Dewasa Awal INDIVIDU DEWASA AWAL YANG BERPACARAN JARAK JAUH

yang rendah cenderung berfokus pada kelemahannya, merasa tidak dihargai, dirinya didominasi oleh perasaan yang negatif dan seringkali cenderung menghindar dari situasi yang menimbulkan kecemasaan, seperti ketika mengalami sebuah masalah. Hal-hal semacam itu sangat berpengaruh terhadap relasi individu tersebut dengan pasangannya saat menjalin hubungan pacaran. Individu yang mampu menerima dirinya, percaya pada dirinya dan menghargai dirinya sendiri akan cenderung mampu menerima orang lain, percaya pada orang lain dan mampu menghargai orang lain dengan baik. Sebaliknya, individu yang memiliki penghargaan diri yang negatif akan cenderung tidak percaya pada dirinya serta tidak mampu menerima dirinya sendiri dan cenderung akan melakukan hal yang sama pada orang lain. Individu tersebut akan mudah untuk curiga, serta memandang orang lain secara negatif. Pada hubungan pacaran tidak selalu individu dapat berdekatan secara fisik dengan pasangannya. Terkadang banyak pasangan yang harus menjalin hubungan pacaran dengan dibatasi jarak yang jauh. Situasi semacam ini sering disebut dengan hubungan pacaran jarak jauh. Hubungan yang semacam ini membutuhkan strategi pengelolaan hubungan secara khusus. Hal ini dikarenakan pada hubungan jarak jauh tidak memungkinkan individu dengan pasangannya untuk bertatap muka dengan intensitas yang sering sehingga ketika ada masalah atau konflik, seringkali individu tersebut harus menyelesaikannya tanpa bertemu secara face to face. Individu yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh membutuhkan suatu manajemen konflik yang bersifat konstruktif, sehingga walaupun individu tersebut dan pasangannya tidak dapat menyelesaikan konflik secara langsung dengan face to face, namun konflik yang terjadi tetap dapat ditangani dan hubungan yang terjalin tetap akan berjalan dengan baik. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam hal ini harga diri kembali berperan penting. Hal ini dikarenakan harga diri menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan dalam rangka memecahkan masalah atau konflik dalam kehidupannya. Saat menghadapi masalah, individu yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung mampu memecahkan masalah dan mengatasi berbagai tekanan dengan efektif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pemecahan masalah yang efektif dapat dilakukan dengan cara mencoba untuk membicarakan masalah dan mendiskusikan apa yangmenjadi keinginan masing-masing pihak yang berkonflik. Hal bertujuan supaya pihak-pihak yang berkonflik dapat memahami satu sama lain dan dapat mencapai suatu solusi yang adil atau bahkan memuaskan. Cara penanganan konflik yang cenderung bersifat konstruktif seperti itu sesuai dengan gaya manajemen konflik kompromi dan kolaborasi. Dilain sisi individu yang memiliki harga diri yang rendah cenderung akan menghindari kecemasan yang timbul dengan menghindari masalah yang sedang terjadi. Hal ini dikarenakan individu tersebut merasa tidak mampu untuk menghadapi situasi tersebut. Pemecahan masalah dengan seperti itu