tempat cedera untuk persiapan ke fase perbaikan jaringan. Reaksi yang terjadi ini berlangsung secara berkelanjutan dan membutuhkan pemantik yaitu mediator
inflamasi Nugroho, 2011. Inflamasi memiliki ciri ciri khas yaitu kemerahan, panas, pembengkakan edema, nyeri, dan hilangnya fungsi organ. Gejala
inflamasi ini disebabkan oleh adanya mediator kimia. Mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi salah satunya adalah prostaglandin. Efek yang
ditimbulkan dari prostaglandin meliputi vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatnya permeabilitas kapiler, dan sensitisasi sel saraf terhadap nyeri. Obat
kimiawi seperti aspirin menghambat pelepasan dari prostaglandin sehingga disebut agen anti-inflamasi Kee dan Hayes 1996.
Edema merupakan salah satu dari gejala inflamasi. Edema adalah meningkatnya volume cairan di luar
sel ekstraseluler dan di luar
pembuluh darah ekstravaskular disertai dengan penimbunan di jaringan serosa.
Faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap edema adalah iritasi dan alergi. Pengobatan
edema disarankan spesifik pada gejala yang timbul. Tangan dan kaki sangat rentan terkena edema kronis karena banyak bersentuhan dengan berbagai macam
benda McKoy, 2012.
J. Desain Faktorial
Model faktorial design adalah sistem desain eksperimental di mana faktor-faktor yang terlibat dalam suatu reaksi atau proses dapat dievaluasi secara
simultan dan mengukur efek dari faktor-faktor tersebut. Teknik ini dapat diterapkan dalam masalah farmasi, dan menjadi dasar bagi berbagai percobaan
atau penelitian untuk mencari pemecahan yang optimum Amstrong dan James, 1996.
Optimasi campuran dua bahan, yang mempunyai dua faktor dengan menggunakan desain faktorial two level faktorial design dilakukan dengan
rumus : = + + +
……………………………… 1 Y adalah respon hasil atau sifat yang diamati. A, B adalah level dari
faktor A dan level dari faktor B. , , , adalah koefisien, dapat dihitung
dari hasil percobaan. Desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan
2 = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Rumus 1 dan data yang diperoleh dapat dibuat countour plot suatu respon tertentu yang
sangat berguna dalam pemilihan kondisi yang optimum Bolton dan Bon, 2004. Rancangan percobaan desain faktorial tertera pada tabel I.
Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Formula Faktor A Faktor B Interaksi faktor A dan B
1 -
- +
A +
- -
B -
+ -
AB +
+ +
Keterangan : +
= level tinggi -
= level rendah Formula 1
= formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level rendah Formula A
= formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level rendah Formula B
= formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level tinggi Formula AB = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi
Bolton dan Bon, 2004
Metode desain faktorial, perhitungan efek ini dapat digunakan untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama
desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengindentifikasi baik efek masing-masing faktor maupun efek interaksi antar faktor De Muth,
1999.
K. Landasan Teori
Daun cocor bebek dapat dimanfaatkan untuk mengobati inflamasi. Kandungan daun cocor bebek yang berperan sebagai agen anti-inflamasi adalah
flavonoid. Flavonoid memiliki beberapa mekanisme pengobatan anti-inflamasi salah satunya adalah menghambat metabolisme enzim pembentuk asam
arakidonat yang merupakan mediator penting dalam proses inflamasi Hidayati dkk., 2005.
Flavonoid yang terkandung dalam tanaman cocor bebek diektraksi. Ekstrak daun cocor bebek diformulasi menjadi suatu sediaan gel agar mudah
digunakan dan acceptable. Sediaan dalam bentuk gel mempunyai kelebihan yaitu mudah dicuci, mudah mengering membentuk lapisan film, memberikan efek
dingin pada kulit sehingga cocok jika digunakan sebagai gel anti-inflamasi Hidayati dkk., 2005.
Gelling agent dan humektan merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik gel Rowe dkk., 2006. Sifat fisik
meliputi viskositas dan daya sebar gel, sedangkan stabilitas fisik gel meliputi pegeseran viskositas sediaan gel. Gelling agent yang digunakan adalah Carbopol
dan humektan yang digunakan adalah propilen glikol. Oleh karena itu, optimasi untuk menentukan komposisi gelling agent dan humektan diperlukan untuk
mendapatkan sifat fisik dan stabilitas gel yang optimum. Aplikasi desain faktorial digunakan untuk menentukan area optimum komposisi gelling agent dan
humektan yang digunakan dengan superimposed contour plot.
L. Hipotesis