Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

18 belajar. Faktor internal juga meliputi kesehatan jasmani dan fisiologis individu, seperti fungsi panca indera. b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang meliputi: keadaan suhu, cuaca, waktu belajar, lingkungan belajar kebisingan, bahan yang dipelajari, dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran

4. Alat ukur tes prestasi belajar

Alat ukur penelitian adalah tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dibedakan dari tes kemampuan lain bila dilihat dari tujuan, yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Tes prestasi belajar adalah tes yang disusun terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai materi yang diajarkan Azwar, 2013. Sudijono 2006 menegaskan bahwa tes prestasi belajar adalah cara atau prosedur pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk serangkaian tugas yang dijawab dan dikerjakan oleh subjek, sehingga berdasarkan data yang diperoleh dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi belajar. Nilai yang diperoleh dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh subjek lain. Perencanaan merupakan langkah awal dalam penyusunan tes prestasi yang memenuhi syarat dan kualitas. Pada langkah perencanaan, dipertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan karakteristik tes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 dengan mengingat tujuan tes Azwar, 2013. Aspek-aspek tersebut merupakan spesifikasi tes yang memuat uraian isi materi dan batasan perilaku, informasi mengenai tipe aitem, rata-rata taraf kesukaran, jumlah aitem, waktu penyajian tes, dan cara pemberian skor. Pengembangan tes prestasi belajar mengikuti langkah-langkah standar dalam konstruksi tes yang diilustraikan pada gambar dibawah ini: Identifikasi tujuan merupakan penegasan tujuan pengukuran, yang diikuti oleh pembatasan kawasan ukur, yakni pendefinisian lingkup materi Identifikasi tujuan dan kawasan ukur Uraian komponen isi Batasan perilaku dan kompetensi BLUE PRINT Spesifikasi tes Penulisan aitemsoal Review aitem Uji coba awal Field tes Analisis aitem Perakitan tes penyusunan instruksi Pengujian reliabilitas Bentuk Final TES SIAP PAKAI 20 ukur yang hendak diungkap Azwar, 2013. Pada perancangan tes prestasi belajar, penguraian isi tes bukan hanya berarti mengusahakan agar tes yang ditulis tidak keluar dari lingkup materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur, tetapi berarti pula mengusahakan agar bagian isi yang penting tidak terlewatkan dan tertuliskan dalam tes Azwar, 2013. Batasan perilaku merupakan operasionalisasi tujuan instruksional yang dianggap sebagai indikator perilaku. Indikator perilaku dibuat sebagai penerjemahan tujuan instruksional umum ke dalam bentuk yang paling konkret sehingga mampu diukur. Tujuan pengukuran belum cukup operasional untuk digunakan sebagai landasan penulisan aitem. Rumusan tersebut dinyatakan dalam taraf kompetensi kognitif yang lebih spesifik. Keseluruhan aitem dalam tes yang direncanakan dibagi atas beberapa taraf kompetensi yang berbeda. Salah satu pedoman dalam menentukan tingkat kompetensi aitem tes adalah taksonomi yang dirumuskan oleh Bloom, dkk. Taksonomi ini mencakup kawasan perilaku, yaitu kawasan afektif, kognitif, dan psikomotor. Pembahasan mengenai tes prestasi lebih memusatkan perhatian hanya pada kawasan kognitif. Taksonomi Bloom 1959 yang telah direvisi oleh Anderson dan Kratwohl 2001, dalam Majid, A., Kamsyach, A., 2014 adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Taraf kompetensi terendah adalah mengingat. Taraf yang lebih tinggi, yaitu menciptakan diikuti oleh peningkatan taraf kesukaran aitem dan menuntut 21 kemampuan yang lebih kompleks daripada taraf kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi. Tabel spesifikasi tes berupa tabel yang memuat uraian tes dan tingkat kompetensi yang diungkap pada setiap bagian isi. Tabel berupa tabel dua sisi yang sering disebut sebagai tes blue-print. Blue-print menjadi pegangan yang sangat membantu saat penulisan aitem sebagai pedoman agar penulis aitem tetap terarah pada tujuan pengukuran tes dan tidak keluar dari batasan isi Azwar, 2013. Penguraian di atas menyimpulkan bahwa tes prestasi belajar adalah tes yang memiliki tujuan untuk mengetahui hasil belajar dan perfomansi maksimal sesorang dalam menguasai suatu informasi. Nilai dari tes prestasi belajar yang diperoleh dibandingkan dengan suatu nilai standar tertentu atau dengan individu lain. Penyusunan tes prestasi belajar dilakukan dengan menentukan identifikasi tujuan dan kawasan ukur, batasan perilaku dan kompetensi mengenai hal-hal yang ingin diukur. Hal ini guna membantu pembuat aitem lebih memfokuskan batasan mengenai tujuan pengukuran, perilaku dan kompetensi yang hendak diungkap sehingga membantu dalam penguraian isi materi dalam blue-print. Tes prestasi belajar mengungkap kemampuan seseorang dalam belajar pada kawasan kognitif. Konsep taraf kompetensi kognitif meliputi enam jenjang tingkatan, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, 22 menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Masing-masing tingkatan memiliki taraf kompetensi yang berbeda. Tes prestasi belajar pada penelitian ini hanya mengungkap kemampuan pada ranah kognitif dalam bentuk tertulis. Hal ini dikarenakan ranah afektif lebih sesuai jika diungkap melalui tes skala sikap dan ranah psikomotor menggunakan cara evaluasi berupa observasi atau tes tindakan.

B. Gaya Belajar

1. Pengertian

Riding dan Cheema 1991, dalam Ghufron Risnawati, 2013 mengemukakan bahwa gaya belajar dikembangkan sebagai hasil minat perbedaan-perbedaan individu. Beberapa tinjauan pustaka menunjukkan bukti telah terjadi satu kebangkitan kembali yang membahas mengenai gaya belajar berpengaruh pada proses belajar individu Dunn, 1990, dalam Ghufron Risnawati, 2013. Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru dalam Ghufron dan Risnawati, 2013. Menurut Dunn dan Dunn dalam Prashnig, 2007 gaya belajar adalah cara manusia berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit. James dan Gardner 1995, dalam Ghufron Risnawati, 2013 mengemukakan bahwa gaya belajar