dalam sediaan. Hasil dari uji pH sediaan gel ekstrak Spirulina platensis setelah 48 jam dan 28 hari penyimpanan ditunjukkan pada tabel IX.
Tabel IX. pH gel ekstrak Spirulina platensis setelah 48 jam pembuatan
Formula pH setelah 48 jam
pH setelah 28 hari 1
5 – 6
5 – 6
a 5
– 6 5
– 6 b
5 – 6
5 – 6
ab 5
– 6 5
– 6
n dalam tiap formula = 3
Hasil pengukuran pH sediaan setelah 48 jam dan 28 hari penyimpanan
menunjukkan pH sediaan berada antara 5 sampai 6. Hasil uji pH ini menunjukkan bahwa pH sediaan masuk dalam rentang pH fisiologis kulit.
Berdasarkan data uji pH ini, diharapkan sediaan gel ekstrak Spirulina platensis tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan nyaman digunakan.
3. Uji viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya Martin et al.,
1993. Tujuan dari uji viskositas ini adalah untuk menilai kekentalan dari sediaan gel ekstrak Spirulina platensis. Uji viskositas ini dilakukan setelah 48
jam pembuatan dengan tujuan agar sistem dalam gel sudah stabil, yaitu tidak terpengaruh oleh pengadukan saat pembuatan. Hasil uji viskositas gel
ditunjukkan pada tabel X.
Tabel X. Hasil uji viskositas gel 48 jam setelah pembuatan
Formula Viskositas 48 jam
̅ ± SD
1 251,7 ± 7,64
a 353,3 ± 7,64
b 245,0 ± 5,00
ab 345,0 ± 5,00
Hasil uji viskositas pada tabel X, menunjukkan viskositas gel ekstrak
Spirulina platensis dari keempat formula masuk dalam rentang viskositas yang diharapkan yaitu 200-
400 dPa’s. Semakin tinggi penggunaan CMC-Na maka viskositas yang dihasilkan juga semakin besar, dan sebaliknya. Formula a dan
ab memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan formula 1 dan b. Hal ini dikarenakan penggunaan CMC-Na pada formula a dan ab adalah level tinggi
yaitu 4 gram. Sedangkan pada formula 1 dan b digunakan CMC-Na level rendah yaitu 3,25 gram sehingga viskositas yang dihasilkan lebih kecil.
Jumlah penggunaan propilen glikol juga mempengaruhi viskositas sediaan yang dihasilkan. Pada formula 1 dan b, perbedaan jumlah propilen
glikol menghasilkan viskositas sediaan yang berbeda pula. Sediaan gel dengan jumlah propilen glikol level tinggi akan memiliki viskositas lebih rendah. Hal
ini terjadi pula pada formula a dan ab.
4. Uji daya sebar
Daya sebar adalah karakteristik penting dari suatu formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis, penghantaran
obat ketempat aksi, serta kemudahan dalam penggunaannya Garg et al., 2002.
Oleh karena itu, daya sebar menjadi salah satu respon yang diteliti. Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan agar sistem dalam sediaan gel sudah
stabil dari pengaruh pengadukan. Hasil dari uji daya sebar gel ekstrak Spirulina platensis ditunjukkan pada tabel XI.
Tabel XI. Hasil uji daya sebar gel 48 jam setelah pembuatan
Formula Daya sebar 48 jam
̅ ± SD
1 4,175 ± 0,025
a 3,642 ± 0,052
b 4,200 ± 0,025
ab 3,767 ± 0,038
Pada tabel XI, dapat dilihat bahwa semua formula gel ekstrak Spirulina platensis memiliki respon daya sebar yang masuk dalam rentang yang
diharapkan yaitu 3-5 cm Yuliani, 2010. Semakin tinggi viskositas maka daya sebar akan semakin kecil. Semakin besar jumlah CMC-Na yang digunakan
maka daya sebar akan semakin kecil. Formula 1 dan b memiliki daya sebar yang paling besar dikarenakan jumlah CMC-Na yang digunakan adalah level
rendah. Formula a dan ab memiliki daya sebar yang lebih kecil dikarenakan jumlah CMC-Na yang digunakan adalah level tinggi. Perbedaan jumlah
propilen glikol memberikan sedikit perbedaan pada respon daya sebar.
H. Uji Stabilitas Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis