Gaya manajemen konflik ini termasuk dalam manajemen konflik yang berorientasi kalah-
menang” Beebe, 2011. Menurut Winardi 1994, orientasi ini terjadi bila salah satu pihak mencapai
apa yang diinginkan sedangkan yang lainnya tidak.
e. Kompetisi
Pada gaya manajemen konflik ini, individu mencoba untuk menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik
yang disodorkannya
Supratiknya, 1995.
Individu yang
menggunakan gaya ini cenderung berfokus pada dirinya sendiri dan mengabaikan orang lain. Individu tersebut cenderung ingin selalu
menang dengan mengorbankan orang lain yang sedang berkonflik dengannya Beebe, 2011.
Beebe 2011, menambahkan bahwa pada gaya ini individu cenderung mencoba mengendalikan orang lain dengan memberikan
ancaman dan peringatan. Hal ini didukung dengan pendapat Supratiknya 1995 yang mengatakan bahwa individu yang
menggunakan gaya manajemen konflik ini selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengungguli dan mengancam pihak lain.
Menurut Beebe 2011, individu yang menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi memiliki filosofi menang-kalah.
Wood 2007 berpendapat bahwa manajemen konflik yang berorientasi menang-kalah menganggap bahwa konflik adalah
kompetisi dan hanya memiliki satu pemenang. Orientasi ini sering
kali merusak hubungan karena seorang dari yang lain harus mengalami kekalahan. Orang yang seringkali mengalami kekalahan
akan memunculkan ketidak nyamanan pada dirinya sendiri dan akan menimbulkan frustasi. Dan sering kali orang yang kalah memiliki
keinginan untuk membalas dengan berusaha memenangkan perdebatan berikutnya
Dari kelima gaya manjanemen konflik tersebut memang terkadang individu tidak selalu hanya menggunakan satu pendekatan
atau satu gaya manajemen konflik saja. Hal ini dikarenakan individu tersebut terkadang juga menyesuaian situasi atau konteks dimana
konflik tersebut terjadi. Namun dalam menghadapi konflik individu selalu memiliki salah satu gaya atau pendekatan yang dominan yang
cenderung sering digunakannya.
6. Manfaat Konflik yang ditangani dengan manajemen konflik yang
konstruktif
Hal-hal positif dari konflik dapat terjadi ketika individu yang terlibat dalam konflik mampu menghadapi dan memecahkan konflik-
konflik yang terjadi secara konstruktif Supratiknya, 1995. Beberapa manfaat positif dari konflik yang dikelola dengan
konstruktif menurut Johnson dalam Supratiknya 1995 yaitu : a. Dapat menjadikan individu sadar bahwa ada persoalan yang perlu
dipecahkan dalam hubungannya dengan orang lain.
b. Dapat menyadarkan dan mendorong individu untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri. Evaluasi yang dilakukan terhadap
diri, muncul perbaikan-perbaikan dalam diri. c. Dapat menjadikan hidup menjadi lebih menarik. Adanya perbedaan
pendapat dan perdebatan mengenai suatu hal, mendorong individu untuk memahami dan mendalami pokok permasalahan sehingga
membuat hidup menjadi tidak membosankan. d. Dapat menjadikan individu sadar akan siapa diriya atau seperti apa
dirinya yang sesungguhnya. Pertengkaran dengan orang lain membuat individu menjadi sadar akan apa yang disukai dan tidak
disukainya, apa yang diinginkan dan yang tidak diinginkan dan sebagainya.
Wood 2007 menambahkan beberapa manfaat positif konflik saat dikelola dengan konstruktif :
a. Konflik memberi kesempatan bagi orang yang terlibat untuk semakin tumbuh secara individu dan mampu memperkuat hubungan.
Konflik dapat membuat kita memiliki kesadaran akan adanya perbedaan dalam diri kita sendir dan dapat membuat kita mengubah
pandangan terhadap diri. b. Konflik dapat memperdalam hubungan dengan memperdalam
pemahaman satu sama lain. Hal ini dikarenakan dengan konflik individu yang terlibat didalamnya menjadi lebih paham akan
kebutuhan dan keinginan masing-masing.