Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh konsentrasi propilen glikol terhadap respon daya sebar
Berdasarkan optimasi, diperoleh data level rendah dan level tinggi dari kedua faktor yang diteliti. Pada tabel VI, terlihat level dari masing-masing faktor.
Tabel VI. Level rendah dan level tinggi dari tiap faktor yang diperoleh
Faktor Level Rendah
gram Level Tinggi
gram CMC-Na
3,25 4
Propilen Glikol 9
13,5
F. Optimasi Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis
Optimasi dilakukan untuk memperoleh perbandingan konsentrasi CMC- Na dan propilen glikol yang optimum dalam membuat sediaan gel anti-aging
ekstrak Spirulina platensis. Metode desain faktorial dipilih untuk mengetahui faktor dominan dan interaksi kedua faktor yang berpengaruh secara signifikan
terhadap suatu respon. Berdasarkan hasil orientasi, maka dapat ditetapkan empat formula untuk optimasi seperti pada tabel VII. Masing-masing fomula terdiri dari
level rendah dan level tinggi yang berbeda-beda. Pada formula 1, level CMC-Na dan propilen glikol rendah. Formula a,
level CMC-Na tinggi dan propilen glikol rendah. Formula b, level CMC-Na rendah dan propilen glikol tinggi. Formula ab, level CMC-Na dan propilen glikol
tinggi. Tujuan penggunaan level rendah dan level tinggi adalah untuk melihat respon yang berubah karena adanya variasi dari level. Respon yang diharapkan
yaitu viskositas dengan rentang 200- 400 dPa’s dan daya sebar 3-5 cm.
Tabel VII. Formula optimasi gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis
Formula CMC-Na g
Propilen glikol g 1
3,25 9
a 4
9 b
3,25 13,5
ab 4
13,5
G. Uji Sifat Fisik Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis
1. Uji organoleptis
Organoleptis gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis yang dihasilkan diamati. Organoleptis yang diamati meliputi warna, bau dan homogenitas.
Pengamatan organoleptis ini dilakukan karena berkaitan dengan acceptability dari gel tersebut. Pengujian dilakukan setelah 48 jam pembuatan gel. Hasil
pengamatan uji organoleptis gel ekstrak Spirulina platensis ditunjukkan pada tabel VIII.
Tabel VIII. Data uji organoleptis gel ekstrak Spirulina platensis
Kriteria Formula 1
Formula a Formula b
Formula ab Warna
Biru muda Biru muda
Biru muda Biru muda
Bau Khas
Khas Khas
Khas Homogenitas
Homogen Homogen
Homogen Homogen
Dari tabel VIII, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan gel yang dihasilkan memiliki warna biru muda dengan bau khas dan homogen.
Homogenitas diamati dengan melihat tidak adanya partikel kasar pada sediaan gel yang terlihat secara kasat mata. Selain itu, saat dioleskan tidak terasa
adanya partikel pada kulit. Berdasarkan data tersebut, diharapkan gel ekstrak Spirulina platensis yang dibuat dapat memenuhi aspek acceptability.
2. Uji pH
Gel yang dibuat harus memiliki pH yang masuk dalam rentang pH fisiologis kulit. Hal ini dikarenakan jika pH dari sediaan diluar pH fisiologis
kulit maka dapat memicu reaksi iritasi pada kulit. Kulit memiliki rentang pH antara 4,5 hingga 6,5. Semakin asam atau semakin basa suatu bahan mengenai
kulit, maka kulit akan sulit menetralisirnya dan akan menyebabkan kulit menjadi pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi Tranggono dan
Latifah, 2007. Pengukuran pH dari sediaan gel dilakukan menggunakan indikator pH
universal. pH dari sediaan akan mempangaruhi solubilitas dan stabilitas obat
dalam sediaan. Hasil dari uji pH sediaan gel ekstrak Spirulina platensis setelah 48 jam dan 28 hari penyimpanan ditunjukkan pada tabel IX.
Tabel IX. pH gel ekstrak Spirulina platensis setelah 48 jam pembuatan
Formula pH setelah 48 jam
pH setelah 28 hari 1
5 – 6
5 – 6
a 5
– 6 5
– 6 b
5 – 6
5 – 6
ab 5
– 6 5
– 6
n dalam tiap formula = 3
Hasil pengukuran pH sediaan setelah 48 jam dan 28 hari penyimpanan
menunjukkan pH sediaan berada antara 5 sampai 6. Hasil uji pH ini menunjukkan bahwa pH sediaan masuk dalam rentang pH fisiologis kulit.
Berdasarkan data uji pH ini, diharapkan sediaan gel ekstrak Spirulina platensis tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan nyaman digunakan.
3. Uji viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya Martin et al.,
1993. Tujuan dari uji viskositas ini adalah untuk menilai kekentalan dari sediaan gel ekstrak Spirulina platensis. Uji viskositas ini dilakukan setelah 48
jam pembuatan dengan tujuan agar sistem dalam gel sudah stabil, yaitu tidak terpengaruh oleh pengadukan saat pembuatan. Hasil uji viskositas gel
ditunjukkan pada tabel X.
Tabel X. Hasil uji viskositas gel 48 jam setelah pembuatan
Formula Viskositas 48 jam
̅ ± SD
1 251,7 ± 7,64
a 353,3 ± 7,64
b 245,0 ± 5,00
ab 345,0 ± 5,00
Hasil uji viskositas pada tabel X, menunjukkan viskositas gel ekstrak
Spirulina platensis dari keempat formula masuk dalam rentang viskositas yang diharapkan yaitu 200-
400 dPa’s. Semakin tinggi penggunaan CMC-Na maka viskositas yang dihasilkan juga semakin besar, dan sebaliknya. Formula a dan
ab memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan formula 1 dan b. Hal ini dikarenakan penggunaan CMC-Na pada formula a dan ab adalah level tinggi
yaitu 4 gram. Sedangkan pada formula 1 dan b digunakan CMC-Na level rendah yaitu 3,25 gram sehingga viskositas yang dihasilkan lebih kecil.
Jumlah penggunaan propilen glikol juga mempengaruhi viskositas sediaan yang dihasilkan. Pada formula 1 dan b, perbedaan jumlah propilen
glikol menghasilkan viskositas sediaan yang berbeda pula. Sediaan gel dengan jumlah propilen glikol level tinggi akan memiliki viskositas lebih rendah. Hal
ini terjadi pula pada formula a dan ab.
4. Uji daya sebar
Daya sebar adalah karakteristik penting dari suatu formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis, penghantaran
obat ketempat aksi, serta kemudahan dalam penggunaannya Garg et al., 2002.
Oleh karena itu, daya sebar menjadi salah satu respon yang diteliti. Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan agar sistem dalam sediaan gel sudah
stabil dari pengaruh pengadukan. Hasil dari uji daya sebar gel ekstrak Spirulina platensis ditunjukkan pada tabel XI.
Tabel XI. Hasil uji daya sebar gel 48 jam setelah pembuatan
Formula Daya sebar 48 jam
̅ ± SD
1 4,175 ± 0,025
a 3,642 ± 0,052
b 4,200 ± 0,025
ab 3,767 ± 0,038
Pada tabel XI, dapat dilihat bahwa semua formula gel ekstrak Spirulina platensis memiliki respon daya sebar yang masuk dalam rentang yang
diharapkan yaitu 3-5 cm Yuliani, 2010. Semakin tinggi viskositas maka daya sebar akan semakin kecil. Semakin besar jumlah CMC-Na yang digunakan
maka daya sebar akan semakin kecil. Formula 1 dan b memiliki daya sebar yang paling besar dikarenakan jumlah CMC-Na yang digunakan adalah level
rendah. Formula a dan ab memiliki daya sebar yang lebih kecil dikarenakan jumlah CMC-Na yang digunakan adalah level tinggi. Perbedaan jumlah
propilen glikol memberikan sedikit perbedaan pada respon daya sebar.
H. Uji Stabilitas Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis
Uji stabilitas dilakukan dengan melihat pergeseran viskositas sediaan gel selama penyimpanan. Pada penelitian ini, penyimpanan yang ditentukan yaitu 4
minggu 28 hari. Stabilitas merupakan parameter penting dalam suatu formulasi, karena menentukan konsistensi sediaan selama penyimpaan. Penurunan viskositas
merupakan salah satu parameter stabilitas sediaan gel. Persen pergeseran viskositas dari 48 jam hingga 4 minggu digunakan untuk melihat stabilitas dari
sediaan gel ekstrak Spirulina platensis. Hasil pengamatan viskositas gel ekstrak Spirulina platensis ditunjukkan pada tabel XII.
Hasil pergeseran viskositas dari empat formula dalam penelitian ini lebih dari 10. Sehingga dapat dikatakan bahwa gel tidak stabil dalam penyimpanan
sampai 4 minggu. Seharusnya, gel yang stabil adalah gel yang memiliki persen pergeseran viskositas kurang dari 10 Yuliani, 2010.
Tabel XII. Pergeseran viskositas ̅ ± SD gel ekstrak Spirulina platensis
Formula Viskositas 48 jam
dPa’s Viskositas 28 hari
dPa’s Pergeseran
viskositas 1
251,7 ± 7,64 165 ± 5
34,45 a
353,3 ± 7,64 301,7 ± 10,41
14,61 b
245,0 ± 5,00 161,7 ± 7,64
34,00 ab
345,0 ± 5,00 305 ± 5
11,59 Persen pergeseran viskositas paling tinggi terjadi pada formula 1 dan
formula b. Hal ini menandakan bahwa formula modifikasi dari peneliti kurang reprodusibel. Salah satu faktor penyebab instabilitas dari sediaan gel ini adalah
faktor pengacau tak terkendali. Beberapa faktor pengacau tak terkendali tersebut adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan serta penyimpanan sediaan
gel ekstrak Spirulina platensis.
Pergeseran viskositas selama penyimpanan dari setiap minggu ditunjukkan pada tabel XIII.
Tabel XIII. Viskositas ̅ ± SD gel ekstrak Spirulina platensis pada 48 jam, 7
hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari setelah pembuatan
Formula Penyimpanan
48 jam dPa’s
7 hari dPa’s
14 hari dPa’s
21 hari dPa’s
28 hari dPa’s
1 251,7±7,64
240±5 213,3±10,41
190±5 165±5
a 353,3±7,64
338,3±7,64 338,3±7,64
326,7±7,64 301,7±10,41
b 245,0±5,00
235±5 200±5
175±5 161,7±7,64
ab 345,0±5,00
345±5 340±5
320±5 305±5
Pada tabel XIII terlihat pergeseran viskositas formula a dan ab kurang dari 10
sampai minggu ketiga. Sedangkan formula 1 dan b hanya stabil sampai minggu pertama. Sehingga dari empat formula tersebut yang paling stabil adalah formula
a dan ab dengan stabilitas penyimpanan selama tiga minggu.
Gambar 13. Grafik perubahan viskositas setiap formula selama penyimpanan
Gambar 13 menunjukkan bahwa viskositas dari setiap formula memiliki kecenderungan menurun selama penyimpanan 28 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi pergeseran viskositas dari sediaan gel ekstrak Spirulina platensis. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dari sediaan
yaitu dengan menggunakan kombinasi pengawet contoh : metil paraben dengan propil paraben, meningkatkan jumlah CMC-Na atau dengan menggunakan
ekstrak yang telah dikeringkan dengan freeze drying sehingga lebih stabil.
I. Efek Penambahan CMC-Na dan Propilen Glikol serta Interaksinya dalam
Menentukan Sifat Fisik Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis
Metode desain faktorial dipilih untuk mengetahui faktor dominan dan interaksi kedua faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon.
Pada penelitian ini, digunakan dua faktor yaitu CMC-Na dan propilen glikol dengan masing-masing terdiri dari dua level yaitu level rendah dan level tinggi.
Respon yang diamati pada penelitian ini adalah viskositas dan daya sebar dari gel ekstrak Spirulina platensis. Respon ini akan berubah dengan adanya variasi dari
faktor dan level. Analisis dari penelitian ini menggunakan software SPSS versi 22.
Pengolahan data ini dilakukan oleh bagian Clinical Epidemiology and Biostatistic Unit CEBU Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Analisis data yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji kesamaan varians dan uji ANOVA interaksi dua faktor dengan taraf kepercayaan 95.
1. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi data yang diperoleh pada penelitian ini. Uji normalitas ini perlu
dilakukan sebelum sebuah metode analisis diterapkan. Normalitas data di uji mengunakan jenis uji Shapiro-Wilk Santoso, 2015. Dipilih jenis uji Shapiro-
Wilk karena uji ini lebih akurat ketika jumlah subyek yang diuji kurang dari 50 Santoso, 2010.
Hasil uji normalitas dari data viskositas dan daya sebar gel ekstrak Spirulina platensis ditunjukkan pada tabel XIV.
Tabel XIV. Hasil uji normalitas data viskositas dan daya sebar
Data Formula
Shapiro-Wilk p-value 48 jam
28 hari
Viskositas 1
0,637 1
a 0,637
0,463 b
1 0,637
ab 1
1
Daya sebar 1
1 0,637
a 0,463
0,463 b
1 1
ab 0,637
1 Hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa p-value dari seluruh data
viskositas dan daya sebar lebih besar dari 0,05. Menurut Santoso 2015, nilai p-value 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal. Berdasarkan pernyataan
tersebut maka dapat dikatakan seluruh data viskositas dan daya sebar terdistribusi normal.
2. Uji kesamaan varians data
Uji kesamaan varians dilakukan setelah data terdistribusi normal. Uji kesamaan varians ini perlu dilakukan karena merupakan syarat agar dapat
dilakukan uji ANOVA. Tujuan dari uji kesamaan varians adalah untuk melihat dalam populasi tersebut mempunyai kesamaan varians atau tidak. Uji
kesamaan varians ini dilakukan menggunakan jenis uji Levene Santoso, 2015. Hasil uji Levene dari data viskositas dan daya sebar dapat dilihat pada tabel
XV.
Tabel XV. Hasil uji kesamaan varians data viskositas dan daya sebar
Data Levene p-value
48 jam 28 hari
Viskositas 0,702
0,379 Daya sebar
0,379 0,379
Data pada tabel XV memberikan informasi mengenai homogenitas varian antar kelompok. Analisis varian dilakukan dengan asumsi bahwa varian antar
kelompok bersifat homogen. Hipotesis nol dalam analisis homogenitas varian adalah varian antar kelompok bersifat homogen atau tidak ada perbedaan
varian antar kelompok. Jika signifikansi p-value lebih besar dari 0,05 maka data bersifat homogen dan jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka data tidak
bersifat homogen Santoso, 2010. Hasil uji Levene menunjukkan p-value dari data viskositas dan daya
sebar lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan data viskositas maupun daya sebar memiliki varian antar kelompok yang homogen. Data yang terdistribusi
normal dan memiliki kesamaan varians ini dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA interaksi dua faktor.
3. Uji ANOVA interaksi dua faktor
Uji ANOVA interaksi dua faktor ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua faktor terhadap respon Santoso,
2015. Pada penelitian ini dilakukan uji ANOVA untuk melihat apakah ada interaksi antara CMC-Na dan propilen glikol dalam menentukan respon
viskositas dan daya sebar. Data yang digunakan untuk uji ini adalah data 48 jam setelah pembuatan. Data 28 hari penyimpanan tidak di uji karena sudah
terpengaruh oleh instabilitas. Interaksi merupakan campuran dari kedua variabel bebas yang akan
menghasilkan suatu respon. Pada penelitian ini, digunakan dua macam variabel bebas yaitu CMC-Na dan propilen glikol. Adanya suatu interaksi dilihat dari
respon yang signifikan Santoso, 2010. Gambar 14 menunjukkan ilustrasi dari analisis ANOVA interaksi dua faktor.
Gambar 14. Ilustrasi dari analisis ANOVA interaksi dua faktor
Hasil uji ANOVA untuk respon viskositas dapat dilihat pada tabel XVII. Menurut Santoso 2015, jika nilai p-value 0,05 maka ada interaksi antara
kedua faktor terhadap respon. Namun, jika p-value 0,05 maka tidak ada interaksi antara kedua faktor terhadap respon.
Tabel XVI. Hasil uji ANOVA terhadap respon viskositas
Faktor p-value
CMC-Na 0,0001
Propilen glikol 0,079
Interaksi 0,829
Data tabel XVI menunjukkan nilai p-value 0,05 pada interaksi kedua
faktor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari interaksi antara kedua faktor terhadap respon viskositas gel ekstrak Spirulina
platensis. Nilai p-value pada faktor CMC-Na menunjukkan bahwa CMC-Na memberikan efek yang signifikan terhadap respon viskositas. Propilen glikol
tidak memberikan efek yang signifikan terhadap respon viskositas. Uji ANOVA interaksi dua faktor juga dilakukan untuk menilai efek pada
respon daya sebar. Hasil uji ANOVA untuk respon daya sebar dapat dilihat pada tabel XVII.
Tabel XVII. Hasil uji ANOVA terhadap respon daya sebar
Faktor p-value
CMC-Na 0,0001
Propilen glikol 0,008
Interaksi 0,046
Berdasarkan data tabel XVII, dapat dilihat bahwa masing-masing faktor yaitu
CMC-Na dan propilen glikol memberikan efek secara signifikan terhadap respon daya sebar gel ekstrak Spirulina platensis. Nilai p-value dari interaksi
kedua faktor kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi antara CMC-Na dan propilen glikol juga memberikan efek yang signifikan
terhadap respon daya sebar gel ekstrak Spirulina platensis.
4. Efek dari kedua faktor dan interaksinya
Berdasarkan data ANOVA diketahui bahwa CMC-Na memberikan efek yang signifikan terhadap respon viskositas. CMC-Na, propilen glikol dan
interaksi keduanya juga memberikan efek yang signifikan terhadap respon daya sebar. Namun, untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam
menentukan respon tersebut maka perlu dilakukan perhitungan efek. Hasil perhitungan efek terlihat pada tabel XVIII.
Tabel XVIII. Perhitungan efek CMC-Na dan propilen glikol serta interaksinya dalam menentukan respon viskositas dan daya sebar
Faktor Efek
Viskositas Daya sebar
CMC-Na 100,8
-0,483 Propilen glikol
-7,5 0,075
Interaksi -0,8
0,05 Pada tabel XVIII, dapat dilihat jika CMC-Na dapat menaikkan respon
viskositas yang ditunjukkan dengan nilai positif. Sedangkan propilen glikol dan interaksi kedua faktor memberikan efek penurunan terhadap viskositas.
Namun, propilen glikol lebih besar dalam memberikan efek penurunan terhadap respon viskositas dengan nilai efek negatif. CMC-Na menjadi faktor
yang paling dominan dalam menentukan respon viskositas. Hal ini dikarenakan CMC-Na memberi nilai efek yang besar 100,8 dan dari data uji ANOVA
menunjukkan ada efek yang signifikan terhadap respon viskositas. Terhadap respon daya sebar, CMC-Na memberikan efek negatif yang
berarti menurunkan respon daya sebar. Propilen glikol dan interaksi kedua faktor memberikan efek positif yang berarti menaikkan respon daya sebar.
Pada respon daya sebar, faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah CMC-Na karena memberikan penurunan paling besar yaitu -0,483. Sedangkan
propilen dan interaksi kedua faktor hanya memberikan peningkatan daya sebar dengan nilai efek yang kecil.
J. Prediksi Komposisi Optimum CMC-Na dan Propilen Glikol
Optimasi dilakukan untuk memperoleh area komposisi optimum pembuatan gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis. Area komposisi optimum
diperoleh dari sediaan yang memenuhi parameter sifat fisik yang diharapkan yaitu viskositas 200-
400 dPa’s dan daya sebar 3-5 cm. Prediksi area komposisi optimum dibuat menggunakan software Design Expert 9.0.6.
1. Contour plot viskositas
Persamaan desain faktorial untuk respon viskositas pada pembuatan gel ekstrak Spirulina platensis ini adalah :
Y = 298,75 + 50,417 X
1
– 3,750 X
2
– 0,417 X
1
X
2
Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh contour plot untuk respon viskositas seperti pada gambar 15.
Gambar 15. Contour plot respon viskositas gel ekstrak Spirulina platensis
Pada gambar 15, dapat terlihat prediksi area komposisi optimum terbatas pada level CMC-Na dan propilen glikol yang diteliti. Contour plot tersebut
dapat menunjukkan prediksi besarnya respon viskositas pada level rendah dan level tinggi dari faktor yang diteliti. CMC-Na yang digunakan yaitu rentang
3,25-4 gram dan propilen glikol rentang 9-13,5 gram.
2. Contour plot daya sebar
Persamaan desain faktorial untuk respon daya sebar pada pembuatan gel ekstrak Spirulina platensis ini adalah :
Y = 3,946 – 0,242 X
1
+ 0,038 X
2
+ 0,025 X
1
X
2
3.25 3.4
3.55 3.7
3.85 4
9 9.9
10.8 11.7
12.6 13.5
Viskositas dPas
A: CMC-Na gram B
: P
r o
p il
e n
G li
k o
l g
r a
m
260 280
300 320
340
3 3
3 3
Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh contour plot untuk respon daya sebar seperti pada gambar 16.
Gambar 16. Contour plot respon daya sebar gel ekstrak Spirulina platensis
Contour plot respon daya sebar pada gambar 16 menunjukkan prediksi area komposisi optimum untuk pembuatan gel ekstrak Spirulina platensis,
terbatas pada level CMC-Na dan propilen glikol yang diteliti. Pada contour plot ini dapat dilihat prediksi besarnya daya sebar yang dihasilkan dari
berbagai konsentrasi CMC-Na dan propilen glikol yang digunakan.
3. Superimposed contour plot
Fungsi dari superimposed contour plot ini adalah untuk mengetahui prediksi area komposisi optimum dari kedua faktor yang menghasilkan sifat
fisik gel viskositas dan daya sebar seperti yang diharapkan. Respon viskositas yang diharapkan yaitu rentang 200-
400 dPa’s dan daya sebar rentang 3-5 cm.
3.25 3.4
3.55 3.7
3.85 4
9 9.9
10.8 11.7
12.6 13.5
Daya Sebar cm
A: CMC-Na gram B
: P
r o
p il
e n
G li
k o
l g
r a
m
3.7 3.8
3.9 4
4.1
3 3
3 3
Superimposed contour plot ini diperoleh dari gabungan antara contour plot respon viskositas dan daya sebar. Gambar 17 menunjukkan hasil superimposed
contour plot untuk gel ekstrak Spirulina platensis.
Gambar 17. Superimposed contour plot gel ekstrak Spirulina platensis
Hasil superimposed contour plot pada gambar 16 menunjukkan bahwa semua area yang berwarna kuning adalah area optimum dalam pembuatan gel
anti-aging ekstrak Spirulina platensis. Area optimum yang diperoleh ini sudah sesuai dengan viskositas dan daya sebar yang dikehendaki. Namun, area
optimum ini hanya memenuhi sifat fisik yang diharapkan dan belum memenuhi stabilitas dari sediaan gel.
K. Validasi Area Komposisi Optimum
Validasi metode adalah tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter
3.25 3.4
3.55 3.7
3.85 4
9 9.9
10.8 11.7
12.6 13.5
Overlay Plot
A: CMC-Na gram B
: P
r o
p il
e n
G li
k o
l g
r a
m
3 3
3 3
tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Salah satu parameter validasi yang dapat dilihat dalam penelitian ini adalah akurasi Harmita, 2004.
Validasi ini dilakukan dalam penelitian ini untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dipercaya valid atau tidak.
Pada area komposisi optimum, diperoleh 100 titik formula dengan berbagai konsentrasi dari CMC-Na dan propilen glikol. Dari 100 formula
tersebut dilakukan random menggunakan software Microsoft Excel dan diambil 3 titik formula. Tiga formula yang diperoleh yaitu formula 28, 31 dan
82. Hasil validasi ketiga titik tersebut dapat dilihat pada tabel XIX.
Tabel XIX. Hasil validasi area komposisi optimum
Formula Prediksi Hasil
̅ ± 10 Hasil Pengukuran
̅ ± SD Viskositas
dPa’s Daya sebar
cm Viskositas
dPa’s Daya sebar
cm
28
CMC-Na : 3,463 PG : 11,703
248,68 –303,95 3,6045 – 4,4055
280 ± 5 3,9 ± 0,025
31
CMC-Na : 3,603 PG : 10,183
267,80 – 327,31 3,5487 – 4,3373
315 ± 5 3,875 ± 0,025
82
CMC-Na : 3,897 PG : 11,498
301,44 – 368,43 3,3984 – 4,1536
350 ± 5 3,667 ± 0,038
Pada tabel XIX, terlihat hasil pengukuran viskositas dan daya sebar ketiga formula yang divalidasi masuk dalam rentang prediksi hasil dari
superimposed contour plot. Kesimpulan dari uji ini yaitu persamaan yang diperoleh untuk area komposisi optimum dalam penelitian ini valid.
L. Uji Hedonik