Determinasi Tumbuhan Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Simplisia

37

BAB IV HASIL DAN PMMBAHASAN

A. Determinasi Tumbuhan

Tanaman yang akan digunakan dalam penelitian dideterminasi oleh penulis. Determinasi bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang dipakai sebagai sumber zat aktif benar merupakan tanaman cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam.. Determinasi menggunakan buku kunci determinasi Backer dan ven den Brink 1965. Peneliti melakukan determinasi dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan buku kunci determinasi. Determinasi disahkan dengan Lembar Pengesahan Determinasi yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lampiran 1. Hasil dari determinasi menyatakan benar bahwa tanaman yang dibudidayakan dan diambil sebagai sumber zat aktif merupakan tanaman cocor bebek Kalanchoe pinnata Lam.

B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Simplisia

Daun cocor bebek yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tanaman cocor bebek hasil pembudidayaan mandiri di kebun obat kampus III Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Paingan, dengan maksud untuk meminimalkan variabel pengacau yaitu waktu panen daun cocor bebek, umur, habitat tumbuh, dan cara panen dari tanaman cocor bebek. Kandungan metabolisme tanaman cocor bebek yang dibudidayakan diharapkan seragam karena mendapatkan perlakuan yang sama. Bibit tumbuhan diperoleh dari satu tempat yaitu Merapi Farma Kaliurang Sleman Yogyakarta. Setiap tanaman diperlakukan sama, mendapatkan intensitas sinar matahari yang seragam, dan penyiraman setiap 3 hari sekali. Daun cocor bebek dipanen pada umur tiga bulan sebelum tanaman berbunga dihitung setelah penanaman. Menurut Milad, El-Ahmady dan Singab 2014 daun cocor bebek yang dipanen sebelum berbunga memiliki efek anti-inflamasi, sedangkan pemanenan yang dilakukan setelah tanaman berbunga setelah diuji tidak memunculkan efek farmakologis anti-inflamasi. Proses pemanenan daun paling baik dilakukan pada pagi hari karena belum berlangsungnya aktifitas fotosintesis dari tanaman yang akan berpengaruh pada kandungan flavonoidnya. Daun yang dipanen berwarna hijau tua dan memiliki lebar 5-10 cm. Daun cocor bebek hasil panen dicuci dengan air mengalir untuk memisahkan dari kotoran, tanah, dan pasir yang menempel hingga bersih. Daun ditiriskan kemudian dirajang memanjang dengan ukuran seragam 3mm-4mm untuk memudahkan dalam proses pengeringan. Daun dikeringkan di tempat teduh dibawah bayangan sinar matahari selama dua hari untuk mengurangi kadar air dalam rajangan daun cocor bebek, dilanjutkan di almari pengering dengan suhu 35 C, sirkulasi udara menyala. Cara pengeringan di almari pengering memiliki kelebihan suhu udara terkontrol, sehingga zat aktif terjaga dari degradasi oleh cahaya matahari dan suhu tinggi. Cara pengeringan dijemur dibawah bayangan sinar matahari juga dilakukan oleh Matthew 2013. Pengeringan dilakukan dengan tujuan mengurangi kadar air dari simplisia, kadar air yang tinggi dapat menyebabkan simplisia ditumbuhi jamur. Parameter kering dari simplisia adalah mudah hancur bila diremas. Simplisia diserbuk dengan menggunakan blender. Serbuk diayak dengan ayakan 40 mesh untuk menyeragamkan ukuran partikel. Partikel serbuk diharapkan seragam agar saat maserasi partikel yang lebih kecil tidak mengunci partikel yang besar yang menyebabkan cakeing pada dasar Erlenmeyer. Penyerbukan bertujuan memperbesar luas permukaan kontak antara simplisia dengan pelarut. Hal ini mempermudah penetrasi pelarut ke dalam sel tanaman. Jika ukuran serbuk terlalu besar, maka luas permukaan kontak antara pelarut dan serbuk semakin kecil menyebabkan proses ekstraksi menjadi tidak maksimal. Bila ukuran serbuk terlalu halus, tidak menguntungkan sebab pelarut akan sulit dipisahkan dari ampas serbuk. Serbuk hasil pengayakan langsung ditimbang untuk dilanjutkan ketahap ekstraksi. Penyimpanan serbuk tidak dilakukan terlalu lama untuk menghindari peningkatan kadar air dan degradasi senyawa aktif oleh pencemar seperti jamur dan bakteri.

C. Pembuatan Mkstrak Mtanol Daun Cocor Bebek

Dokumen yang terkait

Optimasi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin terhadap sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

3 16 126

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol.

3 18 106

Optimasi gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol dalam formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis).

4 16 120

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Optimasi gelling agent CMC-Na dan humetan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) : aplikasi desain faktorial.

4 21 113

Optimasi humektan propilenglikol dan gelling agent carbopol 940 dalam sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial.

5 16 99