Pembuatan Mkstrak Mtanol Daun Cocor Bebek

sehingga zat aktif terjaga dari degradasi oleh cahaya matahari dan suhu tinggi. Cara pengeringan dijemur dibawah bayangan sinar matahari juga dilakukan oleh Matthew 2013. Pengeringan dilakukan dengan tujuan mengurangi kadar air dari simplisia, kadar air yang tinggi dapat menyebabkan simplisia ditumbuhi jamur. Parameter kering dari simplisia adalah mudah hancur bila diremas. Simplisia diserbuk dengan menggunakan blender. Serbuk diayak dengan ayakan 40 mesh untuk menyeragamkan ukuran partikel. Partikel serbuk diharapkan seragam agar saat maserasi partikel yang lebih kecil tidak mengunci partikel yang besar yang menyebabkan cakeing pada dasar Erlenmeyer. Penyerbukan bertujuan memperbesar luas permukaan kontak antara simplisia dengan pelarut. Hal ini mempermudah penetrasi pelarut ke dalam sel tanaman. Jika ukuran serbuk terlalu besar, maka luas permukaan kontak antara pelarut dan serbuk semakin kecil menyebabkan proses ekstraksi menjadi tidak maksimal. Bila ukuran serbuk terlalu halus, tidak menguntungkan sebab pelarut akan sulit dipisahkan dari ampas serbuk. Serbuk hasil pengayakan langsung ditimbang untuk dilanjutkan ketahap ekstraksi. Penyimpanan serbuk tidak dilakukan terlalu lama untuk menghindari peningkatan kadar air dan degradasi senyawa aktif oleh pencemar seperti jamur dan bakteri.

C. Pembuatan Mkstrak Mtanol Daun Cocor Bebek

Simplisia serbuk sebanyak 40 gram dimaserasi dalam 100 mL etanol 70 berdasarkan teknik maserasi yang dilakukan oleh Nwose 2013. Etanol dipilih karena mempunyai kelebihan efektif dan selektif mengambil kandungan fitokimia dari serbuk daun cocor bebek, etanol juga mampu menghambat kerja enzimatik degradasi Voigt, 1995. Maserasi dilakukan selama 48 jam. Maserasi dilakukan supaya senyawa kimia yang terkandung dalam daun cocor bebek dapat larut dalam pelarut. Cairan penyari akan menembus dinding sel dari daun cocor bebek dan masuk ke rongga sel yang mengandung fitokimia aktif sehingga akan larut dan terbawa ke luar. Pengeluaran zat aktif dengan prinsip perbedaan konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel Voigt, 1994. Selanjutnya larutan disaring menggunakan corong Buchner dengan bantuan pompa vaccum. Pompa vaccum mempercepat proses penyaringan. Hasil maserasi dimasukkan kedalam wadah tertutup dan terlindung dari cahaya, menghindari kehilangan maserat karena menguap dan degradasi senyawa oleh cahaya. Proses maserasi dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan jenis dan jumlah pelarut yang sama yaitu 100 mL etanol 70. Remaserasi dilakukan untuk melarutkan senyawa fitokimia yang tertinggal pada ampas serbuk simplisia sesuai dengan kesetimbangan konsentrasi senyawa fitokimia yang terkandung dalam sel dan yang ada di luar. Hasil yang didapat adalah ekstrak etanol daun cocor bebek. Residu yang didapat kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 55 o C selama 3 jam, untuk menghilangkan kandungan etanol. Hasil rotary evaporator dipindahkan ke cawan porselin untuk selanjutnya diuapkan diatas waterbath dengan suhu 70 C selama 3 jam dan dilakukan pengadukan berkala setiap 30 menit, untu mengurangi kandungan air dalam ekstrak. Hasil ekstrak kental yang didapatkan yaitu 3,2 gram berwarna hijau tua pekat. Ekstrak yang dihasilkan konsistensinya masih dapat mengalir agar dapat masuk ke dalam struktur tiga dimensi basis gel yang dibuat. Hasil ekstrak kental memiliki persen rendemen sebesar 8. Nilai rendemen pada penelitian ini hampir sama dengan metode ektraksi cocor bebek yang dilakukan oleh Nwose 2013, 200g serbuk dalam 500 mL etanol dengan perendaman selama 48 jam menghasilkan rendemen 7,8 . Metode maserasi dipilih untuk mengektraksi karena merupakan metode penyarian yang sederhana, tidak memerlukan penyari yang banyak, tidak menggunakan alat khusus, pengerjaan relatif mudah dan lebih efisien.

D. Pengujian Kuantitatif Mkstrak Mtanol Daun Cocor Bebek

Dokumen yang terkait

Optimasi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin terhadap sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

3 16 126

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol.

3 18 106

Optimasi gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol dalam formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis).

4 16 120

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Optimasi gelling agent CMC-Na dan humetan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) : aplikasi desain faktorial.

4 21 113

Optimasi humektan propilenglikol dan gelling agent carbopol 940 dalam sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial.

5 16 99