22
menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Masing-masing tingkatan memiliki taraf kompetensi yang berbeda.
Tes prestasi belajar pada penelitian ini hanya mengungkap kemampuan pada ranah kognitif dalam bentuk tertulis. Hal ini dikarenakan
ranah afektif lebih sesuai jika diungkap melalui tes skala sikap dan ranah psikomotor menggunakan cara evaluasi berupa observasi atau tes tindakan.
B. Gaya Belajar
1. Pengertian
Riding dan Cheema 1991, dalam Ghufron Risnawati, 2013 mengemukakan bahwa gaya belajar dikembangkan sebagai hasil minat
perbedaan-perbedaan individu. Beberapa tinjauan pustaka menunjukkan bukti telah terjadi satu kebangkitan kembali yang membahas mengenai
gaya belajar berpengaruh pada proses belajar individu Dunn, 1990, dalam Ghufron Risnawati, 2013.
Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh
masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru dalam Ghufron dan Risnawati, 2013.
Menurut Dunn dan Dunn dalam Prashnig, 2007 gaya belajar adalah cara manusia berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan
menampung informasi yang baru dan sulit. James dan Gardner 1995, dalam Ghufron Risnawati, 2013 mengemukakan bahwa gaya belajar
23
adalah cara kompleks yang individu anggap paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan memanggil kembali apa yang telah
dipelajari. Pemahaman di atas menyimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara
yang digunakan oleh individu untuk berkonsentrasi pada apa yang dipelajari sehingga terjadi proses menerima, menyerap dan memanggil
kembali suatu informasi.
2. Macam-macam gaya belajar
Gaya belajar diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan sebagai berikut dalam, Gunawan 2007:
a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara
yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Pask 1975
– 1976, McDade 1978, Schmeck 1981, Kolb 1984, Gregorc 1982, dan Honey
dan Mumford 1986. b.
Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan 1965,
Witkin, Oltman, Raskin, dan Karp 1971, dan Myer-Briggs 1985. c.
Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan
terhadap indera
tertentu. Pendekatan
ini dikembangkan oleh Bandler dan Grinder 1979.
24
d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respons yang
berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield dalam
Gunawan, 2007. e.
Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Mann, Gibbard, Hartman 1967, Grasha 1972, Reichmann Grasha 1974, dan Fuhrmann Grasha 1983.
f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan: menentukan bakat yang
berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner 1983, dan Handy dalam Gunawan, 2007.
g. Pendekatan berdasarkan pada wilayah otak; menentukan dominasi
relatif dari berbagai bagian otak. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edward, Hermann dalam Gunawan, 2007.
Penelitian ini lebih berfokus pada penggunaan gaya belajar dengan
pendekatan modalitas sensori. Melihat, mendengar, menyentuh, dan merasa adalah empat unsur yang membentuk gaya belajar seseorang dari
enam indera secara keseluruhan dalam Prashnig, 2007. Berdasarkan Neuro-Linguistic Programming yang dikembangkan oleh Richard Bandler
dan John Grinder dalam Gunawan, 2007 dalam model strategi komunikasi, bahwa selain memasukkan informasi dari kelima indera, juga
digunakan preferensi sensori, yaitu berdasarkan visual penglihatan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
auditori pendengaran, dan kinestetik sentuhan dan gerakan yang dikenal dengan V-A-K.
Depotter dan Hernacki 2010 menjelaskan beberapa karakteristik dari masing-masing gaya belajar VAK, yaitu:
a. Gaya belajar visual
Individu yang memiliki gaya belajar visual menggunakan daya melihat ketajaman indera mata yang lebih memudahkan dalam
belajar, lebih nyaman belajar dengan warna-warni, garis dan bentuk, lebih suka membaca daripada mendengarkan, dan mengingat dengan
gambar Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling, Provinsi Jakarta, 2014.
Individu dengan gaya belajar visual melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka pengajar untuk mengerti pelajaran, dan cenderung duduk
di depan agar melihat dengan jelas. Individu dengan gaya belajar visual berpikir menggunakan gambar-gambar dan belajar dengan lebih cepat
menggunakan tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Individu visual lebih suka mencatat sampai
detail untuk memperoleh informasi Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling, Provinsi Jakarta, 2014.
Ciri-ciri gaya belajar visual: 1
Rapi dan teratur 2
Berbicara dengan cepat 3
Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4 Teliti terhadap hal detail
5 Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi 6
Pengeja yang baik dan mampu melihat kata-kata di dalam pikiran 7
Mengingat dengan asosiasi visual 8
Tidak terganggu oleh keributan 9
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali meminta bantuan orang lain untuk
mengulangi 10
Pembaca cepat dan tekun 11
Lebih suka membaca daripada dibacakan 12
Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu
masalah atau proyek 13
Mencoret-mencoret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat
14 Mudah lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
15 Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat berupa “ya”
atau “tidak” 16
Lebih suka demonstrasi daripada berpidato 17
Lebih suka seni daripada musik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI