ditambah dengan sampel dan diinkubasi selama 30 menit. Hasil dari campuran tersebut terlihat perubahan warna cairan dari ungu muda menjadi kekuningan.
Reaksi dari suatu antioksidan dalam menghambat radikal bebas DPPH ditunjukkan pada gambar 8. Radikal bebas DPPH akan bereaksi dengan
antioksidan yang menyumbangkan satu elektronnya sehingga membentuk senyawa
diphenylpicrylhydrazine non
radikal yang
lebih stabil
Rohmatussolihat, 2009.
Gambar 8. Reaksi antioksidan dalam menghambah radikal bebas DPPH Rohmatussolihat, 2009.
Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan pengukuran konsentrasi antioksidan dalam ekstrak air Spirulina platensis untuk mengetahui jumlah
kandungan antioksidan dalam ekstrak.
D. Pembuatan Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis
Gel adalah suatu sistem semisolid yang tersusun atas dispersi molekul kecil atau besar dalam pembawa berair seperti jeli dengan penambahan bahan
pembentuk gel gelling agent Allen et al., 2010. Ekstrak air Spirulina platensis mengandung phycobiliprotein yang merupakan senyawa mudah larut dalam
pelarut polar. Phycobiliprotein yang bersifat polar dan mudah larut dalam air ini menjadi alasan dipilih bentuk sediaan gel.
Aktivitas antioksidan dari ekstrak air yang telah diukur menunjukkan bahwa ekstrak dengan konsentrasi 200
μgml dapat memberikan aktivitas sebesar 55,9. Seharusnya, dengan ekstrak konsentrasi 200
μgml sebanyak 20 mg untuk pembuatan 100 gram gel sudah dapat memberikan aktivitas antioksidan sebesar
55,9. Namun pada penelitian ini, dilakukan penambahan ekstrak konsentrasi 100 mgml sebanyak 0,2 gram kedalam sediaan gel. Ekstrak yang ditambahkan
merupakan ekstrak hasil maserasi tanpa pengenceran. Tujuannya adalah untuk mempertahankan aktivitas antioksidan dalam sediaan gel tetap terjaga.
Pertimbangan lainnya yaitu agar diperoleh warna sediaan gel yang menarik. Namun pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan orientasi dosis
ekstrak yang ditambahkan kedalam sediaan gel dan dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan dalam sediaan gel yang telah dibuat.
Ekstrak air Spirulina platensis yang ditambahkan kedalam sediaan gel masih termasuk dalam dosis yang aman. Pada penelitian toksisitas akut yang
dilakukan oleh Romay 1998, diketahui bahwa penggunaan pigmen warna phycocyanin kandungan pigmen paling banyak dalam phycobiliprotein dosis 3
gramkg berat badan pada hewan uji tikus galur Sparague-Dawley tidak memberikan efek perubahan histopatologi. Dosis 3 gramkg juga secara statistik
tidak memberikan efek toksik terhadap tubuh hewan uji. Sediaan gel terdiri dari zat aktif dan eksipien. Zat aktif yang digunakan
dalam pembuatan gel ini adalah ekstrak air Spirulina platensis yang memiliki
fungsi sebagai antioksidan. Eksipien adalah bahan tambahan yang diperlukan dalam suatu sediaan dan memiliki fungsi penting dalam suatu sediaan. Eksipien
yang digunakan dalam sediaan semisolid topikal harus memiliki kemampuan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif, mengatur pelepasan dan permeasi obat,
meningkatkan estetika, meningkatkan stabilitas dan mencegah kontaminasi serta pertumbuhan mikroba Heather dan Adam, 2012. Eksipien yang digunakan
dalam gel ini adalah CMC-Na, propilen glikol dan metil paraben. CMC-Na digunakan sebagai bahan pembentuk gel dan memiliki stabil
pada pH 2-10 dengan stabilitas maksimum pada pH 7-9 Allen et al., 2010. CMC-Na digunakan dalam sediaan topikal untuk meningkatkan viskositas dan
juga meningkatkan daya lekat gel pada kulit. Sebagai agen pembentuk gel, dapat digunakan CMC-Na dengan konsentrasi 3-6 Rowe et al., 2009.
Propilen glikol digunakan sebagai humektan dalam sediaan gel. Konsentrasi yang aman dalam penggunaan propilen glikol dalam sediaan topikal
sebagai humektan yaitu ≈ 15. Humektan ini menjaga kelembaban kulit dengan mekanisme menyerap lembab yang ada di lingkungan dan dapat mencegah
hilangnya air setelah kemasan dibuka Rowe et al., 2009. Propilen glikol dipilih sebagai humektan karena memiliki kelebihan dapat meningkatkan efektivitas dari
metil paraben. Metil paraben digunakan sebagai bahan pengawet antimikroba dalam
sediaan gel. Pada sediaan topikal, metil paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba dengan konsentrasi 0,02-0,3. Metil paraben memiliki aktivitas
antimikroba pada pH 4-8 dan memiliki spektrum antimikroba yang luas, terutama
efektif menghambat jamur dan ragi Rowe et al., 2009. Pada penelitian ini digunakan metil paraben sebanyak 0,2 gram untuk 100 gram gel.
Pembuatan gel dilakukan dengan mengembangkan CMC-Na terlebih dahulu selama 24 jam. CMC-Na dikembangkan menggunakan total air yang
digunakan dalam pembuatan gel. Tahap selanjutnya adalah mencampurkan metil paraben ke dalam propilen glikol karena metil paraben mudah larut dalam
propilen glikol dengan perbandingan kelarutan 1:5 Rowe et al., 2009. Pada pembuatan gel digunakan kecepatan pengadukan nomor 1.
Kecepatan pengadukan yang digunakan sampai akhir pembuatan harus konstan. Hal ini dilakukan agar kecepatan pengadukan tidak menjadi variabel pengacau
dalam pembuatan sediaan gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis. Lamanya pencampuran untuk seluruh pembuatan gel selalu sama
konstan yaitu 8 menit. Hal ini dilakukan mengendalikan lamanya pencampuran agar tidak menjadi pengacau dalam optimasi CMC-Na dan propilen glikol dalam
pembuatan sediaan gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis.
E. Orientasi Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis