PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

perasaan masing-masing. Hal tersebut terjadi ketika individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Beebe 2009 yang berpendapat bahwa harga diri mempengaruhi kemampuan seseorang untuk peka terhadap orang lain. Menurut Wood 2007, memahami apa yang diinginkan oleh masing-masing individu yang berkonflik adalah langkah penting untuk menemukan cara menangani konflik secara efektif. Manajemen konflik konstruktif tidak akan muncul ketika individu tidak dapat menghargai orang lain bahkan diri kita sendiri dari segi kebutuhan maupun perasaan Wood,2007. Ketika individu dan pasangannya masing-masing mampu menghargai dirinya sendiri, menghargai pasangan, saling peka akan perasaan dan kebutuhan satu sama lain, maka jarak tidak lagi menjadi sebuah masalah besar dalam hubungan mereka. Sekalipun ada konflik yang terjadi, mereka tetap mampu mengelolanya dengan baik. Hasil lain dari penelitian ini yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dan manajemen konflik menghindari. Hal ini ditunjukkan oleh skor korelasi antara kedua variabel tersebut sebesar -0,347 dengan signifikansi sebesar 0,005 p 0,01. Hal tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi harga diri yang dimiliki indvidu, semakin rendah pula penggunakan manajemen konflik menghindar oleh individu tersebut. Hasil ini menunjukkan bawah hipotesis penelitian yang ketiga diterima. Pada penelitian ini individu dengan harga diri rendah sebanyak 46. Harga diri rendah yang dimiliki oleh seseorang berhubungan dengan kecenderungan penggunaan manajemen konflik yang destruktif yaitu menghindar, akomodasi dan kompetisi dalam menghadapi masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian hipotesis awal diterima, namun ada pula sebagian hipotesis yang tidak diterima. Sebagian hipotesis yang tidak diterima tersebut adalah harga tinggi rendah yang dimiliki oleh seseorang ternyata tidak berhubungan dengan kecenderungan penggunaan majamen konflik kompetisi dan akomodasi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan penggunaan manajemen konflik kompetisi malah dilakukan oleh bahwa inidividu yang memiliki harga diri yang tinggi. Selain itu menurut hasil penelitian orang yang memiliki harga diri rendah tidak selalu menghadapi konflik dengan manajemen konflik akomodasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga diri berhubungan negatif dengan penggunaan manajemen konflik menghindari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harga diri seseorang maka semakin rendah penggunaan manajemen konflik menghindar. Sebaliknya, semakin rendah harga diri yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi penggunaan manajemen konflik menghindar. Supratiknya 1995 mengungkapkan orang yang menggunakan manajemen konflik menghindar percaya bahwa setiap usaha pemecahan konflik hanya akan sia-sia sehingga memilih untuk mengindarinya. Hal ini didukung oleh Clemens and Bean dalam Simbolon 2009 yang berpendapat bahwa orang yang memiliki harga diri rendah cenderung akan menunjukkan emosi dan perasaan negatif sehingga tidak mampu mengatasi masalahnya secara efektif. Mereka akan menghindar dari situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti ketika mengalami sebuah masalah. Berne 1988 berpendapat bahwa harga diri rendah membuat individu tersebut memiliki gambaran diri yang negatif. Hal ini dapat menghalangi kemampuan individu tersebut untuk menjalin hubungan dengan orang lain, mengatasi ketakutan dan emosinya yang kuat. Taylor 2009 orang yang memandang rendah dirinya cenderung pesimis dan sering berkubang dalam perasaan negatif. Dalam hubungan pacaran jarak jauh, kepercayaan merupakan hal yang utama. Ketika individu tidak memiliki gambaran yang negatif terhadap dirinya, individu tersebut akan memiliki kecenderungan untuk memandang dirinya rendah dan tidak mampu percaya pada dirinya sendiri. Hal ini membuat dirinya dipenuhi dengan perasaan negatif yang terbawa pada hubunganya dengan pasangan. Ketika hal tersebut terjadi, individu akan cenderung untuk tidak mampu percaya pada pasangannya dan seringkali menaruh rasa curiga serta memandang pasangan secara negatif. Seperti yang diungkapkan Diah 2010 dalam penelitiannya menyatakan bahwa seringkali kepercayaan yang rendah dan kesalah pahaman merupakan sumber masalah dalam hubungan pacaran jarak jauh. Ketika individu yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh memilih menggunakan manajemen konflik menghindar, maka dimungkinkan hubungan yang dijalani menjadi kurang baik. Hal ini dikarenakan masalah yang terjadi sebenarnya tidak benar-benar terselesaikan. Menghindari masalah malah akan memberi kesan bahwa individu tersebut tidak peduli terhadap masalah yang terjadi Pickering, 2001. Hal ini diperkuat dengan pendapat Beebe 2011 yang mengungkapkan bahwa gaya menghindari koflik seringkali menunjukkan bahwa seseorang memiliki kepedulian yang rendah terhadap orang lain. Ketika hal tersebut terjadi bisa saja malah akan menyulut konflik yang lebih besar. Senada dengan hal tersebut Pickering 2001 mengatakan bahwa gaya ini dapat menimbulkan kejengkelan pada pihak yang berkonflik dengan individu tersebut dan tidak memberi kepuasan sehingga konflik cenderung akan terus berlanjut. Pada hasil lainnya juga didapat skor korelasi antara harga diri dan manajemen konflik akomodasi menunjukkan angka sebesar -0.53. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang lemah antara harga diri dan manajemen konflik akomodasi dengan signifikansi sebesar 0,356. Walaupun skor korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang lemah, namun dikarenakan angka signifikansinya lebih dari 0,05 maka tidak dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan negatif yang signifikan. Skor signifikansi yang melebihi batas tersebut hanya menunjukkan bahwa keduanya memiliki korelasi hanya pada subjek yang ada di penelitian ini dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi atau dengan kata lain tidak dapat menggambarkan keadaan populasi. Hal tersebut berarti tidak dapat dikatakan bahwa harga diri yang tinggi berhubungan dengan rendahnya penggunaan manajemen konflik akomodasi oleh subjek. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang keempat ditolak. Pada penelitian kualitatif mengenai manajemen konflik pada individu yang memiliki hubungan pacaran jarak jauh yang dilakukan Gayle 2012, salah satu subjeknya menyatakan demikian : “jika salah satu diantara kami tidak ada mengalah maka masalah tidak akan selesai to?” Dalam penelitian kualitatif lainnya yang dilakukan oleh Nisa 2010 yang membahas mengenai konflik pada individu yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, menyatakan bahwa cara subjeknya menyelesaikan konflik dalam hubungannya salah satunya juga dengan mengalah pada pasangan dengan alasan supaya hubungan yang terjalin dapat kembali baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh terkadang memakai akomodasi sebagai cara mereka menyelesaikan konflik supaya konflik yang terjadi tidak berkepanjangan. Orang yang menggunakan gaya manajemen konflik akomodasi mengutamakan hubungan daripada tujuan atau kepentingan pribadinya Supratiknya,1995. Walaupun menurut Pickering 2001, gaya manajemen konflik ini menilai orang lain lebih tinggi dan melai diri sendiri lebih rendah dan barangkali mencerminkan rasa rendah diri orang tersebut, namun pada penelitian ini tidak terbukti. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan skor korelasi antara harga diri dan manajemen konflik kompetisi sebesar 0,060. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang lemah antara harga diri dan manajemen konflik kompetisi dengan signifikansi sebesar 0.339. Walaupun skor korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang lemah, namun dikarenakan angka signifikansinya lebih dari 0,05 maka tidak dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan positif yang signifikan. Skor signifikansi yang melebihi batas tersebut hanya menunjukkan bahwa keduanya memiliki korelasi hanya pada subjek yang ada di penelitian ini dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi atau dengan kata lain tidak dapat menggambarkan keadaan populasi. Hal tersebut berarti tidak dapat dikatakan bahwa harga diri yang tinggi berhubungan dengan tingginya penggunaan manajemen konflik kompetisi oleh subjek. Hal ini juga tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara harga diri dan manajemen konflik kompetisi. Hal ini berarti hipotesis kelima penelitian ini juga ditolak. Individu dengan gaya manajemen konflik kompetisi cenderung ingin selalu menang dan mengorbankan orang lain yang sedang berkonflik dengannya, hal ini dikarenakan manajemen konflik ini memiliki filosifi menang-kalah 2011. Baumeister, Smart, Boden, 1996 dalam Baron 2003 mengungkapkan orang yang memiliki harga diri yang terlalu tinggi akan cenderung memiliki superioritas yang kuat, dan ketika ada orang lain yang memandang dirinya tidak sepositif dirinya sendiri, mereka akan cenderung merasa harga dirinya terluka. Hal ini kemungkinan akan menyebabkan individu tersebut menyerang lawan yang berkoflik dengannya. 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai harga diri dan hubungannya dengan manajemen konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan jarak jauh, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan manajemen konflik kompromi. Hal ini berarti semakin tinggi harga diri yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula penggunaan manajemen konflik kompromi oleh individu tersebut. b. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan manajemen konflik kolaborasi. Hal ini berarti semakin tinggi harga diri yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula penggunaan manajemen konflik kolaborasi oleh individu tersebut. c. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dan manajemen konflik menghindari. Hal ini berarti semakin tinggi harga diri yang dimiliki seseorang maka semakin rendah penggunaan manajemen konflik menghindari oleh individu tersebut. d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan manajemen konflik akomodasi. Walaupun skor korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang lemah, namun karena tidak signifikan maka tidak dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan yang negatif. e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan manajemen konflik kompetisi. Walaupun skor korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang lemah, namun karena tidak signifikan maka tidak dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan yang positif.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Pada penelitian ini subjeknya terlalu sedikit hanya 50 orang, hal ini menyebabkan hasil yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi dari subjek penelitian dengan baik. Selain itu pernyataan pada skala yang harus diisi oleh subjek terlalu banyak, feedback yang diperoleh peneliti dari subjek yang mengisi skala rata-rata mengeluh kan hal tersebut karena ketika mengisi menjadi terlalu jenuh.

C. SARAN

Berdasarkan proses penelitian dan hasil penelitian, maka diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi penelitian yang akan datang a. Berkaitan dengan alat ukur pada penelitian ini yang jumlahnya terlalu banyak, peneliti menyarankan supaya peneliti selanjutnya mempertimbangkan jumlah item yang akan digunakan supaya dalam pengisian skala subjek tidak merasa jenuh ketika itemnya tidak terlalu banyak. b. Subjek penelitian ini dirasa terlau sedikit, sehingga tidak terlalu bisa menggambarkan keadaan populasi yang sesungguhnya, sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya menambah subjek penelitian sebanyak mungkin supaya hasil yang diperoleh dapat lebih menggambarkan populasi dengan lebih baik. c. Sebaiknya mempertimbangkan untuk memasukkan sumber konflik dalam skala penelitian supaya didapatkan gambaran dari latar belakang konflik yang sering muncul dalam hubungan pacaran khususnya pacaran jarak jauh. 2. Bagi individu yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh Mencoba untuk mengolah diri terutama mengenai harga diri dan manajemen konflik yang akan dipilih untuk menangani konflik yang muncul dalam hubungnanya, supaya lebih dapat mengembangkan diri serta dapat memanajemen konflik dengan baik dan hubungan yang dijalin dapat berjalan dengan lebih baik. 83 DAFTAR PUSTAKA Adam, L. Lenz, E. 1995. Be Your Best : Jadilah Diri Anda Sendiri : Efektivitas Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Baron, R. A., Byrne, D., Branscome, N. R. 2003. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh . Jakarta : Erlangga. Beebe, Steven A. 2011. Interpersonal Communication : Relating to Other Six Edition. United State : Pearson Edicaton, inc. Berne, Patricia Savary Louis 1988. Membangun Harga Diri Anak. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Cornelius, Helena Shosana Faire. 1995. Siapapun Bisa Menang : Strategi MenangMenang dalam Konflik . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Coopersmith, S. 1967. The Antecedent of Self Esteem. W. H. Freeman and Company : San Fransisco Diah, Maria Fransiska. 2010. Perbedaan Problem Focused Coping dalam Menghadapi Masalah pada Pria dan Wanita yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh di Masa Dewasa Awal. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Sanata Dharma Skripsi tidak diterbitkan. Gayle, Nira Thabitha , Yuli Nugraheni. 2012. Komunikasi Antar-Pribadi : Strategi Manajemen Konflik Pacaran Jarak Jauh. Jurnal Ilmiah Komunikasi Volume 1 Nomor 01 Juli 2012. Diunduh pada tanggal 28 juni 2014, dari http:download.portalgaruda.orgarticle.php?article=114071val=5208 Herkusumaningtyas, Chatarina M. 2004. Hubungan Harga Diri dan Pemakaian Kosmetika Pengharum Tubuh pada Remaja . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Sanata Dharma Skripsi tidak diterbitkan. Indriati, Monica N. 2001. Hubungan antara Perilaku Asertif dan Pengelolaan Konflik secara Konstruktif pada Karyawan Administratif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Sanata Dharma Skripsi tidak diterbitkan. Kindenda, Thomas J. 2002. A Study of Cultural Variability and Relational Maintenance Behaviors for International and Domestic Proximal and Long Distance Interpersonal Relationships . [Paper]. Agustus 2002. 109 pages. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2014, dari http:digital.library.unt.eduark:67531metadc3238m21high_res_dthe sis.pdf Mapp, Christopher. 2013. The Relationship Between Forgiveness, Imagined Interactions, Empathy And Relational Satisfaction Among Long-Distance Romantic Couples . Diunduh pada tanggal 27 Juni 2014, dari http:etd.lsu.edudocsavailableetd-11182013 135820unrestricted Mapp_diss .pdf Narimawati, U., Munandar, D. 2008. Teknik Sampling : Teori dan Praktik dengan menggunakan SPSS 15 . Yogyakarta: Gava Media. Ningsih, C. 2004. Harga Diri Pekerja Seks Komersial Pasar Kembang Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Sanata Dharma Skripsi tidak diterbitkan Nisa, Saadatun , Praesti Sedjo. 2010. Konflik Pacaran Jarak Jauh pada Individu Dewasa Muda . Jurnal Psikologi Volume 3, No, 2, Juni 2010. Diunduh pada tanggal 28 juni 2014, dari http:www.gunadarma.ac.idlibraryarticlesgraduatepsychology2008A rtikel_10501257.pdf Papalia, D. E., Olds, S. W., Feldman, R.D. 2008. Human Development. Jakarta : Salemba Humanika Permatasari, Krisentia I. 2013. Perbedaan Cinta Sternberg Intimacy, Passion, Commitment Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal pada Wanita . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Sanata Dharma Skripsi tidak diterbitkan Pickering, Peg. 2001. How to Manage Conflict : Kiat Menangani Konflik Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga. Reys, Whitney J. 2011. The negotiation of Conflict Management in Long Distance and Geographically Close Romantic Relationship. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2014, dari https:beardocs.baylor.eduxmluihandle21048167 . Santoso, Agung. 2010. Statistik untuk Psikologi : Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma. Santrock, J. W. 2008. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Ketigabelas. Jakarta : Erlangga --------------------. 2012. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Ketigabelas. Jakarta : Erlangga Sarwono, Sarlito W. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.