Struktur Batin Puisi Hakikat Puisi Tema
                                                                                26
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional  F
Contoh  Analisis  Puisi  Berdasarkan  Struktur  Fisik  dan  Struktur  Batin Puisi
Karangan Bunga Taufiq Ismail
Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba Sore itu
Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi
Analisis Struktur lahir Puisi “Karangan Bunga”
Struktur  puisi  terdiri  dari  tema,  perasaan  penyair,  nada,  dan  amanat.  Puisi “Karangan  Bunga”  karya  Taufiq  Ismail  berikut  ini  akan  kita  analisis
berdasarkan  struktur  batinnya.  Puisi  karya  Taufiq  Ismail  diatas  bertemakan
rasa  duka  cita  yang  mendalam.  Perasaan  yang  ingin  di  sampaikan  oleh seorang Taufiq Ismail adalah perasaan duka cita yang digambarkan melalui
sebuah “karangan bunga”. Hal ini dapat dilihat pada baris ke dua pada bait ke dua: Pita hitam pada karangan bunga. Pita hitam dilambangkan sebagai
rasa duka yang ingin disampaikan dalam bentuk karangan bunga. Puisi  karya Taufiq Ismail  sendiri  terkesan memberikan  nada  bahwa  penyair
ingin menyampaikan betapa berdukanya, terlukanya, dan merasa kehilangan terhadap sosok seseorang yang dibanggakannya. Secara keseluruhan nada
dalam  puisi  ini  menggambarkan  kaesedihan  penyair  dan  penyair menginginkan  pembaca  juga  mengetahui  dan  merasakan  perasaannya.
Penyair  menggambarkan  betapa  susahnya  menyuarakan  hati  nurani  rakyat
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional  F 27
yang  menuntut  keadilan.  Amanat  yang  terkandung  dalam  puisi  ini  adalah penyair  mengisyaratkan  bahwa  perjuangan  dalam  menegakkan  keadilan
bagi rakyat tidaklah mudah perlu perjuangan yang tidaklah sedikit terkadang nyawa  menjadi  taruhannya.  Amanat  yang  ingin  disampaikan  oleh  seorang
Taufiq Ismail juga adalah semangat pantang menyerah dalam menyuarakan suara rakyat.
Struktur fisik puisi terdiri  dari diksi, imajinasi, kata konkret, majas, verifikasi, tipografi.  Pemilihan  kata  dalam  puisi  ini  menunjukkan  tingkat  atau  daya
imajinasi yang tinggi. Kata yang digunakan juga menggunakan kata kongkret kendati  dalam  kata-kata  itu  mengandung  makna  yang  tidak  terduga
sebelumnya.  Seperti  terlihat  pada  baris  Tiga  anak  kecil    kalimat  ini sebenarnya  mengandung  arti  tiga  tuntutan  rakyat  yang  disuarakan  oleh
mahasiswa  pada  saat  itu.  Tetapi  jika  melihat  struktur  puisi  secara keseluruhan  memang  secara  nyata  terlihat  ada  tiga  orang  anak  kecil  yang
datang  melayat  dengan  membawa  karangan  bunga.  Kata-kata  yang digunakan juga mengacu pada makna yang berbeda dengan makna aslinya
atau dengan kata lain penyair menggunakan majas yang mengumpamakan sesuatu. Rima dalam puisi ini tergolong pada penggunaan rima bebas yaitu
rima yang tidak menikuti pola persajakan. Ritma puisi ini berbentuk andante yaitu nada yang menimbulkan irama lambat.
Analisis Struktur batin Puisi “Karangan Bunga”
Menganalisis puisi tidak selalu berpatokkan pada puisi itu sendiri. Terkadang kita juga harus mengetahui peristiwa dibalik terciptanya puisi itu. Begitu juga
dengan puisi Taufiq Ismail. Menapak tilas kembali ke peristiwa sejarah, puisi ini  diciptakan  oleh  beliau  pada  saat  terjadinya  demonstrasi  mahasiswa  di
kawasan  Salemba.  Maka  pada  salah  satu  baris  dalam  puisi  ini  tergambar jelas datang ke Salemba.
Peristiwa itu menggambarkan bagaimana saat mahasiswa mengajukan Tiga Tuntutan  Rakyat  Trikora  pada  masa  Orde  baru  yang  berujung  pada
tewasnya  salah  satu  mahasiswa  UI.  Tiga  anak  kecil  dalam  puisi  diatas menggambarkan Trikora atau tiga tuntutan rakyat yang lahir pada masa itu.
28
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Kompetensi Profesional  F
Salemba adalah nama tempat atau markas besar mahasiswa UI dalam satu wadah  organisasi.  Kata  kakak  dalam  puisi  ini  menggambarkan  seseorang
secara batiniah yang berhubungan dengan hati nurani rakyat yang tercabik- cabik  dalam  Tritura.  Dengan  demikian  setelah  kita  menapak  tilas  sejarah
penulisan puisi ini kita akan beranjak pada manganalisis puisi ini.
                