Pengertian Pacaran Jarak Jauh
Individu yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh membutuhkan suatu manajemen konflik yang bersifat konstruktif, sehingga walaupun
individu tersebut dan pasangannya tidak dapat menyelesaikan konflik secara langsung dengan face to face, namun konflik yang terjadi tetap dapat
ditangani dan hubungan yang terjalin tetap akan berjalan dengan baik. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam hal ini harga diri kembali
berperan penting. Hal ini dikarenakan harga diri menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan dalam rangka memecahkan masalah atau
konflik dalam kehidupannya. Saat menghadapi masalah, individu yang memiliki harga diri yang
tinggi cenderung mampu memecahkan masalah dan mengatasi berbagai tekanan dengan efektif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Pemecahan masalah yang efektif dapat dilakukan dengan cara mencoba untuk membicarakan masalah dan mendiskusikan apa yangmenjadi keinginan
masing-masing pihak yang berkonflik. Hal bertujuan supaya pihak-pihak yang berkonflik dapat memahami satu sama lain dan dapat mencapai suatu
solusi yang adil atau bahkan memuaskan. Cara penanganan konflik yang cenderung bersifat konstruktif seperti itu sesuai dengan gaya manajemen
konflik kompromi dan kolaborasi. Dilain sisi individu yang memiliki harga diri yang rendah cenderung
akan menghindari kecemasan yang timbul dengan menghindari masalah yang sedang terjadi. Hal ini dikarenakan individu tersebut merasa tidak mampu
untuk menghadapi situasi tersebut. Pemecahan masalah dengan seperti itu
termasuk dalam gaya manajemen konflik yang cenderung bersifat destruktif. Hal ini dikarenakan masalah yang terjadi tidak dicoba untuk dicari
penyelesaiannya namun malah dihindari, sehingga memiliki tendensi untuk muncul kembali. Gaya manajemen lain yang juga cenderung bersifat
destruktif adalah akomodasi dan kompetisi. Hal ini dikarenakan gaya tersebut memandang konflik sebagai suatu persaingan yang hanya memiliki satu
pemenang, sehingga solusi yang dihasilkannya menjadi tidak memuaskan untuk salah satu pihak yang berkonflik. Orang yang memiliki harga diri yang
rendah diduga memiliki kecenderungan untuk menggunakan manajemen konflik akomodasi karena individu tersebut merasa tidak memiliki
kemampuan untuk dapat menghadapi konflik dengan baik. Hal ini membuat individu tersebut memilih untuk mengalah dan menuruti kemauan dari orang
lain yang berkonflik dengannya. Namun disisi lain, orang yang memiliki harga diri yang rendah juga bisa jadi menggunakan manajemen konflik
kompetisi, yaitu mencoba selalu menang saat ada konflik. Cara yang seringkali digunakan individu tersebut dalam memenangkan konflik adalah
dengan menyerang pihak lain dengan ancaman-ancaman. Hal tersebut terkadang mereka lakukan hanya untuk menutupi ketidak mampuannya
menangani konflik dengan cara yang lebih efektif. Dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik yang dipilih seseorang
berhubungan dengan harga diri yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan cenderung menghadapi konflik dengan
manajemen konflik yang bersifat konstruktif, sedangkan individu yang
memiliki harga diri yang rendah akan cenderung menghadapi konflik dengan manajemen konflik yang destruktif.