Bahan Penelitian Alat Penelitian Optimasi dan Analisis Data

11. Faktor adalah variabel yang diteliti di dalam penelitian Carbopol dan propilen glikol. 12. Level adalah tetapan atau nilai dari suatu faktor yang dinyatakan secara numerik. 13. Efek adalah nilai respon yang disebabkan oleh variasi level dari faktor. 14. Respon adalah besaran atau nilai yang diamati, perubahahan efek dan besarnya dapat dinyatakan secara kuantitatif. Respon penelitian ini adalah sifat fisik viskositas dan daya sebar dan stabilitas gel pergeseran viskositas. 15. Contour plot adalah grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum dari formula yang menunjukkan parameter sediaan gel yang baik. 16. Superimposed countour plot adalah penggabungan grafik-grafik profil pada daerah optimum pada uji daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas. 17. Area optimum adalah area dari komposisi Carbopol dan propilen glikol yang memberikan sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel yang baik, yaitu daya sebar 5-7 cm, viskositas 200-300 dPas, serta pergeseran viskositas selama penyimpanan ≤ 10.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam., aquadest, Carbopol kualitas farmasetis, trietanolamin kualitas farmasetis, propilen glikol kualitas farmasetis, metil paraben kualitas farmasetis, etanol 70 kualitas farmasetis, suspensi karagenan-NaCl 1, tikus galur Sprague dawley berumur 2-3 bulan berat antara 100-200 gram, dan Voltadex ® .

M. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender Phillip, mixer Maspion MT-1150, almari pengering, Erlenmeyer, maserator, corong Buchner, labu hisap, pompa vacuum, neraca analitik, vacuum rotary evaporator, oven, gelas ukur, wadah plastik, sendok, pipet ukur, propipet, cawan porselen, pipet tetes, batang pengaduk, cawan arloji, gelas Beaker, viscometer seri VT 04 RION- JAPAN, stopwatch, waterbath, indikator pH universal pH stik, seperangkat alat uji daya sebar, dan jangka sorong digital.

F. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam.

Determinasi tanaman cocor bebek dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Determinasi dilakukan bertujuan untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini. Determinasi dilakukan dengan mengacu pada, Flora of Java Backer dan ven den Brink, 1963. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri morfologi tanaman dengan kunci determinasi hingga diperoleh kategori spesies sehingga dapat diketahui kebenaran identitas tanaman.

2. Pengumpulan dan cara panen daun cocor bebek

Bibit daun cocor bebek diperoleh dari tempat budidaya tanaman obat Merapi Farma yang terdapat di daerah kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Kemudian bibit dibudidayakan secara mandiri di kebun obat kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Paingan. Tanaman cocor bebek disiam tiga hari sekali. Tanaman dipanen pada umur tiga bulan sebelum tanaman berbunga dihitung setelah penanaman. Daun hasil panen dicuci dengan air mengalir sortasi basah. Selanjutnya daun yang sudah dicuci diangin-anginkan kemudian dirajang memanjang 0,5 cm. Rajangan daun dikeringkan di almari pengering dengan pengontrol suhu 35 C dan sirkulasi udara sirkulasi udara sampai daun benar-benar kering. Parameter kering adalah daun mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Simplisia yang sudah kering diserbuk dengan menggunakan blender. Serbuk lalu diayak dengan ayakan 40 mesh dan hasil ayakan disimpan dalam wadah tertutup rapat Anam, 2015.

3. Pembuatan ekstrak daun cocor bebek

Metode ekstraksi dimodifikasi dari teknik ekstraksi senyawa etanolik daun cocor bebek oleh Nwose 2013 dengan mengganti perendaman selama 48 jam menjadi maserasi selama 48 jam. Serbuk daun cocor bebek sebanyak 40 gram dimaserasi dalam 100 mL etanol 70 teknis. Maserasi dilakukan selama 48 jam. Selanjutnya larutan disaring menggunakan corong Bunchner dengan bantuan pompa vaccum. Proses maserasi diulangi sebanyak dua kali dengan menggunakan jenis dan jumlah pelarut yang sama yaitu 100 mL etanol 70. Residu yang didapat kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50 o C selama 3 jam. Hasil rotary evaporator dipindahkan ke cawan porselin untuk selanjutnya diuapkan diatas waterbath dengan suhu 60 C selama 3 jam dan dilakukan pengadukan berkala setiap 30 menit.

4. Penetapan kadar flavonoid pada ekstrak cocor bebek

Hasil ekstrak daun cocor bebek ditetapkan kadar flavonoidnya dengan metode spektrofotometri yang dilakukan oleh LPPT Universitas Gajah Mada dengan menggunakan standar pembanding quercetin. Cara kerja dari penetapan kadar adalah 50 mg sampel digodog, ditambahkan 10 mL larutan asam klorida 2 N, direfluk selama 30 menit, diektraksi dengan 10 mL dietil eter, ambil fase dietil eternya, fase dietil eter diuapkan hingga kering dengan hembusan gas nitrogen, ditambahkan 0,3 mL natrium nitrit 5, setelah 5 menit ditambahkan 0,6 mL aluminium klorida 10 tunggu 5 menit, ditambahkan 2 mL natrium hidroksida 1 M, ditambahkan akuades hingga 10 mL, dihitung tetapan serapan pada panjang gelombang 510 nm.

5. Orientasi level faktor Carbopol dan propilen glikol

a. Orientasi level Carbopol Level Carbopol diorientasi dengan mengembangkan sebanyak 0,8; 1; 1,2; 1,4; 1,6; 1,8 dan 2 masing – masing dalam 100 mL aquadest selama 24 jam. Propilen glikol sebanyak 25 gram, aquadest 67 mL, etanol 1,3 mL dan TEA sebanyak 3 gram ditambahkan pada masing-masing formula. Tiap formula dilakukan pencampuran selama 5 menit menggunakan mixer dengan skala putar satu. Sediaan gel diukur nilai viskositasnya dengan viscometer seri VT 04 RION-JAPAN setelah penyimpanan 48 jam. Pengujian daya sebar sediaan dilakukan dengan menimbang gel sebanyak 1 gram, diberi beban total 125 gram, ditunggu selama 1 menit, kemudian diukur diameter penyebarannya menggunakan penggaris. b. Orientasi level propilen glikol Level propilen glikol diorientasi dengan mengembangkan sebanyak 2 gram sebanyak 5 wadah masing – masing dalam 100 mL aquades selama 24 jam. Ditambahkan propilen glikol pada masing-masing formula sebanyak 5; 10; 15; 20; 25; 30 gram, aquadest 67 mL, etanol 1,3 mL dan TEA sebanyak 3 gram. Tiap formula dilakukan pencampuran selama 5 menit menggunakan mixer dengan skala putar satu. Sediaan gel diukur nilai viskositasnya dengan viscometer seri VT 04 RION-JAPAN setelah penyimpanan 48 jam. Pengujian daya sebar sediaan dilakukan dengan menimbang gel sebanyak 1 gram, diberi beban total 125 gram, ditunggu selama 1 menit, kemudian diukur diameter penyebarannya menggunakan penggaris.

6. Formula gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek

a. Formula. Formula yang digunakan dalam penelitian ini mengacu formula dalam penelitian “Formulasi dan Uji Efektifitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek Kalanchoe pinnata L. pada Kelinci Oryctogalus cuniculus” oleh Hasyim dkk. 2012, seperti terlihat dalam tabel II. Tabel II. Formula gel ekstrak daun cocor bebek Nama Bahan Komposisi bv Ekstrak Cocor Bebek 2,5 Carbopol 0,6 Trietanolamin 0,81 Gliserol 25 Propilen glikol 5 Metil Paraben 0,18 Etanol 70 0,5 Air ad 100 Hasyim dkk., 2012 Formula acuan selanjutnya dimodifikasi menjadi formula dengan komposisi variasi gelling agent dan humektan menggunakan 1 jenis humektan saja yaitu propilen glikol. Formula yang dibuat pada penelitian dilihat pada tabel III. Tabel III. Formula gel ekstrak daun cocor bebek modifikasi Nama Bahan Formula g F 1 F A F B F AB Ekstrak cocor bebek 5 5 5 5 Carbopol 1,2 1,6 1,2 1,6 Propilen glikol 15 15 30 30 Trietanolamin 3 3 3 3 Metil paraben 0,36 0,36 0,36 0,36 Etanol 70 1,3 mL 1,3 mL 1,3 mL 1,3 mL Aquadest 162 mL 162 mL 162 mL 162 mL Keterangan : A = faktor Carbopol B = faktor propilen glikol F 1 = formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level rendah F A = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level rendah F B = formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level tinggi F AB = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi b. Pembuatan gel. Carbopol dikembangkan dalam wadah berisi 100 mL aquadest. Proses pengembangan dilakukan dengan cara menaburkan Carbopol di atas aquadest dan didiamkan selama 24 jam. Metil paraben dilarutkan ke dalam 1,3 mL etanol 70 dan diaduk hingga larut, ditambahkan propilen glikol, ekstrak daun cocor bebek, kemudian ditambahkan 62 mL aquadest campuran 1. Campuran 1 ditambahkan dengan Carbopol yang telah dikembangkan sebelumnya. Semua bahan diaduk kuat menggunakan mixer dengan kecepatan putar level 1 hingga homogen selama 1 menit lalu ditambahkan 3g trietanolamin dan pengadukan dilanjutkan sampai 5 menit.

7. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel

a. Uji organoleptis. Sediaan gel diuji terhadap penampilan fisik meliputi warna, bau, homogenitas, dan teksturnya. Uji organoleptis dilakukan 48 jam setelah pembuatan. b. Uji pH. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH stick. Sediaan gel dioleskan secukupnya pada stik, kemudian dibandingkan warnanya untuk menentukan pH. Uji pH dilakukan 48 jam setelah pembuatan dan setelah 1 bulan penyimpanan. c. Uji viskositas. Uji viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan. Masing-masing formula gel diukur viskositasnya dengan menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Ukuran padle yang digunakan adalah skala 2. d. Uji daya sebar. Pengukuran daya sebar sediaan gel dilakukan 48 jam setelah pembuatan. Gel ditimbang sejumlah 1 gram kemudian diletakkan di tengah lempeng kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat dengan total beban 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter sebarnya selaman 1 menit Garg, Aggarwal, Garg dan Singla 2002. e. Uji pergeseran viskositas. Uji pergeseran viskositas dilakukan setelah penyimpanan pada minggu ke-1, 2, 3, dan 4. Masing-masing formila diukur viskositasnya dengan menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Ukuran rotor yang digunakan adalah skala 2.

8. Uji aktivitas anti-inflamasi

Uji aktifitas anti-inflamasi gel ekstrak daun cocor bebek dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague dawley dengan tata cara penelitian metode radang telapak kaki belakang. a. Penyiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur Spargue dawley umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 gram. Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol negatif sespensi karagenan-NaCl 1, kontrol positif Voltadex ® , dan sediaan gel antiinflamsi ekstrak daun cocor bebek pada formula optimum. b. Pembuatan suspensi karagenan-NaCl 1. NaCl ditimbang sebanyak 0,9 gram dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL. Karagenan ditimbang sebanyak 0,1 gram, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9 dalam labu ukur 10 mL c. Perlakuan hewan uji. Hewan uji dibagi menjadi : 1 Kelompok kontrol negatif suspensi karagenan-NaCl 1 Kaki kiri belakang tikus diukur menggunakan jangka sorong sebelum diinjeksi dengan suspensi karagenan-NaCl 1 menit ke-0 sejumlah 0,5 mL secara subplantar. Edema yang terjadi lalu diukur pada menit ke-30, 60, 120, dan 180 dengan menggunakan jangka sorong digital. 2 Kelompok kontrol positif Voltadex ® Kaki kiri belakang tikus diukur menggunakan jangka sorong sebelum dioleskan Voltadex ® sebanyak 1 gram, satu jam kemudian diinjeksi dengan suspensi karagenan-NaCl 1 sejumlah 0,5 mL secara subplantar. Edema yang terjadi lalu diukur pada menit ke-0 sebelum dioleskan Voltadex ® , 30, 60, 120, dan 180 dengan menggunakan jangka sorong digital. 3 Kelompok perlakuan sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek pada formula optimum. Kaki kiri belakang tikus diukur menggunakan jangka sorong sebelum dioleskan gel ekstrak daun cocor bebek sebanyak 1 gram, satu jam kemudian diinjeksi dengan suspensi karagenan-NaCl 1 sejumlah 0,5 mL secara subplantar. Edema yang terjadi lalu diukur pada menit ke-0 sebelum dioleskan gel, 30, 60, 120, dan 180 dengan menggunakan jangka sorong digital. d. Analisis hasil pengukuran Analisis hasil dilakukan dengan menggukur ketebalan telapak kaki tikus menggunakan jangka sorong. Nilai tebal edema tiap jam diukur dengan rumus: Yu = Yt –Yo…………………………………………...……2 Keterangan: Yu = Edema kaki tikus pada waktu tertentu Yt = Tebal kaki tikus pada waktu tertentu setelah diradangkan dengan karagenan 1 Yo = Tebal kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenan 1 Nilai AUC total masing-masing perlakuan dengan rumus: = ∑ − ....................................3 = luas area dibawah kurva dari jam ke-0 sampai jam ke-3 mm.jam. = selisih tebal edema telapak kaki pada jam ke-n-1 mm = selisih tebal edema telapak kaki pada jam ke-n mm = jam ke-n jam = jam ke-n-1 jam Persen penghambatan inflamasi dihitung dengan rumus: Daya Anti-inflamasi = × 100.......................4 = rata – rata kontrol negatif mm.jam = masing-masing mencit pada kelompok yang diberi perlakuan n mm.jam Taufiq, Wahyuningtyas, dan Wahyuni, 2008

G. Optimasi dan Analisis Data

Data sifat fisik dan stabilitas fisik gel yang diperoleh dianalisis sesuai dengan metode perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari Carbopol, propilen glikol, dan interaksinya. Analisis menggunakan pendekatan desain faktorial untuk menghitung koefisien b , b 1 , b 2 , b 12 sehingga didapatkan persamaan Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 12 X 1 X 2 . Contour plot sifat fisik gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dapat dibuat dari persamaan ini. Masing- masing contour plot digabungkan menjadi contour plot superimposed untuk mengetahui area komposisi optimal Carbopol dan propilen glikol, pada level yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R 3.1.2. Uji statistik yang dilakukan adalah uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas distribusi data. Distribusi data dinyatakan normal memiliki nilai p lebih besar dari 0,05. Jika data normal maka dilanjutkan dengan uji Levene’s untuk mengetahui kesamaan variansi dari data yang ada. Data homogen variansinya apabila nilai p lebih besar 0,05. Jika data memiliki distribusi normal dan variansi homogen dilanjutkan dengan uji two way ANOVA pada taraf kepercayaan 95. Uji ANOVA bertujuan untuk mengetahui signifikansi efek dari Carbopol dan propilen glikol serta interaksi kedua faktor sehingga dapat diketahui faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. Jika nilai p kurang dari 0,05 maka faktor dikatakan berpengaruh. Nilai mutlak terbesar dari hasil uji ANOVA merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi efek. Nilai positif menunjukkan bahwa faktor tersebut memperbesar efek, sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa faktor tersebut memperkecil efek. 37

BAB IV HASIL DAN PMMBAHASAN

A. Determinasi Tumbuhan

Tanaman yang akan digunakan dalam penelitian dideterminasi oleh penulis. Determinasi bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang dipakai sebagai sumber zat aktif benar merupakan tanaman cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam.. Determinasi menggunakan buku kunci determinasi Backer dan ven den Brink 1965. Peneliti melakukan determinasi dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan buku kunci determinasi. Determinasi disahkan dengan Lembar Pengesahan Determinasi yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lampiran 1. Hasil dari determinasi menyatakan benar bahwa tanaman yang dibudidayakan dan diambil sebagai sumber zat aktif merupakan tanaman cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam.

B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Simplisia

Daun cocor bebek yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tanaman cocor bebek hasil pembudidayaan mandiri di kebun obat kampus III Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Paingan, dengan

Dokumen yang terkait

Optimasi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin terhadap sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

3 16 126

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol.

3 18 106

Optimasi gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol dalam formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis).

4 16 120

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Optimasi gelling agent CMC-Na dan humetan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) : aplikasi desain faktorial.

4 21 113

Optimasi humektan propilenglikol dan gelling agent carbopol 940 dalam sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial.

5 16 99