Aktivitas Pembelajaran Modul Bina SMA-SMK KK F Prof-Ped
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional F 43
peristiwa atau fenomena keilmuan, sosial, politis, ekonomis dan lain sebagainya.Sebagai peristiwa kesenian, apresiasi sastra lebih bersifat
personal bukan komunal. Sebagai peristiwa kesenian yang personal, apresiasi sastra akan lebih banyak bersangkutan dengan jiwa, nurani,
budi, rasa, emosi, dan afeksi daripada kemahiran fisikal. Dengan demikian, apresiasi sastra sesungguhnya tidak bekerja
menggunakan rumus-rumus, pola-pola, atau kaidah-kaidah ataupun perangkat teori sastra tertentu. Rumus-rumus, pola-pola, atau teori sastra
yang ada hanyalah sekadar alat bantu dalam proses kegiatan apresiasi. Dengan kata lain, teori-teori dan rumus-rumus dalam kegiatan apresiasi
hanyalah merupakan hal yang sekunder sebab tanpa teori dan rumus- rumus sastra, apresiasi sastra termasuk apresiasi puisi tetap dapat
berlangsung. Hal primer yang dibutuhkan dalam kegiatan apresiasi puisi hanyalah kesiapan dan keterbukaan kalbu, keadaan cita rasa, kualitas
emosi, kejujuran, serta ketajaman rasa dan budi. Dalam rangkaian kegiatan apresiasi puisi, menghargai puisi merupakan
ranah paling tinggi, yang sebelum sampai pada ranah menghargai itu seorang pembaca harus terlebih dahulu melalui ranah mengenali,
menikmati, dan memahami. Dalam kegiatan apresiasi sastra -termasuk apresiasi puisi- akan terjadi interaksi yang intens antara manusia
pembacaapresiator dan sastra. Herman J Waluyo 2005: 45 menyebutkan ada empat tingkatan apresiasi
yakni tingkat menggemari, tingkat menikmati, tingkat mereaksi dan tingkat produktif. Sedangkan Wardani 1981 menyebutkan ada empat tahap
dalam mengapresiasi karya sastra, yaitu 1 tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik pada buku buku sastra serta ada
keinginan untuk membacanya; 2 tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian; 3 tingkat
mereaksi, yaitu mulai ada keinginan untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnaya dengan menulis sebuah resensi
atau diskusi sastra, serta 4 tingkat produksi, mulai ikut menghasilkan karya sastra.
44
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional F
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahap mengapresiasi karya sastra meliputi: menyenangi, menghargai, memahami, menghayati, dan
memproduksi. Tahap paling dasar adalah menyenangi sedangkan tahap paling tinggi adalah memproduksi.
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil India yang masuk ke Indonesia kira-kira tahu 100 Masehi. Gurindam isinya mengandung
sebuah pengajaran atau nasihat dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pantun.
Ciri-ciri soneta: terdiri atas 14 baris, terdiri atas 4 bait yang terdiri atas 2 Quatrain dan 2 terzina, dua Quatrain merupakan sampiran dan
merupakan satu kesatuan yang disebut oktaf, dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi atau disebut sextet, bagian
sampiran biasanya berupa gambaran alam., sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan dari apa yang dilukiskan dalam octav, Peralihan
daro octav ke sextet disebut volta, penambahan baris pada sonata disebut koda, jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 s.d
14 suku kata, rima akhirnya adalah a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c,d-c-d.