Situation exposition Generating circumtances
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional F 63
kesalahannya selama ini, dia mulai mengerti dengan apa yang diucapkan Desty ketika itu. Dapat dilihat pada isi hati dan penuturan
Gio, serta sikap tokoh lain berikut ini: Begitu berarti kalimat-kalimat Desty bagiku. Selama ini pintu hatiku
tak pernah terbuka untuk tante Marcia, orang yang selalu berusaha memperhatikanku walaupun aku tak pernah menghiraukannya.
Sampai-sampai tak pernah kurasakan kebaikan darinya, padahal di setiap waktu beliau selalu mempersembahkan semua kebaikan
tulusnya kepadaku. Air mata tante Marcia menetes lagi. Beliau sangat terharu. Seraya
beliau mendekapku ke dalam pelukan hangatnya. Selama ini takku rasakan pelukan hangat dari seorang ibu. Rindu rasanya dengan
kasih sayang dari seorang ibu. Sekaranglah aku dapat merasakannya kembali.
“Mulai sekarang aku akan memanggil tante Marcia dengan sebutan Bunda,” kataku dengan senyuman bahagia.
Gio sadar, dia berubah sayang dan baik kepada tante Marcia, serta bersedia memanggil tante Marcia dengan sebutan “Bunda”. Tante
Marcia dan Desty pun tersenyum bahagia.
Cerpen “Bunda” ini memiliki alur mundur, terlihat dari Gio yang mengungkit-ungkit masa lalunya, yaitu tentang ibu kandungnya
yang sudah meninggal setahun lalu. Setahun setelah ibuku meninggal, ayah menikah untuk yang kedua
kalinya, yaitu dengan tante Marcia. Dan selama lebih dari dua belas bulan ini aku tinggal bersama ibu tiri yang tidak aku suka. Aku tidak
pernah memanggilnya dengan sebutan ibu, padahal ayah sudah melatihku untuk memanggil tante Marcia dengan panggilan yang
indah itu. Aku sulit sekali memejamkan mata. Bayanganku tertuju pada saat
sebelum ibuku dipanggil oleh Sang Illahi. Ibuku sangat memanjakanku, maklum aku adalah anak semata wayang. Semua
keinginanku beliau berusaha menurutinya...........................Namun
64
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional F
sayang, ibu, orang yang paling aku sayang di dunia ini telah pergi meninggalkanku dan ayah.
5 Setting atau latar cerita
Latar atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Latar merupakan sarana yang utama dalam sebuah cerpen karena
dari latarlah, muncul tokoh dan penokohannya, lalu dari tokoh muncullah konflik. Akhirnya, dari konflik ini muncullah alur cerita.
Pemahaman latar melalui beberapa informasi mengenai banyak tempat, lalu menghayatinya, dan mengungkapkannya kembali demi
kepentingan cerita sangatlah penting. Oleh karena itu, seorang penulis cerpen tak akan dapat menulis cerita jika di dalam
imanjinasinya tak ada gambaran latar cerita, baik itu yang bersifat geografis, budaya, maupun latar yang sangat abstrak sekalipun.
Latar biasanya meliputi tiga jenis, yaitu tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat menunjukkan di mana, latar waktu menunjukkan kapan,
dan latar suasana menunjukkan bagaimana.
6 Latar tempat
Tempat atau daerah terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Sangat mungkin latar tempat sebuah teks prosa terdapat di dalam ruangan
dan tidak menutup kemungkinan latar tempat terjadi di ruang lingkungan, jalanan atau di sebuah kota Stanton,2007: 39. Latar
tempat yang terdapat dalam cerpen “Bunda”, yaitu:
Rumah Gio Ruang keluarga
Di ruang keluarga sayup-sayup ku dengar suara televisi, sepertinya tante Marcia belum tidur, beliau masih menikmati acara televisi.
Pukul setengah dua aku tiba di rumah. Ku parkirkan Ninjaku di garasi rumah yang tempatnya bersebelahan dengan ruang keluarga. Di
ruang keluarga nampaknya tante Marcia sedang sibuk membaca tabloit yang telah menjadi langganannya.
Gio mengalami beberapa konflik dengan tante Marcia saat di ruang keluarga.