna, baik bagi karyawan maupun

organisasi.

c. Perspektif-perspektif kepuasan tentang motivasi

Persepektif-perspektif kepuasan tentang motivasi berkenaan dengan

bagian pertama dari proses – kebutuhan dan definisi kebutuhan. Lebih

spesifiknya, perspektif kepuasan (content perspective) mau menjawab

pertanyaan: faktor-faktor apa yang dapat memotivasi individu di dalam


(30)

Dalam lingkungan kerja secara umum, ada semacam “resep” yang

mau menjawab bagaimana supaya karyawan mempunyai motivasi kerja

yang tinggi. “Resep” untuk meningkatkan motivasi tersebut misalnya

dengan menaikkan gaji atau kompensasi, memendekkan jam kerja,

memperbaiki iklim atau kondisi kerja, dan memberikan otonomi serta

tanggung jawab yang lebih besar kepada karyawan. Singkatnya, motivasi

merupakan fungsi dari kompensasi, jam kerja, iklim atau kondisi kerja,

dan tanggung jawab (Griffin, 2002: 40). Harapannya, dengan memberikan

“resep” seperti tersebut di atas, karyawan dapat memiliki kinerja yang

memuaskan dan dapat diandalkan.

d. Pendekatan hierarki kebutuhan (Maslow)

Hierarki kebutuhan Maslow (Maslow’s hierarchy of needs)

menyatakan bahwa individu-individu termotivasi untuk memenuhi

5 (lima) level atau hierarki kebutuhan, dengan urutan sebagai berikut:

(1) fisiologis, (2) keamanan, (3) diterima orang lain, (4) penghargaan diri,

dan (5) aktualisasi diri (Griffin, 2002: 40).

1). Kebutuhan fisiologis, merupakan tingkatan yang paling bawah dalam

hierarki kebutuhan Maslow. Contoh umum untuk kebutuhan ini

adalah makanan, seks, serta udara untuk kelangsungan hidup dan atau

fungsi biologis dasar. Dalam organisasi, kebutuhan ini secara umum

dapat dipenuhi dengan upah (gaji) dan lingkungan kerja yang

memadai, yang menyediakan ruang istirahat, cahaya yang layak, suhu


(31)

2). Kebutuhan akan keamanan, yaitu kebutuhan akan lingkungan fisik

dan emosional yang aman. Contohnya meliputi kebutuhan akan rumah

dan pakaian serta kebutuhan untuk bebas dari kekhawatiran

menyangkut uang dan jaminan kerja. Dalam lingkungan kerja,

kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan kontinuitas kerja (tidak ada

PHK), sistem keluhan (untuk berlindung dari tindakan-tindakan

sembrono supervisor), serta program asuransi dan program pensiun

yang memadai (untuk berlindung dari sakit dan untuk mendapatkan

penghasilan setelah berhenti bekerja).

3). Kebutuhan untuk diterima orang lain, berkaitan dengan proses-proses

sosial. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang

serta kebutuhan untuk diterima oleh rekan sekerja. Bagi sebagian

besar orang, kebutuhan ini terpenuhi melalui keluarga dan hubungan

dengan komunitas di luar pekerjaan serta persahabatan di lingkungan

kerja.

4). Kebutuhan akan penghargaan diri, terdiri dari dua kelompok

kebutuhan yang berbeda, yakni kebutuhan akan citra diri dan

penghormatan diri yang positif serta kebutuhan akan pengakuan dan

penghormatan dari orang lain. Contoh kebutuhan ini adalah

pencapaian yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar

pekerja/karyawan) seperti pangkat, kantor yang nyaman, dan balas

jasa serupa. Untuk yang bersifat intrinsik (berasal dari dalam


(32)

menantang dan peluang-peluang bagi karyawan untuk merasakan

suatu rasa pencapaian.

5). Kebutuhan akan aktualisasi diri, merupakan puncak dari hierarki

kebutuhan Maslow. Kebutuhan ini meliputi realisasi potensi diri untuk

terus tumbuh dan pengembangan diri.

Maslow berpendapat bahwa kelima kategori kebutuhan di atas

membentuk suatu hierarki. Seorang individu pertama-tama akan

termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Jika belum

terpuaskan, seorang individu akan terus termotivasi untuk memenuhinya.

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi, kebutuhan-kebutuhan

ini berhenti berfungsi sebagai faktor penggerak motivasi yang utama dan

sang individu bergerak “menaiki” tangga hierarki dan mulai mencoba

memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan keamanan (Griffin, 2002: 41).

Proses ini berlangsung terus sampai individu mencapai level aktualisasi

diri.

Jika dikaitkan dengan tugas guru sebagai seorang pengajar, hierarki

kebutuhan Maslow ini dapat kita contohkan dalam hal berikut ini:

(1) gaji, (2) program pensiun, (3) hubungan yang baik dengan rekan

sekerja, dalam hal ini sesama guru, (4) jabatan, kenaikan pangkat dan

golongan, dan (5) pekerjaan yang menantang, misalnya guru melakukan


(33)

e. Teori ERG atas motivasi (Clayton Alderfer)

Selain teori Maslow di atas, masih ada teori lain yang juga berkaitan

dengan pendekatan hierarki kebutuhan, yakni teori ERG (Existense,

Relatedness, Growth). Teori ERG atas motivasi (ERG theory of

motivation) ini mengubah hierarki kebutuhan yang telah dikembangkan

oleh Maslow menjadi tiga level. Teori ini menyatakan bahwa

kebutuhan-kebutuhan individu dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori yang

saling melingkupi, yakni eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan (Griffin,

2002: 42).

1). Kebutuhan-kebutuhan eksistensi, yakni kebutuhan yang berkaitan

dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan.

2). Kebutuhan-kebutuhan hubungan, berfokus pada bagaimana individu

berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

3). Kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan, merupakan level tertinggi dalam

skema ERG, meliputi kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan diri

(self-esteem) dan aktualisasi diri.

f. Teori dua-faktor (Herzberg)

Teori dua-faktor atas motivasi (two-factor theory of motivation)

adalah teori yang menyatakan bahwa manusia mempunyai dua kumpulan

kebutuhan, yakni: (1) yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan (2) yang

berkaitan dengan ketidakpuasan kerja (Manullang & Manullang, 2004:


(34)

kelompok faktor independen, yakni faktor-faktor penggerak motivasi dan

faktor-faktor higienis (Griffin, 2002: 43).

1). Faktor-faktor penggerak motivasi (motivator), yakni faktor-faktor

yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja dengan

baik, yang terdiri dari:

a). keberhasilan pelaksanaan (achievement),

b). pengakuan (recognition),

c). pekerjaan itu sendiri (the work it self),

d). tanggung jawab (responsibilities),

e). pengembangan (advencement).

2). Faktor-faktor higienis, yakni faktor-faktor yang dapat menimbulkan

rasa tidak puas kepada pegawai (demotivasi), yang terdiri dari:

a). kebijaksanaan dan administraasi perusahaan (company policy and

administration),

b). supervisi (technical supervisor),

c). hubungan antarpribadi dengan atasan (interpersonal supervision),

d). gaji (wages).

g. Kebutuhan-kebutuhan manusia secara individual (McClelland)

Adalah David McClelland (seorang Psikilog dari Amerika) yang

pertama kalinya mengungkapkan tiga kebutuhan individual yang paling

penting, yakni pencapaian, afiliasi, dan kekuasaan (Griffin, 2002: 44).

1). Pertama, kebutuhan akan pencapaian (need for achievement - nAch),


(35)

untuk menyelesaikan suatu tujuan atau tugas dengan lebih efektif

dibanding sebelumnya.

2). Kedua, kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation - nAff), merupakan

keinginan untuk ditemani dan diterima oleh manusia lain.

Individu-individu yang memiliki kebutuhan afiliasi tinggi cenderung lebih

menyukai (dan berkinerja lebih baik dalam) pekerjaan-pekerjaan yang

meminta banyak interaksi sosial dan menawarkan peluang untuk

berteman.

3). Ketiga, kebutuhan akan kekuasaan (need for power - nPow), yakni

keinginan untuk menjadi individu yang berpengaruh di dalam sebuah

kelompok dan untuk mengendalikan lingkungannya.

Individu-individu yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan tinggi cenderung

akan menjadi pekerja yang superior, memiliki catatan kehadiran yang

baik, dan menduduki posisi supervisor.

h. Teori X dan teori Y (McGregor)

Douglas McGregor menyatakan bahwa ada 2 (dua) pendekatan atau

filsafat manajemen yang mungkin diterapkan dalam

organisasi/perusahaan. Masing-masing pendekatan itu mendasarkan diri

pada serangkaian asumsi mengenai sifat manusia yang dinamainya Teori

X dan Teori Y (Manullang & Manullang, 2004: 170).

1). Asumsi Teori X mengenai manusia:


(36)

b). Pada umumnya manusia tidak senang berambisi, tidak ingin

tanggung jawab dan lebih suka diarahkan.

c). Pada umumnya manusia harus diawasi dengan ketat dan sering

harus dipaksa untuk memperoleh tujuan-tujuan organisasi.

d). Motivasi hanya berlaku sampai tingkat lower order needs

(physiological and safety level).

2). Asumsi Teori Y mengenai manusia:

a). Bekerja adalah kodrat manusia, jika kondisi menyenangkan.

b). Pengawasan diri sendiri tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan

organisasi.

c). Manusia dapat mengontrol diri sendiri dan memberi prestasi pada

pekerjaan yang diberi motivasi dengan baik.

d). Motivasi tidak saja mengenai lower needs, tetapi sampai pada

higher order needs.

Penekanan untuk masing-masing teori ini (Teori X dan Teori Y)

berbeda, bahkan bisa dikatakan saling bertentangan/berlawanan. Dalam

Teori Y, penekanan ada pada motivasi intern dan bersifat positif,

sedangkan penekanan pada Teori Y ada pada motivasi ekstern dan

bersifat negatif (Manullang & Manullang, 2004: 172).

i. Bagaiman cara untuk meningkatkan motivasi kerja?

Nitisemito (1982: 168) mengemukakan sedikitnya 11 (sebelas) cara

untuk meningkatkan motivasi kerja. Kesebelas cara tersebut yaitu: (1) gaji


(37)

menciptakan suasana kerja yang santai, (4) memperhatikan harga diri

karyawan, (5) menempatkan karyawan pada posisi yang tepat,

(6) memberikan kesempatan untuk maju kepada karyawan, (7) menjamin

masa depan karyawan, (8) mengusahakan loyalitas karyawan,

(9) sekali-kali melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan,

(10) pemberian insentif yang terarah, dan (11) menyediakan fasilitas yang

memadai.

Sementara itu, Soeharsono Sagir dalam Bedjo Siswanto (1987: 244),

mengemukakan sedikitnya 7 (tujuh) cara untuk meningkatkan motivasi

(motivasi kerja). Berikut uraian ketujuh cara tersebut:

1). Prestasi (Achievement)

Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu

kebutuhan (needs) dapat mendorongnya mencapai sasaran.

2). Penghargaan (Recognition)

Penghargaan dalam bentuk pengakuan (recognition) atas suatu

prestasi yang telah dicapai oleh seseorang dapat menjadi motivator

yang kuat.

3). Tantangan (Challenge)

Adanya tantangan yang dihadapi bisa menjadi motivator yang kuat

bagi manusia untuk mengatasinya. Sasaran/tujuan yang tidak

menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu


(38)

4). Tanggung jawab (Responsibility)

Adanya rasa ikut serta memiliki (sense of belonging) atau “rumoso

handarbeni” akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa

bertanggung jawab.

5). Pengembangan (Development)

Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja

atau dari kesempatan untuk maju, dapat menjadi motivator kuat bagi

tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.

6). Keterlibatan (Involvement)

Rasa ikut terlibat (involved) dalam suatu proses pengambilan

keputusan dapat menjadi motivator yang cukup kuat bagi tenaga

kerja.

7). Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan untuk maju, dalam bentuk jenjang karier yang terbuka,

dari tingkat bawah sampai tingkat top management dapat menjadi

motivator yang cukup kuat bagi tenaga kerja.

2. Gaji

Gaji menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti upah kerja yang

dibayar dalam jangka waktu yang tetap, bisa bulanan atau mingguan (W.J.S.

Poerwadarminto, 1976). Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan

bahwa gaji sebenarnya merupakan upah atau balasan yang harus diterima

oleh orang yang melakukan kerja, sebagai balasan atas jasa atau pengorbanan


(39)

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud gaji adalah hak yang

diterima guru dan dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan

atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

3. Beban Pengeluaran Keluarga

Kata beban dan pengeluaran menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

memiliki arti yang sendiri-sendiri. Beban berarti tanggungan, kewajiban, dan

sebagainya yang harus dilakukan, sedangkan pengeluaran adalah perbuatan

(hal, cara, usaha, dsb.) mengeluarkan (W.J.S. Poerwadarminto, 1976). Jika

kedua kata ini dihubungkan, dalam hal ini menjadi konteks beban sebagai

tanggungan, kewajiban atau pun pengeluaran keluarga, maka hubungan

kedua kata tersebut dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang telah

dikeluarkan pada periode tertentu (misalnya awal hingga akhir bulan) dan

baru diperhitungkan pada masa sekarang (akhir atau awal bulan berikutnya).

4. Jarak Tempat Tinggal

Jarak menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti ruang (panjang,

jauh) antara dua buah benda atau tempat, (W.J.S. Poerwadarminto, 1976).

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, jarak yang dimaksud adalah seberapa

jauh jarak antara tempat tinggal guru dengan tempat atau lokasi sekolah


(40)

B. Kerangka Berpikir/Rasionalitas Penelitian

Guru akan berusaha sekuat tenaga apabila ia memiliki motivasi yang besar

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru akan mengajar dengan

sungguh-sungguh, tanpa dipaksa, bila memiliki motivasi yang besar. Adanya motivasi

mengajar yang tinggi dalam diri guru merupakan syarat agar guru terdorong oleh

kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan mengajar yang

dihadapinya. Dengan demikian, guru akan berupaya meningkatkan kualitas

pembelajaran secara terus menerus.

Sehubungan dengan motivasi mengajar guru, ada beberapa faktor yang

kiranya perlu diperhatikan untuk terus menjaga agar seorang guru tetap

mempunyai semangat atau motivasi dalam menjalankan tugasnya mengajar.

Berikut diuraikan tiga faktor yang dalam penelitian ini ingin dilihat pengaruhnya

terhadap motivasi mengajar guru.

1. Pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan

dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini (Laman

RPP Sisdiknas, 2005). Lebih jauh, dari pengertian ini dapat ditarik kesipulan

bahwa seorang guru adalah seorang yang profesional.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya, yang memerlukan keahlian,


(41)

serta memerlukan pendidikan profesi agar memuaskan pemakai jasa yang

dihasilkan (Laman RPP Sisidiknas, 2005). Atas jasa yang dihasilkan inilah

seorang yang profesional mendapatkan penghasilan, yang salah satu aspek

dari penghasilan itu adalah gaji, selain tunjangan-tunjangan yang lainnya.

Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari

penyelenggara satuan pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk uang

secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Laman RPP

Sisdiknas, 2005).

Dalam penelitian ini yang ingin dicari adalah apakah ada pengaruh

antara gaji yang diterima dengan motivasi mengajar seorang guru? Untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh antara gaji dan motivasi mengajar ini,

perlu kita tinjau sekilas tentang teori motivasi, dalam hal ini teori motivasi

insentif. Motivasi insentif merupakan motivasi tingkah laku yang melibatkan

insentif dimana nilai dari insentif mempengaruhi langsung intensitas atau

kualitas performance tingkah laku organisme (Koeswara, 1986: 82).

Berdasarkan teori motivasi insentif (salah satu wujdnya adalah gaji), jelas

bahwa ada pengaruh antara gaji yang diterima terhadap motivasi seseorang

melakukan sesuatu, dalam hal ini intensitas atau kualitas performance

seorang guru dalam melakukan tugasnya. Seberapa besar atau kecil intensitas

dan kualitas performance seorang guru dalam melakukan tugasnya akan

dipengaruhi oleh besar kecilnya gaji yang akan diterima oleh guru tersebut.


(42)

2. Pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar guru

Di atas telah dikemukakan bahwa besar kecilnya intensitas dan kualitas

performance seorang guru dipengaruhi oleh jumlah gaji (besar atau kecil)

yang diterimanya. Permasalahan yang mucul sekarang adalah bagaimana jika

gaji yang diterima guru, yang selanjutnya akan menjadi masukan bagi

pendapatanya (keluarganya, jika sudah berkeluarga) itu rendah atau kecil?

Apakah besar atau kecilnya gaji yang diterima akan berpengaruh pada

motivasi melaksanakan tugasnya mengajar? Untuk dapat menjawab

pertanyaan ini, yang perlu kita lihat sekarang adalah bagaimana situasi atau

keadaan guru yang bersangkutan. Situasi yang dimaksudkan pada bagian ini

adalah apa saja yang menjadi kebutuhan atau keperluan guru (keluarganya),

sehubungan dengan tanggungan atau beban hidup yang dipikulnya.

Idealnya, guru sebagai seorang yang profesional dalam melaksanakan

tugasnya harus konsisten. Konsisten disini diartikan dalam melaksanakan

tugasnya seorang guru harus bisa fokus pada pekerjaannya. Artinya, seorang

guru harus mempunyai dedikasi yang tinggi dan tanggung jawab yang besar

atas tugas yang diembannya, tanpa ada usaha untuk melakukan sesuatu yang

diluar tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Kalau pun ada, harus tetap

pada jalurnya, yakni pada jalur yang terkait dengan bidang pendidikan.

Sehubungan dengan sikap profesional guru ini, gejala atau

permasalahan lain bisa dipastikan akan muncul jika kita berbicara mengenai


(43)

menjadi fakta bahwa gaji yang diterima kebanyakan guru di Indonesia tidak

bisa mencukupi beban hidup sehari-hari. Karena itu, tidak jarang ditemukan

di daerah tertentu, banyak guru yang melakukan usaha lain guna mencukupi

beban hidup (dirinya dan keluarganya) sehari-hari. Alasan kecilnya gaji yang

diterima masih menjadi yang utama. Dari uraian ini, jelas bahwa gaji yang

kecil akan mempengaruhi guru melakukan usaha lain di luar tugas utamanya

sebagai seorang guru, yang selanjutnya akan mempengaruhi intensitas dan

kualitas performance (motivasi mengajar atau motivasi melaksanakan tugas)

guru itu sendiri.

3. Pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru

Idealnya, dengan wilayah Indonesia yang luas ini, pengangkatan dan

penempatan guru hendaknya dilakukan secara cermat. Maksudnya, guru yang

diangkat menjadi PNS seharusnya bisa menerima dimanapun ia ditempatkan

nantinya, tidak terkecuali di kota, desa, atau pun di daerah terpencil di tanah

air. Ada kenyataan bahwa di daerah-daerah tertentu jumlah guru yang

bertugas tidak sesuai dengan yang seharusnya ada.

Untuk memperjelas hal ini, ada baiknya kita melihat sejenak ke

belakang, yakni pada bagian pendahuluan (latar belakang masalah) penelitian

ini. Pada bagian tersebut dikemukakan bahwa ada kecenderungan

penempatan guru di desa tidak merata. Artinya, penempatan guru di daerah

perkotaan lebih banyak dari pada di pedesaan. Selain itu, di pedesaan sering

ditemui kasus guru PNS yang hanya muncul beberapa kali sebulan untuk


(44)

“nyambi” usaha lain (sampingan). Kondisi yang demikian tentu akan

berdampak pada terabaikannya tugas utama yang harus diemban oleh guru.

Guru menjadi malas atau tidak ada motivasi mengajar, dengan alasan lokasi

sekolah jauh dari tempat tinggal guru yang bersangkutan. Berdasarkan uraian

ini, dapat kita simpulkan bahwa jarak tempat tinggal akan berpengaruh pada

tinggi rendahnya motivasi mengajar seorang guru.

C. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

X1

X3

X2

ry.3

ry.2

ry.1

Ry.123

Y

Keterangan:

= Pengaruh secara bersama-sama = Pengaruh secara parsial

X1 = Variabel independen pertama, yaitu Besarnya Gaji

X2 = Variabel independen kedua, yaitu Beban Pengeluaran Keluarga X3 = Variabel independen ketiga, yaitu Jarak Tempat Tinggal Y = Variabel dependen, yaitu Motivasi Mengajar Guru

ry.1 = Pengaruh X1 terhadap Y

ry.2 = Pengaruh X2 terhadap Y

ry.3 = Pengaruh X3 terhadap Y


(45)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir atau rasionalitas penelitian yang telah

dikemukakan di muka, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. H1: Ada pengaruh besarnya gaji terhadap motivasi mengajar guru.

2. H2: Ada pengaruh beban pengeluaran keluarga terhadap motivasi mengajar

guru.

3. H3: Ada pengaruh jarak tempat tinggal terhadap motivasi mengajar guru.

4. H4: Ada pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian terhadap obyek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil terbatas pada obyek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat.

2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data yang terkait dengan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2007.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru tetap (PNS) Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat yang sudah mengajar ≥ 2 tahun.


(47)

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah besarnya gaji yang diterima guru, beban pengeluaran keluarga, jarak tempat tinggal guru, dan motivasi mengajar guru.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 55). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru tetap (PNS) Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, yang berjumlah kurang lebih 211 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005: 56). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian guru tetap (PNS) Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat yang sudah mengajar selama 2 (dua) tahun atau lebih. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, dengan pertimbangan SD Negeri (guru PNS) yang dijadikan sampel adalah SD Negeri yang mungkin dicapai secara geografis oleh peneliti.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam tabel Krejcie, dengan tingkat kesalahan 5%, jumlah sampel minimal dengan jumlah populasi seperti disebutkan di atas adalah 140 orang (Sugiyono, 2005: 63). Namun demikian,


(48)

jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 180 orang, dengan perhitungan/pertimbangan: jumlah populasi adalah 211 orang guru PNS, dan dari jumlah tersebut, 31 orang diambil sebagai responden dalam pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Sisanya, yakni 180 orang guru PNS digunakan sebagai responden penelitian.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek yang diteliti atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2002: 96). Variabel dalam penelitian ini ada empat, yaitu 3 (tiga) sebagai variabel bebas/yang mempengaruhi (independent variables) dan 1 (satu) sebagai variabel terikat/yang dipengaruhi (dependent variable). Adapun variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi, yaitu: 1). Besarnya gaji.

Besarnya gaji adalah adalah penerimaan (uang) yang diperoleh guru sebagai balas jasa atas pekerjaan yang mereka lakukan dalam periode satu bulan.

2). Beban pengeluaran keluarga.

Beban pengeluaran keluarga adalah pengeluaran (uang) yang harus ditanggung oleh guru selama satu bulan.


(49)

3). Jarak tempat tinggal.

Jarak tempat tinggal adalah jarak (Km) tempat tinggal guru dengan lokasi sekolah.

b. Variabel terikat atau varibel yang dipengaruhi, yaitu: 1). Motivasi mengajar guru.

Motivasi mengajar guru adalah dorongan yang menjadikan guru berusaha dengan sungguh-sungguh, tanpa dipaksa, dan sekuat tenaga melaksanakan tugasnya guna tercapainya tujuan pengajaran (pendidikan).

2. Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel besarnya gaji yang diterima, beban pengeluaran keluarga, jarak tempat tinggal guru dengan lokasi sekolah, dan motivasi mengajar guru dilakukan dengan cara berikut:

a. Untuk mengetahui besarnya gaji yang diterima oleh masing-masing guru, dilakukan dengan cara menanyakan berapa rupiah gaji yang diterima oleh masing-masing guru setiap bulannya.

b. Untuk mengetahui besarnya beban pengeluaran keluarga yang dikeluarkan/ditanggung oleh guru, dilakukan dengan cara menanyakan beberapa rupiah beban/tanggungan keluarga setiap bulan beserta rincian pengeluarannya.

c. Untuk mengetahui jarak tempat tinggal guru dari sekolah tempat mengajar, dilakukan dengan cara menanyakan berapa kilometer jarak


(50)

tempat tinggal masing-masing guru dengan lokasi sekolah tempat bekerja/mengajar.

d. Untuk mengetahui tingkat motivasi mengajar guru, dilakukan dengan alat ungkap, yang berupa kuesioner tentang motivasi mengajar guru.

Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi kuesioner untuk kepentingan pengukuruan keempat variabel di atas:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner

No. Variabel Indikator Nomor

Item 1. Besarnya Gaji Gaji yang diterima setiap bulan 1 2. Beban

Pengeluaran Keluarga

1.Pengeluaran keluarga setiap bulan untuk kebutuhan:

a.Hidup (makan & minum) b.Pendidikan

c.Kesehatan d.Rekreasi e.Lain-lain

1

3. Jarak Tempat Tinggal

Jarak tempat tinggal dengan lokasi sekolah

1 Dorongan untuk mencapai tujuan 3, 4, 21 Dorongan memiliki keyakinan diri 6, 7 Dorongan untuk mendapat imbalan

yang layak

2, 19, 22 Dorongan untuk mendapat

kesempatan promosi

14 Dorongan untuk memperoleh

pengakuan kerja

8, 9, 10 Dorongan memperoleh keamanan

bekerja

15 Dorongan untuk bekerja di lingkungan

kerja yang baik

16 Dorongan untuk bertanggung

jawab/perasaan ikut serta

1, 5, 12 Dorongan untuk mendapat

penghargaan atas prestasi kerja

17, 18 Dorongan untuk berperilaku disiplin 11, 13 4. Motivasi

Mengajar Guru


(51)

Setiap pernyataan dibuat berdasarkan indikator-indikator seperti tampak pada tabel kisi-kisi kuesioner di atas. Khusus untuk variabel motivasi mengajar guru, setiap pernyataan diberi empat pilihan jawaban dan masing-masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut (dinyatakan dalam skala sikap yang mengacu pada skala Likert, yang telah mengalami sedikit perubahan):

Skor Pernyataan

No. Keterangan Positif Negatif

1. Sangat tidak setuju 1 4

2. Tidak setuju 2 3

3. Setuju 3 2

4. Sangat Setuju 4 1

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup), yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1996:800).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer mengenai pengaruh besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, jarak tempat tinggal dari lokasi sekolah, dan motivasi mengajar guru. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui daftar pertanyaan (angket/kuesioner).


(52)

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

Pengujian validitas instrumen (berikut pengujian reliabilitas instrumen) penelitian ini dilakukan pada sebagian guru SD Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat dengan jumlah responden 31 orang dan ada 22 item kuesioner yang harus dijawab oleh responden. Pengujian validitas instrumen (berikut pengujian reliabilitas instrumen) dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan.

Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan perhitungan atau rumus Korelasi Product Moment dariPearson (Sudjana, 1996: 369):

=

r

xy

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi product moment X = Nilai setiap item variabel

Y = Nilai total variabel n = Jumlah responden

Setelah Koefisien Korelasi (rxy) didapatkan (dari hasil perhitungan),

maka yang selanjutnya dilakukan adalah membandingkan r yang diperoleh dari hasil perhitungan (rhitung) dengan rtabel, pada taraf signifikansi 5% dengan

derajat kebebasan (n – 2). Jika rhitung > rtabel, maka instrumen

(pertanyaan-pertanyaan) yang diberikan pada responden dapat dinyatakan valid.

Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada sampel berukuran n = 31, dengan df = n – 2 (dk = 31 – 2 = 29). Berdasarkan sampel dan degree of freedom tersebut, koefisien rtabel = 0,235 (Lampiran 12, halaman 122).


(53)

menggunakan bantuan program komputer, yakni SPSS for Windows versi 15, yang hasilnya terangkum sebagai berikut:

Tabel 3.2

Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Motivasi Mengajar

No. Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,268 0,235 Valid 2 0,247 0,235 Valid 3 0,293 0,235 Valid 4 0,392 0,235 Valid 5 0,351 0,235 Valid 6 0,335 0,235 Valid 7 0,466 0,235 Valid 8 0,266 0,235 Valid 9 0,353 0,235 Valid

10 0,267 0,235 Valid

11 0,251 0,235 Valid

12 0,345 0,235 Valid

13 0,273 0,235 Valid

14 0,417 0,235 Valid

15 0,536 0,235 Valid

16 0,504 0,235 Valid

17 0,403 0,235 Valid

18 0,675 0,235 Valid

19 0,307 0,235 Valid

20 0,317 0,235 Valid

21 0,482 0,235 Valid

22 0,440 0,235 Valid

Hasil pengujian validitas instrumen untuk variabel motivasi mengajar seperti terungkap dalam tabel di atas menunjukkan bahwa dari 22 item soal, semuanya dinyatakan valid karena rhitung > rtabel.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan rumus Alfa Cronbach (Suharsimi Arikunto, 2002: 171):


(54)

tt r = ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

2

2 1 1 t b k k σ σ Keterangan : tt

r = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ = Jumlah varians butir

2

t

σ = Variabel total

Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 5%. Jika rhitung > rtabel,

maka instrument (pertanyaan-pertanyaan) yang diberikan pada responden dapat dinyatakan reliabel (dapat dipercaya).

Berdasarkan hasil uji validitas di muka, selanjutnya dapat dilakukan pengujian reliabilitas. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan bantuan program komputer, yakni SPSS for Windows versi 15, didapat koefisien alfa (rhitung) untuk variabel motivasi mengajar sebesar 0,707 (Lampiran 3, halaman

87). Mengingat harga rhitung = 0,707 > dari harga rtabel = 0,235, maka

instrument (pertanyaan-pertanyaan) yang diberikan pada responden dapat dinyatakan reliabel (dapat dipercaya). Selanjutnya, untuk menentukan seberapa tinggi tingkat ke-reliabilitasan instrumen ini, digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi nilai r sebagai berikut (Sugiyono, 2005: 216):

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi


(55)

Berdasarkan harga rhitung = 0,707 dan berpedoman pada tabel interpretasi

korelasi nilai r di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi mengajar mempunyai tingkat reliabilitas tinggi.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif adalah teknik statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005: 21). Dalam statistik deskriptif ini akan dikemukakan cara-cara penyajian data (mengenai responden dan variabel penelitian) yang dilakukan dengan tabel distribusi frekuensi berikut penyajian atau penjelasan mengenai nilai-nilai statistik yang terkait di dalamnya.

2. Analisis Statistik

a. Pengujian Prasyarat Analisis 1). Uji Normalitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan rumus Kolmogorof-Smirnov:

D = Maksimum

[

fo

( )

fxSn

( )

x

]

Keterangan:

D = Deviasi atau penyimpangan maksimum

fo = Distribusi frekuensi komulatif yang ditentukan (teoritis)


(56)

Kesimpulan: jika dari hasil uji yang dilakukan diperoleh probabilitas (asymptotic significance) > 0,05, maka data berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas (asymptotic significance) < 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.

2). Uji Linearitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) mempunyai pengaruh yang linear terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahui linear tidaknya pengaruh tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel, dengan ketentuan jika

Fhitung > Ftabel, maka hipotesis model regresi linear ditolak, dan

sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis model regresi linear

diterima. Artinya, semua variabel independen (X) mempunyai pengaruh yang linear terhadap variabel dependen (Y).

Uji linearitas ini dapat dilakukan dengan uji F (Sudjana, 1996: 332):

F =

e S S TC

2 2

Keterangan:

F = Harga bilangan F untuk garis regresi

TC

S2 = Varians tuna cocok

e

S2 = Varians kekeliruan

b. Pengujian Hipotesis 1). Pengujian Hipotesis I

Untuk menguji hipotesis I yang menyatakan bahwa ada pengaruh besarnya gaji (X1) terhadap motivasi mengajar guru (Y) dilakukan


(57)

a) Analisis regresi sederhana seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005: 244), dengan rumus sebagai berikut:

Y = a+bX1 Keterangan:

Y = Variabel terikat (motivasi mengajar guru) X1 = Variabel bebas (besarnya gaji)

a = Konstanta b = Koefisien regresi

b) Menentukan koefisiensi korelasi (r) antara variabel bebas dan variabel terikat. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu:

=

r

xy

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y X = Variabel bebas (besarnya gaji)

Y = Variabel terikat (motivasi mengajar guru) n = Jumlah keseluruhan responden

Catatan:

Penafsiran koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut: 1. 0,80 - 1,00: Sangat tinggi

2. 0,60 - 0,79: Tinggi

3. 0,40 - 0,59: Cukup atau sedang 4. 0,20 - 0,39: Rendah

5. 0,00 - 0,19: Sangat rendah

Koefisien korelasi berkisar antara -1,00 s/d +1,00, dengan: 1. “-“ berarti korelasinya negatif

2. “+” berarti korelasinya positif 3. r = 0 berarti tidak ada korelasi

4. r = -1 atau +1 berarti ada korelasi negatif atau positif sempurna c) Penarikan kesimpulan:


(58)

2). Pengujian Hipotesis II

Untuk menguji hipotesis II yang menyatakan bahwa ada pengaruh beban pengeluaran keluarga (X2) terhadap motivasi mengajar guru

(Y) dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Analisis regresi sederhana seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005: 244), dengan rumus sebagai berikut:

Y = a+bX2 Keterangan:

Y = Variabel terikat (motivasi mengajar guru) X2 = Variabel bebas (beban pengeluaran keluarga)

a = Konstanta b = Koefisien regresi

b) Menentukan koefisiensi korelasi (r) antara variabel bebas dan variabel terikat. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu:

=

r

xy

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y X = Variabel bebas (beban pengeluaran keluarga) Y = Variabel terikat (motivasi mengajar guru) n = Jumlah keseluruhan responden

Catatan:

Penafsiran koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut: 1. 0,80 - 1,00: Sangat tinggi

2. 0,60 - 0,79: Tinggi

3. 0,40 - 0,59: Cukup atau sedang 4. 0,20 - 0,39: Rendah


(59)

Koefisien korelasi berkisar antara -1,00 s/d +1,00, dengan: 1. “-“ berarti korelasinya negatif

2. “+” berarti korelasinya positif 3. r = 0 berarti tidak ada korelasi

4. r = -1 atau +1 berarti ada korelasi negatif atau positif sempurna c) Penarikan kesimpulan:

H0 ditolak jika probabilitas < 0,05, dengan taraf signifikansi 5%.

3). Pengujian Hipotesis III

Untuk menguji hipotesis III yang menyatakan bahwa ada pengaruh jarak tempat tinggal (X3) terhadap motivasi mengajar guru (Y)

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Analisis regresi sederhana seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005: 244), dengan rumus sebagai berikut:

Y = a+bX3 Keterangan:

Y = Variabel terikat (motivasi mengajar guru) X3 = Variabel bebas (jarak tempat tinggal)

a = Konstanta b = Koefisien regresi

b) Menentukan koefisiensi korelasi (r) antara variabel bebas dan variabel terikat. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu:

=

r

xy

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y X = Variabel bebas (jarak tempat tinggal)

Y = Variabel terikat (motivasi mengajar guru) n = Jumlah keseluruhan responden


(60)

Catatan:

Penafsiran koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut: 1. 0,80 - 1,00: Sangat tinggi

2. 0,60 - 0,79: Tinggi

3. 0,40 - 0,59: Cukup atau sedang 4. 0,20 - 0,39: Rendah

5. 0,00 - 0,19: Sangat rendah

Koefisien korelasi berkisar antara -1,00 s/d +1,00, dengan: 1. “-“ berarti korelasinya negatif

2. “+” berarti korelasinya positif 3. r = 0 berarti tidak ada korelasi

4. r = -1 atau +1 berarti ada korelasi negatif atau positif sempurna c) Penarikan kesimpulan:

H0 ditolak jika probabilitas < 0,05, dengan taraf signifikansi 5%

4). Pengujian Hipotesis IV

Untuk menguji hipotesis IV yang menyatakan bahwa ada pengaruh besarnya gaji (X1), beban pengeluaran keluarga(X2), dan jarak tempat

tinggal (X3) terhadap motivasi mengajar guru (Y) dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Analisis regresi ganda seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2000: 28), dengan rumus sebagai berikut:

Y = a1X1+a2X2 +a3X3+K Keterangan:

Y = Motivasi mengajar guru

1

a = Koefisien Prediktor X1

2

a = Koefisien Prediktor X2

3

a = Koefisien Prediktor X3

1

X = Skor besarnya gaji

2

X = Skor beban pengeluaran keluarga

3

X = Skor jarak tempat tinggal K = Konstanta


(61)

b) Menentukan koefisien korelasi (R) antara variabel bebas dan variabel terikat. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi ganda (Sutrisno Hadi, 2000: 28), yaitu:

Ry(1,2,3) =

+

+

2 3 3 2 2 1 1 y y X a y X a y X a Keterangan :

Ry(1,2,3) = Kofisien korelasi antara X1, X2, dan X3, terhadap Y

1

a = Kofisien prediktor X1

2

a = Kofisien prediktor X2

3

a = Kofisien prediktor X3

X1y = Korelasi antara besarnya gaji dengan motivasi mengajar guru

X2y = Korelasi antara beban pengeluaran keluarga dengan motivasi mengajar guru

y X

3 = Korelasi antara jarak tempat tinggal dengan motivasi

mengajar guru Catatan:

Penafsiran koefisien korelasi (R) adalah sebagai berikut: 1. 0,80 - 1,00: Sangat tinggi

2. 0,60 - 0,79: Tinggi

3. 0,40 - 0,59: Cukup atau sedang 4. 0,20 - 0,39: Rendah

5. 0,00 - 0,19: Sangat rendah

Koefisien korelasi berkisar antara -1,00 s/d +1,00, dengan: 1. “-“ berarti korelasinya negatif

2. “+” berarti korelasinya positif 3. r = 0 berarti tidak ada korelasi

4. r = -1 atau +1 berarti ada korelasi negatif atau positif sempurna c) Penarikan kesimpulan:


(62)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini mencakup data tentang besarnya gaji, beban pengeluaran keluarga, dan jarak tempat tinggal guru SD Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, berikut keterangan tentang jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama mengajar dari masing-masing guru. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner kepada 174 guru PNS yang telah mengajar lebih dari 2 tahun di seluruh SD Negeri di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 170 kuesioner, atau dengan kata lain tingkat pengembalian kuesioner yang disebar adalah 97,7%. Dari 170 (97,7%) kuesioner yang kembali ini, hanya 165 kuesioner yang digunakan untuk kepentingan pengolahan data. Sisanya, lima (5) kuesioner tidak digunakan dalam pengolahan data karena tidak lengkap dalam pengisiannya. Berikut disajikan tabel tingkat pengembalian kuesioner tersebut:

Tabel 4.1

Tingkat Pengembalian Kuesioner

Inti No. Sekolah Disebar Kembali Tidak

Lengkap Jumlah

1. SDN 13 Ngarak 11 11 0 11

2. SDN 04 Ngarak 10 9 0 9

3. SDN 11 Pangkalan Durian 3 3 0 3

4. SDN 14 Kayu Tanam 7 7 0 7

5. SDN 27 Ngarak 9 9 0 9

I

6. SDN 29 Air Merah 2 2 0 2

7. SDN 20 Mandor 7 6 0 6

8. SDN 02 Mandor 11 11 2 9

9. SDN 15 Salatiga 4 4 1 3

10. SDN 18 Bobor 3 3 0 3

11. SDN 19 Singkong Luar 7 7 0 7

II

12. SDN 24 Kopiang 1 1 0 1


(63)

13. SDN 06 Tae Tukong 8 8 0 8

14. SDN 16 Kerohok 13 13 0 13

15. SDN 17 Pongok 2 2 0 2

16. SDN 23 Selutung 2 2 0 2

III

17. SDN 30 Pempadang 2 2 0 2

18. SDN 03 Sebadu 10 10 1 9

19. SDN 05 Setabar 8 8 0 8

20. SDN 10 Sebadu 9 9 1 8

21. SDN 12 Semenok 7 7 0 7

22. SDN 21 Agak Hulu 5 5 0 5

23. SDN 22 Paser 4 3 0 3

IV

24. SDN 32 Bamek/Semangan 2 2 0 2

25. SDN 07 Sekilap 6 6 0 6

26. SDN 01 Sumsum 8 8 0 8

27. SDN 08 Manggang 6 6 0 6

28. SDN 09 Pak Lete 1 1 0 1

29. SDN 25 Mianas 2 2 0 2

30. SDN 26 Penawar 3 2 0 2

31. SDN 28 Atong 1 1 0 1

V

32. SDN 31 Gedah 0 0 0 0

Jumlah 174 170 5 165

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden a. Jenis Kelamin Guru

Tabel 4.2

Deskripsi Jenis Kelamin Guru

No. Jenis Kelamin Frekuensi Frekuensi Relatif(%)

1. Perempuan 64 38,8

2. Laki-laki 101 61,2

Total 165 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa guru yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 64 orang (38,8%), dan guru yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 101 orang (61,2%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah guru yang berjenis kelamin laki-laki.


(64)

b. Tingkat Pendidikan Guru

Tabel 4.3

Deskripsi Tingkat Pendidikan Guru

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Frekuensi Relatif(%)

1. Sekolah Menengah 53 32,1

2. Diploma 97 58,8

3. Sarjana 15 9,1

Total 165 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa guru dengan latar belakang tingkat pendidikan Sekolah Menengah berjumlah 53 orang (32,1%), latar belakang tingkat pendidikan Diploma 97 orang (58,8%), dan latar belakang tingkat pendidikan Sarjana 15 orang (9,1%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah guru dengan latar belakang tingkat pendidikan Diploma.

c. Lama Mengajar

Tabel 4.4

Deskripsi Lama Mengajar Guru

No. Lama Mengajar Frekuensi Frekuensi Relatif(%)

1. Baru (< 10 th.) 33 20,0

2. Sedang (10 th. s/d 20 th.) 42 25,5

3. Lama (> 20 th.) 90 54,5

Total 165 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa guru dengan lama mengajar/masa kerja tergolong baru (< 10 tahun) berjumlah 33 orang (20,0%), lama mengajar/masa kerja tergolong sedang (10 tahun s/d 20 tahun) 42 orang (25,5%), dan lama mengajar/masa kerja tergolong lama (> 20 tahun) 90 orang (54,5%). Dengan demikian, dapat


(65)

disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah guru dengan lama mengajar/masa kerja tergolong lama (> 20 tahun).

2. Deskripsi Data a. Besarnya Gaji

Berdasarkan data tentang besarnya gaji yang diolah dengan bantuan SPSS for Windows versi 15 diketahui bahwa skor data tertinggi untuk gaji sebesar Rp. 2.524.700, dan skor data terendah untuk gaji sebesar Rp. 691.000. Dari hasil perhitungan data tentang variabel besarnya gaji dengan menggunakan SPSS for Windows versi 15 diperoleh nilai mean gaji = Rp. 1.883.912,12, median gaji = Rp. 1.968.800, modus gaji = Rp. 2.046.800, dan standar deviasi gaji = Rp. 383.483,18 (Lampiran 7, halaman 102).

Untuk mengkategorikan tinggi rendahnya gaji yang diterima guru setiap bulan, digunakan pedoman sebagai berikut: (1) jika gaji yang diterima kurang dari Rp. 1.300.000,-, maka terkategorikan rendah, (2) jika gaji yang diterima antara Rp. 1.300.000.- s/d Rp 1.800.000,-, maka terkategorikan sedang, dan (3) jika gaji yang diterima lebih dari Rp. 1.800.000,-, maka terkategorikan tinggi (Kompas, 1 Mei 2003). Berikut ini disajikan tabel kategori dan interpretasi variabel besarnya gaji (Lampiran 8, halaman 112):


(66)

Tabel 4.5

Kategori dan Interpretasi Variabel Besarnya Gaji

No. Interval

(Dalam Rupiah) Frek.

Frek. Relatif

(%)

Interpretasi

1. < 1.300.000,- 10 6,06 Rendah

2. Rp. 1.300.000,- – 1.800.000,- 55 33,33 Sedang

3. > 1.800.000,- 100 60,61 Tinggi

Total 165 100,00

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 10 orang guru atau 6,06% yang terkategorikan memiliki gaji rendah, 55 orang guru atau 33,33% yang terkategorikan memiliki gaji sedang, dan 100 orang guru atau 60,61% yang terkategorikan memiliki gaji tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki gaji yang terkategorikan tinggi. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan mean gaji

= Rp. 1.883.912,12, median gaji = Rp. 1.968.800, modus gaji = Rp. 2.046.800, dan standar deviasi gaji = Rp. 383.483,18.

b. Beban Pengeluaran Keluarga

Berdasarkan data tentang beban pengeluaran keluarga yang diolah dengan bantuan SPSS for Windows versi 15 diketahui bahwa skor data tertinggi untuk beban pengeluaran keluarga sebesar Rp. 8.976.800, dan skor data terendah untuk beban pengeluaran keluarga sebesar Rp. 900.000. Dari hasil perhitungan data tentang variabel beban pengeluaran keluarga dengan menggunakan SPSS for Windows versi 15 diperoleh nilai mean beban pengeluaran keluarga = Rp. 2.944.885,76, median beban pengeluaran keluarga = Rp. 2.870.550, modus beban pengeluaran


(67)

keluarga = Rp. 2.625.000, dan standar deviasi beban pengeluaran keluarga = Rp. 907.929,43 (Lampiran 7, halaman 102).

Untuk mengkategorikan tinggi rendahnya beban pengeluaran keluarga yang ditanggung guru setiap bulan, mengacu pada kategori seperi pengkategorian data tentang besarnya gaji di atas. Berikut ini disajikan tabel kategori dan interpretasi variabel beban pengeluaran keluarga (Lampiran 8, halaman 112):

Tabel 4.6

Kategori dan Interpretasi Variabel Beban Pengeluaran Keluarga

No. Interval

(Dalam Rupiah) Frek.

Frek. Relatif

(%)

Interpretasi

1. < 1.300.000,- 2 1,21 Rendah

2. Rp. 1.300.000,- – 1.800.000,- 5 3,03 Sedang

3. > 1.800.000,- 158 95,76 Tinggi

Total 165 100,00

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 2 orang guru atau 1,21% yang terkategorikan memiliki beban pengeluaran keluarga rendah, 5 orang guru atau 3,03% yang terkategorikan memiliki beban pengeluaran keluarga sedang, dan 158 orang guru atau 95,76% yang terkategorikan memiliki beban pengeluaran keluarga tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki beban pengeluaran keluarga yang terkategorikan tinggi. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan mean beban pengeluaran keluarga = Rp. 2.944.885,76, median beban pengeluaran keluarga = Rp. 2.870.550, modus beban pengeluaran keluarga = Rp. 2.625.000, dan standar deviasi beban pengeluaran keluarga = Rp. 907.929,43.


(68)

c. Jarak Tempat Tinggal

Berdasarkan data tentang jarak tempat tinggal yang diolah dengan bantuan SPSS for Windows versi 15 diketahui bahwa skor data tertinggi untuk jarak tempat tinggal adalah 45 Km, dan skor data terendah untuk jarak tempat tinggal adalah 0 Km. Dari hasil perhitungan data tentang variabel jarak tempat tinggal dengan menggunakan SPSS for Windows

versi 15 diperoleh nilai mean jarak tempat tinggal = 14,87 Km, median jarak tempat tinggal = Rp. 14 Km, modus jarak tempat tinggal = 7 Km, dan standar deviasi jarak tempat tinggal = 9,53 Km (Lampiran 7, halaman 102).

Untuk mengkategorikan jauh dekatnya jarak tempat tinggal dari sekolah tempat bekerja, digunakan pedoman sebagai berikut: (1) jika jarak tempat tinggal kurang dari 15 Km, maka terkategorikan dekat, (2) jika jarak tempat tinggal antara 15 Km s/d 30 Km, maka terkategorikan sedang, dan (3) jika jarak tempat tinggal lebih dari 30 Km, maka terkategorikan jauh. Berikut ini disajikan tabel kategori dan interpretasi variabel jarak tempat tinggal (Lampiran 8, halaman 112):

Tabel 4.7

Kategori dan Interpretasi Variabel Jarak Tempat Tinggal

No. Interval

(Dalam Km) Frek.

Frek. Relatif

(%)

Interpretasi

1. < 15 Km 88 53,33 Dekat

2. 15 Km – 30 Km 67 40,61 Sedang

3. > 30 Km 10 6,06 Jauh


(69)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 88 orang guru atau 53,33% yang terkategorikan memiliki jarak tempat tinggal dekat, 67 orang guru atau 40,61% yang terkategorikan memiliki jarak tempat tinggal sedang, dan 14 orang guru atau 6,06% yang terkategorikan memiliki jarak tempat tinggal jauh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki jarak tempat tinggal yang terkategorikan dekat. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan mean jarak tempat tinggal = 14,87 Km, median jarak tempat tinggal = Rp. 14 Km, modus jarak tempat tinggal = 7 Km, dan standar deviasi jarak tempat tinggal = 9,53 Km.

d. Motivasi Mengajar

Berdasarkan data tentang jarak tempat tinggal yang diolah dengan bantuan SPSS for Windows versi 15 diketahui bahwa skor data tertinggi untuk motivasi mengajar adalah 83, dan skor data terendah untuk motivasi mengajar adalah 52. Dari hasil perhitungan data tentang variabel motivasi mengajar dengan menggunakan SPSS for Windows versi 15 diperoleh nilai mean motivasi mengajar = 66,23, median motivasi mengajar = 66, modus motivasi mengajar = 65, dan standar deviasi motivasi mengajar = 5,53 (Lampiran 7, halaman 102). Berikut ini disajikan tabel kategori dan interpretasi variabel motivasi mengajar guru berdasarkan PAP Tipe II (Masidjo, 1995: 157 – 160) (Lampiran 8, halaman 113):


(1)

135 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

136 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

137 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

138 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

139 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

140 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perilaku Higienitas Terhadap Kejadian Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat

4 52 93

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 73

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SMK NEGERI DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 3 52

KONTRIBUSI KOMPENSASI DAN MOTIVASI MENGAJAR TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN TUMIJAJAR, TULANG BAWANG BARAT,LAMPUNG :Studi Analitik terhadap Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi.

0 2 76

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR KECAMATAN CAMPAKA DAN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA.

0 2 45

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

0 1 67

PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI: Studi Deskriftif Terhadap Guru Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.

1 1 60

PENGARUH PENGHASILAN KELUARGA DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP MINAT PADA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN.

0 0 14

Pengaruh penghasilan keluarga dan jarak tempat tinggal terhadap minat pada program jaminan persalinan cover

0 3 14

PENGARUH BESARNYA GAJI, BEBAN PENGELUARAN KELUARGA, DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR GURU

0 2 170