beragai cara. Padahal menghindari konflik dengan berbagai cara dapat sangat merugikan karena akan menunda kebutuhan atau hak
dan menjadi tidak mampu untuk jujur pada orang lain. Winardi 1994 berpendapat bahwa, apabila tak seorangpun
yang terlibat dalam konflik mencapai keinginannya dan alasan terjadinya konflik tidak mengalami perubahan. Konflik yang
dikelola dengan orientasi kalah-kalah seakan-akan terselesaikan atau bahkan lenyap untuk sementara waktu, namun akan memiliki
tendensi untuk muncul kembali pada masa mendatang.
d. Akomodasi
Akomodasi adalah untuk menyerah pada tuntutan orang lain Beebe, 2011. Dalam gaya ini, hubungan sangat diutamakan
sehingga kurang
mementingkan tujuan-tujuan
pribadinya Supratiknya, 1995. Gaya ini membiarkan pihak lain yang
berkonflik dengannya
lebih menonjol
daripada dirinya
Winardi,1994. Menurut Pickering 2001, gaya manajemen konflik
akomodasi menilai orang lain lebih tinggi dan memberi nilai rendah pada diri sendiri dan barangkali mencerminkan rasa rendah diri
orang tersebut. Perhatian yang besar pada kepentingan orang lain menyebabkan seseorang berusaha memuaskan kebutuhan orang lain,
dengan mengorbankan hal yang sebenarnya penting bagi dirinya sendiri.
Gaya manajemen konflik ini termasuk dalam manajemen konflik yang berorientasi kalah-
menang” Beebe, 2011. Menurut Winardi 1994, orientasi ini terjadi bila salah satu pihak mencapai
apa yang diinginkan sedangkan yang lainnya tidak.
e. Kompetisi
Pada gaya manajemen konflik ini, individu mencoba untuk menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik
yang disodorkannya
Supratiknya, 1995.
Individu yang
menggunakan gaya ini cenderung berfokus pada dirinya sendiri dan mengabaikan orang lain. Individu tersebut cenderung ingin selalu
menang dengan mengorbankan orang lain yang sedang berkonflik dengannya Beebe, 2011.
Beebe 2011, menambahkan bahwa pada gaya ini individu cenderung mencoba mengendalikan orang lain dengan memberikan
ancaman dan peringatan. Hal ini didukung dengan pendapat Supratiknya 1995 yang mengatakan bahwa individu yang
menggunakan gaya manajemen konflik ini selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengungguli dan mengancam pihak lain.
Menurut Beebe 2011, individu yang menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi memiliki filosofi menang-kalah.
Wood 2007 berpendapat bahwa manajemen konflik yang berorientasi menang-kalah menganggap bahwa konflik adalah
kompetisi dan hanya memiliki satu pemenang. Orientasi ini sering