jauh merupakan suatu hubungan yang tidak memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face karena terpisah jarak dalam jangka
waktu tertentu. Dalam jurnal Perceptions of College Students in Long Distance
Relationships Skinner, 2005 disebutkan bahwa pengertian pacaran jarak
jauh berbeda-beda berdasarkan penelitian yang dilakukan. Mayoritas penelitian menggunakan kriteria “pisah jarak”, bagaimanapun jarak yang
digunakan berbeda-beda. Schwebel menggunakan 50 mil 80,4672 km atau lebih dalam penelitiannya, s
edangkan Lydin, Pierce, O’Regan dan Knox menggunakan 200 mil 321,8688 km atau lebih untuk
mendefinisikan pacaran jarak jauh. Penelitian lain bahkan menggunakan definisi lain yang kurang konkret, seperti Gulder menggunakan perkataan
“pasanganku tinggal cukup jauh dariku yang akan sangat susah atau tidak mungkin untuk melihatnya setiap hari”. Definisi yang berbeda
menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang berperan dalam hubungan pacaran jarak jauh Skinner,2005
Holt Stone dalam Kidenda, 2002 menggunakan faktor waktu dan jarak untuk mengkategorisasikan pasangan yang menjalani
pacaran jarak jauh. Berdasarkan informasi demografis dari partisipan penelitian yang menjalani pacaran jarak jauh, didapat tiga kategori waktu
berpisah 0, kurang dari 6 bulan, lebih dari 6 bulan, tiga kategori waktu pertemuan sekali seminggu, sebulan sekali, kurang dari satu kali
sebulan, dan tiga kategori jarak 0-1 mil, 2-294 mil, lebih dari 250 mil.
Dari hasil penelitian Holt Stone dalam Kidenda, 2002 ini, ditemukan bahwa pacaran jarak jauh dapat dikategorisasikan berdasarkan ketiga
faktor tersebut.
3. Individu Dewasa Awal yang Berpacaran Jarak Jauh
Pada penelitian ini, pacaran jarak jauh didefinisikan sebagai salah satu tugas perkembangan yang dilalui oleh individu untuk menjalin
relasi yang lebih intim dan personal dengan lawan jenis, dimana hubungan tersebut tidak memungkinkan pasangan untuk bertemu secara
face to face dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dikarenakan individu
dan pasangannya terpisah secara fisik, yaitu minimal berada di kota yang berbeda dan telah menjalani pacaran jarak jauh minimal 3 bulan dan
mengadakan pertemuan maksimal 1 kali per bulan.
D. Dinamika Hubungan antara Harga diri dan Manajemen Konflik pada
Individu Dewasa Awal yang sedang Menjalin Hubungan Pacaran Jarak Jauh
Individu dewasa awal memiliki tugas perkembangan untuk membina hubungan romantis dengan lawan jenisnya. Dalam hubungan romantis, harga
diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempengaruhi bagaimana individu tersebut membangun relasi dengan orang lain terutama dengan
pasangannya. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan mampu menerima dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dia
miliki. Individu tersebut juga cenderung memiliki keyakinan bahwa dirinya layak, mampu dan berharga. Sebaliknya individu yang memiliki harga diri
yang rendah cenderung berfokus pada kelemahannya, merasa tidak dihargai, dirinya didominasi oleh perasaan yang negatif dan seringkali cenderung
menghindar dari situasi yang menimbulkan kecemasaan, seperti ketika mengalami sebuah masalah.
Hal-hal semacam itu sangat berpengaruh terhadap relasi individu tersebut dengan pasangannya saat menjalin hubungan pacaran. Individu yang
mampu menerima dirinya, percaya pada dirinya dan menghargai dirinya sendiri akan cenderung mampu menerima orang lain, percaya pada orang lain
dan mampu menghargai orang lain dengan baik. Sebaliknya, individu yang memiliki penghargaan diri yang negatif akan cenderung tidak percaya pada
dirinya serta tidak mampu menerima dirinya sendiri dan cenderung akan melakukan hal yang sama pada orang lain. Individu tersebut akan mudah
untuk curiga, serta memandang orang lain secara negatif. Pada hubungan pacaran tidak selalu individu dapat berdekatan secara
fisik dengan pasangannya. Terkadang banyak pasangan yang harus menjalin hubungan pacaran dengan dibatasi jarak yang jauh. Situasi semacam ini
sering disebut dengan hubungan pacaran jarak jauh. Hubungan yang semacam ini membutuhkan strategi pengelolaan hubungan secara khusus. Hal
ini dikarenakan pada hubungan jarak jauh tidak memungkinkan individu dengan pasangannya untuk bertatap muka dengan intensitas yang sering
sehingga ketika ada masalah atau konflik, seringkali individu tersebut harus menyelesaikannya tanpa bertemu secara face to face.